Chapter 44 (End)

2K 91 17
                                    

The last chapter
•••

Jaemin membawa beberapa koper besar ke dalam apartemen diikuti Chenle yang mengekor di belakang, menggendong Daegal. Mereka dinyatakan pindah dari rumah yang lama. Rumah itu pun Chenle jual karena lokasinya tidak aman lagi.

"Maaf ya kalo lebih kecil dari rumah kamu."

Chenle mengedarkan pandangannya, di lantai satu terdapat ruang tamu yang cukup luas, ada sofa, ruang dapur, kamar mandi, dan tangga. Pandangan Chenle terfokus pada rumah anjing minimalis di sana, lucu. Chenle suka.

"Apartnya minimalis tapi tetep luas, aku suka." Chenle menjawab kekhawatiran Jaemin barusan.

Jaemin menggandeng Chenle menuju lantai dua. Memperlihatkan pagar di lantai dua yang memakai kaca transparan, sehingga bisa mengintip kegiatan di lantai satu. Selain itu ada kamar tanpa pintu dengan satu kasur king size dan ada ruang kerja di sisi lainnya. Ruangan lantai dua didesain tanpa sekat sehingga membuat area tersebut lebih luas.

"Kamu suka apart yang kayak gini kah, oppa?" Chenle bertanya pada sang pemilik unit.

"Heem, aku sengaja beli yang ini karena biar bisa mantau kamu dari manapun. Lantai satu sampai lantai dua sama-sama bisa terjangkau."

Chenle terkekeh, entahlah Chenle suka dengan alasan Jaemin itu. Seakan dirinya barang berharga yang tidak boleh seorang pun menyentuhnya, lagi.

"Iya, kamu sangat berharga."

Apa ini? Kenapa Jaemin bisa membaca pikirannya?

"Karena kita sehati."

Chenle lagi-lagi terkekeh, alasan yang lucu.

"Aku emang lucu."

"Oppa! Stop baca pikiran aku."

"Hahaha, aku gak baca pikiran kamu, sayang. Semuanya keliatan dari raut wajah kamu yang lucu ini."

"Jangan cubit pipi Lele! Nanti makin tembam."

"Gapapa, biar enak digigitnya."

Chenle mendengus lalu beranjak membereskan barang-barangnya.

"Anyway, kamu dari kapan udah ngisi perlengkapan di sini? Ada rak buku yang penuh juga lagi."

"Sebenernya aku minta tolong manajer hyung. Terus bunda sama ayah yang ngisi rak-rak buku."

Chenle mengangguk paham.

"Beres-beresnya nanti aja, istirahat dulu yuk? Udah malem gini."

Belum sempat menolak, Jaemin menggendong Chenle ke kasur mereka. Jaemin menaruh Chenle dengan sangat hati-hati, lalu ia berbaring di sebelahnya. Memandangi Chenle yang memiliki wajah cantik, lucu, imut, dan manis.

"Kamu ganteng, oppa." Chenle ikut memandangi Jaemin, wajah yang sangat sempurna.

"Orang ganteng ini cuma milik kamu, cantik."

"Iya, aku mau jadi cantik biar bisa bersanding sama kamu."

"Udah berhasil kok." Jaemin tersenyum manis lalu memperhatikan spot luka di wajah Chenle yang masih berbekas. Masih perlu rutin diberi salep.

Chenle yang peka dengan arah pandang Jaemin langsung memalingkan wajahnya. Tidur telentang seraya menatap langit-langit kamar yang dipenuhi hiasan bintang dan bulan. Rasanya tenang, nyaman, dan aman.

"Cantik," gumam Chenle.

Jaemin mengikuti Chenle, memandangi langit-langit kamar yang sepertinya dihias oleh bunda dan ayah. Terima kasih kepada dua orang yang telah memberikan seluruh cintanya pada Jaemin. Mungkin sekarang ditambah satu orang yang akan mendapatkan cinta dari bunda dan ayah juga, yaitu kekasihnya.

NZ Story || Jaemle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang