• LAPANGAN

1.2K 102 0
                                    

  "Lo tau gak? Rara tuh gebetannya afan," ujar Valen terkekeh saat afan menjitak kepalanya.

Valen mengambil alih buku bersampul biru itu ditangan eby. Ia ikut membubuhkan tanda tangannya disana.

  "Dia marah kali sama Lo gegara pagi pagi main gendong gendongan gitu," lanjutnya.

  "Gimana rasanya digendong ketua OSIS?" Goda hasby.

  "Kesel!" Jawaban Devi sukses membuat eby, Valen, dan hasby terbahak di tempatnya.

Mereka sudah membubuhkan tanda tangannya dibuku bersampul biru itu. Tinggal afan yang belum menyentuh buku itu. Hasby pun memberikan buku bersampul biru itu kepada afan.

  "Aku tidak ingin memberimu tanda tangan, bernyanyi saja. Cepat!" Dia berkata.

Devi, Caca, dan Nayla saling berpandangan, namun setelah menuruti perintah afan, mereka bertiga bernyanyi bersama, afan langsung menghentikannya.

Ia lalu memberi perintah lagi jika ia mau mereka bernyanyi sendiri sendiri.

Mereka bertiga pun hanya bisa bersabar menghadapi ketos ini demi sebuah tanda tangan.

Setelah menyanyi, akhirnya afan memberikan buku bersampul biru itu kepada mereka bertiga, yang pasti sudah dengan tanda tangannya.

mereka pun pamit undur diri, setelah mengucapkan terimakasih. Namun, afan masih memandang punggung Devi yang semakin jauh didepan sana, sampai hilang dibalik pintu.

                                        ****

MOS telah berakhir, para murid baru mencari namanya di kertas yang tertempel di mading untuk mengetahui masuk ke kelas apa.

Caca kini tengah ikut berdesak desakan di antara kerumunan murid baru di depan mading.

Ia mencari namanya, Nayla dan juga Devi untuk mengetahui di kelas apa mereka nanti.

Ternyata mereka satu kelas. Kelas X MIPA 2. Саса bisa bernapas lega, lalu memberi tahu info ini pada Nayla dan Devi yang menunggunya di koridor yang lumayan sepi.

Sementara, devi kini sibuk menonton kakak kelasnya yang sedang latihan basket. Sepertinya mereka pagi ini ada jam olahraga.

Di lapangan itu ada afan, eby, valen, dan hasby. Sepertinya ini jam olahraganya kelas mereka.

Ngomong-ngomong masalah afan, entah kenapa dari awal MOS, afan selalu mengganggunya.

Padahal devi sudah selesai mengumpulkan tanda tangan anak Osis, tapi selalu ada saja salahnya.

Seperti waktu itu saat ia, Caca dan juga nayla minta tanda tangan afan dan ketiga temannya.

Devi lupa foto berdua dengan masing-masing temannya afan. Yang harusnya buku bersampul biru itu sudah ia kumpulkan,

malah tidak jadi karena ia belum foto dengan afan dan ketiga temannya. Saat dimintai foto juga, hanya afan yang sulit diajak foto.

Akhirnya ia terpaksa menuruti perintah afan membeli es bubble di kantin untuknya, baru lah afan mau foto dengannya.

Sedangkan caca dan nayla? Mereka tanpa repot-repot langsung bisa foto dengan afan. Devi jadi sempat berpikir, apa devi punya dendam pribadi padanya?

Setelah caca bergabung dengan mereka, devi dan kedua temannya kini menyempatkan diri sebentar untuk ke kantin membeli minum.

Tak lama bel mereka langsung bergegas meninggalkan kantin. Letak kantin berseberangan dengan gedung sekolah.

Di tengah-tengahnya terdapat lapangan yang sering dipakai untuk olahraga maupun upacara.

Devi dan kedua temannya, berjalan di pinggir lapangan agar menghindari serangan bola yang bisa saja mengenai tubuhnya.

Namun, tiba-tiba saja sebuah bola melesat menuju ke arah devi. Devi pun terjerembab di atas lantai, la meringis kesakitan memegang lengan kanannya yang terhantam bola basket.

Caca dan nayla yang melihat temannya terjatuh lantas membantunya berdiri.

   "Sorry, gue gak sengaja." Terdengar suara cowok yang mendekat menghampiri mereka.

Suaranya sangat familiar di telinga devi. Devi yang kesal karena paginya direcoki orang lain, lantas menggerutu sendiri.

 
  "Resek banget sih! Masih pagi udah main basket. Gue bakar juga nih bolanya!" oceh devi sambil membersihkan tangan dan roknya dari debu lantai.

  Caca dan nayla memandang ke arah cowok itu penuh khawatir. Bagaimana bisa devi mendumel seperti itu pada ketua Osis sekolah ini?.

Devi pun mengangkat wajahnya, terkejut mendapati afan berdiri di depannya dengan memegang bola oranye itu di pinggangnya.

   
    "Bakar kalo berani," ujar afan sambil menodongkan bolanya ke arah devi.
 
    "Haduh! Masnya kalo main basket tuh bisa gak sih gak usah pecicilan bolanya?" sindir devi kesal.

   "Heh, Mbaknya pikun ya? Namanya juga bola kalo mantul ya sesuka dia mau mantul ke mana."
 
   "Woy, bolanya buru teriak hasby dari lapangan. Dibalas afan dengan acungan jempol.

   "Kalo luka ke UKS aja. Nanti gue susul," ujarnya lalu pergi bermain lagi di lapangan.

Next ? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang