• SEBENARNYA

694 50 0
                                    

dari tadi, ditambah kepalanya yang pusing. Devi melipat tangan kiri dan kanannya untuk

menjadikan bantal di kepalanya. la tertidur di samping lengan afan dengan posisi duduknya.

Tangannya pun sengaja tidak ia lepaskan dari tangan afan.

    "Sayang kamu, fan, cepet bangun. Demi aku."

    "Temuin aku, walaupun dalam mimpi..."


                                         ****

Devi tengah berada di depan gedung apartemen afan.

Sepulangnya dari sekolah, kakinya berjalan tanpa arah.

Devi juga terus melamun memikirkan perkataan eby, hasby dan valen saat di kantin tadi.

    "Gimana? Udah ada kabar dari polisi?" Valen yang tengah memakan mi gorengnya, memulai pembicaraan.

    "Mereka masih ngelacak keberadaan sopir truk waktu itu,

biar bisa dijadiin bukti kuat kalau Langit dalangnya," jelas hasby.

    "Sial! Lama banget kerjanya mereka!" Eby menggebrak meja,

Valen yang sudah mangap siap untuk memasukkan mi-nya

ke dalam mulut lantas terlonjak kaget. Hasby terkekeh melihat wajah valen.

    "Tau! Greget gue. Kasian devi hidupnya gak nyaman, afan masih koma dengan Langit yang masih berkeliaran diluar sana."

    "Devi?!" pekik eby syok saat baru menyadari devi tengah berdiri tak jauh darinya.

    "Maksud kalian apa?"Valen, hasby, dan juga eby saling melirik satu sama lain.

Lalu, valen mengangguk sebagai tanda mereka harus memberi tahu devi akan kenyataannya.

    "Dev, sini duduk. Udah saatnya buat kita kasih tau yang sebenarnya,"

ujar eby menepuk bangku kosong di sampingnya. Devi menuruti omongan eby, lalu

duduk di sebelahnya. Hasby dan yang lainnya tengah memikirkan cara menyampaikannya

pada devi perkara kasus kecelakaan afan minggu lalu.

     "Sebenarnya, afan kecelakaan bukan karena-" Tetttt... Tettt

Bunyi bel, membuat seisi kantin gaduh untuk kembali ke dalam kelas. Devi tidak

memusingkan hal itu, lalu kembali fokus dengan ketiga cowok di dekatnya.

     "Karena?" tanya devi mendesak mereka untuk melanjutkan omongannya.

    "Ah! Belnya cepet amat sih. Gue belom nyalin PR ini!" ujar eby panik,

lalu beranjak dari bangkunya. ya, mau nyalin PR dulu." la lalu berlari keluar kantin. Devi mendengus kesal karena ulah eby.

    "Lanjutkan!" kata devi.

    "Keknyanya pulang sekolah aja deh kita kasih taunya. Ini udah bel, kita abis ini pelajaran MTK, gurunya killer," ujar hasby yang diangguki valen.

    "Ah resek! Yaudah balik sekolah. Awas aja lo pada boong!" Devi pergi dari hadapan mereka.


                                         ****

Devi baru tersadar, saat dirinya ditegur satpam yang bekerja di apartemen ini. Pasalnya sedari

tadi devi hanya berdiri diam di depan gedung yang menjulangtinggi di hadapannya.

Satpam tersebut menanyakan keperluannya dan kenapa hanya berdiri di sini. Devi hanya

menjawab, bahwa ia ingin ke apartemen temannya yang ada di lantai sembilan. Dan

selesai dengan satpam di depan sana, devi masuk ke dalam lift. la ingin mengobati rasa rindunya pada afan.

Makanya ia pergi ke apartemennya. Di depan pintu bercat cokelat, devi berdiri diam. la ragu

apa harus masuk ke dalam atau tidak.Kalau ia masuk, kenangan di dalamnya masih sangat terbayang di

ingatannya. Belum apa-apa saja, hati devi sudah terasa sakit mengingat kenangan yang sepintas mampir di pikirannya.

Devi berlari keluar gedung apartemen itu, ia menetralkan napasnya yang terengah di taman

belakang apartemen itu. Dadanya sangat sesak, hingga air mata turun di pipinya. Ia tidak rela banyangan akan kenangannya bersama afan

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang