Chapter 7

2K 138 4
                                    

"Ning, lo apa-apaan sih nanyain Chenle? Kesepakatan kita gak gitu ya anjir," omel Winter kala dirinya berjalan sejajar dengan Ningning.

Ningning tertawa. "Santai, Win, justru kalo dia tau bagus kan?"

"Iya juga ya," balasnya.

"Kan.." kata Ningning. "Biar sadar diri."

Winter terkekeh, ia cukup terkejut dengan sifat Ningning yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya.

"Hoi!"

Tepukan di bahu Winter dan Ningning membuat keduanya menoleh. Terlihat seorang gadisㅡyang memiliki tahi lalat di dekat bibirnyaㅡsedang tersenyum.

"Ngomongin apa sih kalian? Asik banget," kata Karinaㅡgadis yang tadi.

Ningning memberikan senyuman manisnya. "Nggak ada, cuma lagi diskusi mau makan siang apa hari ini. Lo ada ide gak?" balasnya yang jelas berbohong.

"Emm.." Karina memasang wajah bingung. "Enaknya apa, Sel?" lemparnya pada Giselle.

Giselle terdiam sejenak lalu menjawab, "Junk food kali-kali boleh dong? Gue lagi pengen pizza, please."

"Caalll!"

•••

Terdengar suara peraduan wajan dan spatula di dapur vila milik Jaemin. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah Chenle, yang sedang memasak telur tomatㅡmakanan favoritnya.

"Telur tomat lagi?"

Tanpa menoleh pun Chenle tahu kalau suara itu milik Jaemin. Dasar Jaemin, sukanya berkomentar.

"Emang kenapa?" balasnya. "Lo gak akan gue bagi lagian."

Jaemin dengan gemas menjawil bibir Chenle yang sedikit manyun. "Lucu amat."

"Ck, diem, Jaemin!"

"Hahahha."

Lelaki yang lebih tua pun duduk di kursi, ia memperhatikan Chenle yang dengan lihainya memainkan wajan berisi telur dan tomat disertai adukan dengan sumpit. Memang tidak perlu diragukan lagi, kemampuan memasak Chenle semakin meningkat. Jaemin mengakui itu.

"Lo gak bisanya apa sih, Le? Kayaknya sempurna banget hidup lo. Usaha bisa, masak bisa, hidup sendirian bisa," kata Jaemin dengan bangga menyebutkan kemampuan Chenle.

Chenle terkekeh, rasanya ia ingin menjawab, "Gak bisa milikin lo." Tapi biarlah itu menjadi batinnya saja.

"Lebay," balas Chenle akhirnya. "Semua orang juga bisa."

"Ah gue tau!" pekik Jaemin membuat Chenle menoleh dengan kaget. "Satu kekurangan lo."

Sambil menyajikan telur tomatnya, Chenle berkata, "Apa?"

"Jomblo hahahahahha."

"Bajingan," umpat Chenle ketika Jaemin tertawa dengan kencang.

Yang lebih tua langsung terkejut mendengar Chenle mengumpat, sontak ia memukul bibir Chenle dengan keras.

"AW!" teriak Chenle sambil mengusap bibirnya.

"Anak kecil gak boleh ngomong kasar!" kata Jaemin.

Chenle berdecak lalu meninggalkan Jaemin di dapur. Ia berjalan menghampiri Jeno yang masih duduk di ruang tengah. Bedanya sudah ada Haechan di sana. Lelaki itu sedang bermanja-manja dengan sang pacar. Boleh tidak sih kalau Chenle jadi pacar Jeno juga?

"Waahh, enak tuh!" seru Haechan lalu beranjak dari duduknya. "Bagi dong, Le."

Chenle menyodorkan piringnya membuat Haechan dan Jeno terkejut. Pasalnya Chenle itu orang yang pelit kalau urusan makanan. Apalagi makanan kesukaannya.

NZ Story || Jaemle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang