• COWOK GUE

1.1K 100 0
                                    

wajah afan dengan telapak tangannya. Setelah afan terhuyung ke belakang, devi langsung kabur

dari hadapannya.Jantungnya saat ini sudah tidak karuan rasanya. Sedangkan afan, ia tersenyum

geleng- geleng kepala melihat kepergian devi.
Devi masuk ke dalam kelas, wajahnya masih memanas mengingat kelakuan afan tadi.

Caca yang duduk di sebelahnya lantas penasaran dengan wajah devi yang memerah itu.

    "Mengapa?" tanya caca. "Kalo kita sering ketemu sama cowok itu, emang tandanya jodoh?"

tanya devi penasaran. Daritadi ucapan afan selalu terngiang-ngiang di benaknya.

Belum lagi tadi di dekat tangga afan berulah membuat jantungnya berolahraga hebat.

Kalau boleh Devi ge'er sepertinya tadi afan ingin menciumnya.

Apa direct massage yang tadi itu benar-benar akan dilakukan afan hari ini?

   "Lah? Lo sakit? Tiba-tiba ngomongin jodoh? Ketularan nayla?" Caca menempelkan punggung tangannya di dahi devi, lalu memegang bokongnya lagi. Menyamakan suhunya.

   "Kampret!" Devi mendengus kesal. Caca pun terkekeh.

   
    "Kenapa lo tiba-tiba nanya itu?" Caca membenarkan posisi duduknya. Telinganya fokus mendengar ucapan devi.

    "Afan masa yang ngomong kaya gitu." Devi menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

  Menyembunyikan wajahnya yang merona. Caca dan nayla tahu kalau devi menaruh harapan pada afan.

    "Tapi hubungan lo sama afan udah sejauh mana? Ada gak saling tukar kabar lewat chat?" tanya caca memastikan.

Devi lantas menggeleng. Jangankan chatting-an, punya kontaknya saja tidak.

   "Yah, udah deh jangan ngayal yang jauh dulu. Takutnya lo cuma di PHP-in sama dia.

Lo tau kan modelan bad boy kayak dia tuh pasti ceweknya di mana-mana."

Caca memberi saran. Devi hanya menggangguk membenarkan ucapan Caca. Lagi pula dekatnya Devi dengan afan, hanya di sekolah, di luar itu?

Entahlah, Namun tak bisa dipungkiri devi merasa kecewa dengan saran Caca yang sangat tepat itu.

                                          ****

    "Kan gue udah bilang, gue mau pulang," Devi yang sudah kesal setengah mati dengan cowok di sampingnya, langsung menggigit lengannya.

   "Aw! Lo kapan jinaknya sih?" tanya Dipta. Dipta itu mantan Devi yang sampai sekarang masih mengejar-ngejar Devi.

  Padahal dulu Dipta yang meninggalkan devi, tapi sekarang ia juga yang mengemis minta balikan.

   "Dipta gue mau pulang!" Devi hampir ingin menangis. la benar-benar takut sekarang. Takut Dipta melakukan hal yang tidak diinginkannya.

   "Devv, lo kenapa sih tiap gue ajak balikan gak pernah mau?"


   "Ya, lagian gue udah gak suka sama lo. Mending lo cari aja yang lain," ujar devi serius.

Walau Dipta anak orang kayak dan wajahnya sangat tampan. Tapi devi tetap tidak menyukainya.

   "Gak. Gue mau nya tetep lo!" final Dipta. Matanya kini fokus ke jalan yang cukup sepi di malam hari.


   "Dipta, gue mau pulang. Lo ngapain sih bawa gue ke sini." Devi kalang kabut.

Ini sudah jam sebelas lewat, tapi ia masih di luar.
Ditambah ia dapat melihat jelas gedung di depannya ini sangat tertutup,

hanya ada beberapa lampu kelap-kelip yang meneranginya saat di pintu masuk.

Semua ini berawal saat ia sedang belanja camilan dari minimarket depan kompleks perumahannya

devi tak sengaja bertemu Dipta dan dipaksa naik ke mobilnya. Dan sekarang, berakhirlah devi

bersama Dipta di parkiran sebuah gedung yang devi tidak tahu tempat apa itu.

"Turun! Temenin gue dulu bentar. Gue mau ketemu temen di dalem." Dipta membuka sabuk pengamannya.

"Itu tempat apa?" Devi masih memandang keluar jendela, di mana gedung yang lebar dan tertutup itu terpampang nyata di depannya.

   "Udah turun, nanti juga lo tau." Dipta langsung turun dari mobil. Dan akhirnya,

devi dengan hati-hati mengikuti langkah Dipta di belakangnya.

Namun, di tempat yang sama, hanya berjarak beberapa meter dari posisi devi dan Dipta.

Afan yang baru turun dari motornya tak sengaja menangkap kedua sosok itu.

Gak mungkin cewek tadi devi. Afan pun masuk ke dalam sebuah kafe di mana teman-temannya sudah berkumpul.

la pun langsung berjalan menuju meja teman-temannya.

Namun, baru saja ia ingin menapaki kakinya di anak tangga, matanya menangkap sosok devi

yang tengah duduk bersama beberapa para cowok dengan wajahnya yang terlihat gelisah dan tidak nyaman.

Afan yang melihatnya langsung terpancing emosi. Afan kira, ia salah lihat tapi ternyata benar.

Afan memutar tubuhnya dan langsung menghampiri ke tempat di mana devi duduk saat ini.

   "Pulang!" Afan langsung menarik tangan devi. Sampai devi bangun dari duduknya.

Devi terkejut saat mendapati afan di depannya, tapi tak urung terbentuk senyum di wajahnya yang memucat.

Sedangkan Dipta yang melihat devi dipegang oleh cowok yang bahkan tidak la ketahui itu sudah mendelik tidak suka.

   "Pulang sekarang juga!" Afan sudah menarik tangan devi untuk dibawa keluar. Tapi tangan devi yang satunya lagi, sudah dicekal Dipta.

   "Lo siapa? Jangan ikut campur!" Dipta memandang afan dengan tatapan marahnya.

Devi sangat paham dengan sifat Dipta kalau tengah marah, la tak segan-segan untuk menghajar lawannya.

Devi tidak ingin, sampai terjadi apa-apa dengan afan. Malam ini, afan sudah menolongnya dari Dipta. Biarkan devi juga yang ikut menolong afan.

"Dia cowok gue!" Devi bersuara. Afan tersenyum senang saat mendengar ucapan devi.

Ditambah, tangan devi yang memeluk pinggangnya mesra.

penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang