• MERANGKUL

1.1K 98 0
                                    

Afannnn:
Cowok terkeren se-SMK ANGKASA masa lo gak tau?
Kudet lo!

Sridevi:
Gak lah! Ngapain gue follback Lo.

Afannnn:
Anjir. Yaudah ga follback gpp tapi utang sore2 pas tawuran harus dibayar ntar. Ok syg?

Devi bergidik ngeri dengan pesan terakhir afan. Memangnya afan siapa? Berani sekali la memerintahkan devi.

Devi langsung menonaktifkan datanya. Ponselnya ia masukkan ke dalam saku celana training-nya.

Caca dan nayla akhirnya mau pergi juga dari lapangan yang panas dan berdebu itu,

mereka memilih kantin untuk mengisi perut terlebih dahulu.

Padahal sebelum olahraga mereka memiliki jam istirahat, tetapi mereka memilih diam di kelas saja.

   "Gila! Kenapa gak dari tadi sih ke kantinnya?" keluh devi sambil mengelap wajahnya dengan tisu yang disediakan di atas meja.

  
    "Tau tuh caca. Hobi banget panas-panasan di lapangan," timpal nayla.

    "Apa jangan-jangan, lo mau nontonin Si rahm ya? Ngaku lo!" tuduh Devi. Ya, caca pernah

ketahuan oleh Devi dan Nayla kalau akhir-akhir ini mereka saling mengirim chat.

Caca juga langsung mengaku habis itu. la bilang, ia suka dengan bentuk tubuhnya rahm.

Rahm memiliki tubuh yang tinggi dan tegap. Wajahnya yang manis, merupakan poin utama yang membuat Caca sampai suka padanya.

   "Ya, sekalian sih itu juga hahaha.." Caca salah tingkah karena ketahuan Devi.

  "Emang siapa duluan yang deketin?" tanya nayla kepo. Devi memajukan bangkunya.

la ingin mengetahui sampai sejauh mana hubungannya dengan rahm yang merupakan ketua kelas di kelasnya, juga teman tongkrongan afan.

"Jadi gini, Gais. Waktu itu gue kan nge-chat dia nanyain tugas halaman berapa, eh jadi berlanjut sampe sekarang."

Caca cengengesan di tempatnya. Devi dan nayla saling pandang. Ia merasa aneh dengan cerita caca.

   "Sama aja dong, intinya lo yang mulai deketin dia. Modus-modus nanya tugas. Kan gue sama devi ada."

  Nayla menoyor kepala cacaa gemas. Dikira nayla dan devi itu polos? Sampai tidak paham akan modus basi seperti itu?

   "Beda lah! Sejarahnya ya, Caca Aprilia yang cantik ini gak level deketin cowok duluan," balas caca sambil mengibas rambutnya yang tergerai indah.

   "Fakta membuktikan, lo duluan yang nge-chat dia Juminten!" balas devi gemas. Kenapa caca tidak langsung mengakuinya saja, sih?

Kenapa harus bertele-tele begitu. Lagipula mau caca dekat dengan siapa pun, Devi oke-oke saja.


                                           ****

   "Hai, Cantik" ujar afan yang langsung merangkul pundak devi. Devi habis dari ruang guru.

Ia mengantar tas milik Bu jubet, yang baru selesai mengajar di kelasnya tadi.

Tapi tiba-tiba saja ia bisa bertemu afan, di lorong depan ruang guru.

Ia mengantar tas milik Bu jubet, yang baru selesai mengajar di kelasnya tadi.

Tapi tiba-tiba saja ia bisa bertemu afan, di lorong depan ruang guru.

   "Ck! Apaan sih tangan lo" devi mengempaskan tangan afan yang menurutnya berat.

  "Yaelah, galak amat sih sama calon pacar," goda afan.

   "Eh, tumben rambut lo yang kek kemoceng diginiin?" tanya afan sambil memainkan ujung rambut devi.

Rambut devi memang habis dikuncir oleh caca yang memang sangat terampil menata rambut.

  
   "Bukan kemoceng, tapi kek bulu idung! Puas?!" Afan terkekeh. Devi sungguh pintar menjatuhkan dirinya sendiri tampaknya.

   "Jangan dikuncir gini lah, gue gak suka berbagi," ujar afan memegang kedua pundak devi agar berhadapan dengannya.

   "Apaan, sih?"

  "tuh, leher lo. Bikin fantasi liar cowok-cowok, tau?!" Devi memutar bola matanya malas.

Kenapa sih, di manapun berada pasti di situ ada afan?

   "Tau ah! Kesel gue, gak di mana-mana lo nongol mulu." Devi menyingkirkan tangan afan dari bahunya.

   "Kan di mana ada lo di situ ada gue. Ini namanya jodoh!" ujarnya bangga. la mengejar devi yang beberapa langkah sudah di depannya.

   "Idih! Siapa juga yang mau berjodoh sama lo?!" Devi menengok, menatap afan sengit.

  "Suatu hari nanti pasti lo pengennya berjodoh sama gue." Afan merangkul pundak devi lagi.

  "Pede banget!" Devi melipat kedua tangannya di dadanya

 
  "Takdir gak ada yang tau, kan. Bisa aja seminggu lagi lo jadi pacar gue, kan?" tangan afan mencubit gemas pipi devi.

   "Sakit, anjir!" Devi memukul lengan afan kesal, lalu tangannya mengelus pipinya yang terasa panas. Afan hanya terkekeh.

   "Lo seneng kan gue gituin? Muka lo noh merah," goda afan. Devi seketika langsung membingkai kedua pipinya.

 
   "Merah gegara lo cubit! Sakit tau! Kalo pipi gue sampai kendor gimana? Nanti jadi jelek kayak lo!" balas devi.

  Afan tersenyum miring, lalu menarik tangan devi untuk dibawa ke tembok dekat tangga.

la lalu mendorong pelan pundak devi, sampai punggung devi membentur tembok.

   "Mau ngapain lo?!" Wajahnya dengan wajah afan hanya berjarak lima senti saja. Kalau devi banyak gerak, bisa-bisa afan nya menang banyak.

   "Katanya pipi lo sakit. Gue lagi berbaik hati nih, mau ngobatin pipi lo." Afan tersenyum penuh arti.

Devi jadi gugup, belum lagi ia merasa kerongkongannya mengering seketika, Menelan salivanya saja, devi merasa kesulitan.

Apalagi afan semakin mempertipis jarak di antara mereka. Devi pun refleks mendorong.

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang