Chapter 17

2.9K 169 8
                                        

Jaemin terbangun dari tidurnya akibat cahaya mentari yang telah mengusiknya siang itu. Beruntung Chenle tertidur membelakangi jendela sehingga tidak ikut terbangun.

Jaemin tersenyum mengingat Chenle yang berada di pelukannya. Ia menunduk, menatap wajah Chenle yang terlelap dengan tenang. Sesekali ia mengusap lembut rambut kesayangannya.

Ah.. Jaemin tidak akan denial lagi dengan perasaannya.

Satu yang Jaemin syukuri, rasa kagumnya pada Winter hanya sesaat. Kalau tidak, ia tidak tahu harus berapa lama lagi menyakiti bayi manisnya itu.

"Morning, aegi," sapa Jaemin ketika Chenle membuka matanya. Tidak lupa Jaemin memberi senyuman terbaiknya.

Terima kasih Jaemin haturkan kepada Tuhan yang sudah memberinya kesempatan untuk bersama Chenle.

"Udah siang, masih aja morning." Chenle terkekeh mendengar sapaan Jaemin. "Masih mabuk ya?"

"Hehe, iya, karena liat muka manis kamu yang memabukkan."

"Cringe banget lo," kata Chenle lalu melepaskan pelukannya.

"Bentar dulu, aegi, mau ke mana sih baru juga bangun." Jaemin menarik pinggang Chenle hingga mendekat kembali.

Chenle mengalah. Selalu mengalah. Tapi kali ini mengalahnya tidak sampai menyakiti lagi.

"Jadi cerita semalem gimana? Kok bisa mampir ke bar segala?"

Jaemin tersenyum, ia belum mau memberitahu Chenle mengenai Hyunjin. Terlebih lagi memang Hyunjin tidak begitu berkontribusi dalam menyakiti Chenle. Entahlah kalau dalam sudut pandang Chenle.

"Gak usah khawatir, semua masalah terselesaikan kalau sama Jaemin," ujarnya dengan sedikit angkuh dan bercanda.

"Apa iya?"

"Iya, aegi, semuanya aman."

Chenle mengangguk, ia tidak akan bertanya lagi kalau Jaemin belum mau bercerita. Lagipula saat Jaemin drunk dial, Chenle sudah mendapat benang merahnya.

"Aegi, aku kangeeennn banget."

Chenle terbatuk ketika Jaemin memeluknya dengan amat sangat erat. Agaknya bayi lumba-lumba ini kesulitan bernapas.

Chenle menepuk punggung Jaemin memintanya untuk melonggarkan pelukan.

"Uhuk, uhuk. Mau buat gue mati apa ya?!"

"Hehehe, maaf. Tapi beneran loh aku kangen banget."

Kenapa pula Jaemin ngomong aku-kamu dari tadi? Batin Chenle. Tapi ia cukup senang kala mendengar panggilan aegi lagi dari Jaemin.

"Kok bengong?"

Jaemin mendusalkan kepalanya ke ceruk leher Chenle. Mencari perhatian dari sang empu.

"Jaem, minum obat pengar dulu yuk? Lo masih mabuk ini," balas Chenle lalu berusaha melepaskan pelukan Jaemin yang cukup kuat.

"Aku udah gak mabuk, aegi~"

Chenle terdiam saat Jaemin menatap wajahnya sambil mengerucutkan bibir. Nada suara Jaemin pun terkesan dibuat-buat.

"Kamu cocok jadi pihak bawah, Jaem," celetuk Chenle tiba-tiba. Hingga tidak sadar ia pun mengenakan panggilan aku-kamu.

"Enak aja. Aku tuh pihak atas. Kamu nih, cantik dan manis cocok jadi pihak bawahku."

Chenle terkekeh, perlahan tangannya terangkat untuk mengusap bulu mata Jaemin. "Mata kamu cantik, cocok juga kalo jadi pihak bawah."

"Aegi!"

NZ Story || Jaemle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang