• GEMAS

1.1K 92 0
                                    

Letak halte itu pas sekali di dekat tikungan jalan buntu, di belakang sekolahnya.

Devi masih terus mencoba menelepon Haikal. Tapi yang di dapatnya hanya suara operator.

Saat devi mencoba untuk menghubunginya lagi, ponselnya tiba-tiba saja langsung mati.

Ternyata baterainya habis karena saat jam kosong tadi devi pakai untuk nonton Youtube.

Devi menghela napas kasar. Terpaksa ia menunggu angkot saja, walaupun sepertinya jarang ada

yang lewat karena hari juga sudah sore, Tapi setahu devi, angkot di sini terakhir lewat saat jam setengah enam sore.

Devi pun duduk di bangku besi yang disediakan di halte. la celingukan mencari kendaraan umum.

Coba saja baterai ponselnya tidak habis, la pasti akan memesan Ojol di ponselnya.

Namun, tiba-tiba saja telinganya menangkap suara gaduh dari arah belakang. Devi pun

menengok dan matanya langsung terbelalak kaget saat melihat tawuran antar pelajar.

Devi bisa pastikan itu murid di sekolahnya. Terlihat afan dan beberapa temannya ada di sana sedang beradu kekuatan.

Devi melongo di tempatnya. Ia bingung harus apa. Mau kabur juga, kabur ke mana? Ke sekolah? Tidak mungkin.

Sekolah sudah sangat sepi. Devi menengok kanan kirinya. Kenapa sore ini sepi?

Pantas saja mereka berani tawuran di dekat sekolah, karena memang daerah sini sudah sepi.

Devi sibuk menengok kanan dan kirinya mencari seseorang, siapa pun itu untuk dimintai tolong mengantarkannya ke jalan raya yang ramai.

Karena letak sekolahnya ini hampir masuk ke dalam perumahan. Hanya saja, perumahan itu letaknya di belokkan yang lumayan jauh dari sekolahnya.

Namun, tiba-tiba seseorang dari belakang devi tengah berjalan menghampirinya, yaitu bagas.

Anak sekolah lain yang tengah tawuran dengan sekolahnya. Bagas melihat devi tengah duduk sendirian di halte.

Yang menarik perhatiannya adalah seragam yang dikenakan devi. Seragamnya menunjukkan ciri khas dari SMA ANGKASA.

Kalau ia tidak bisa berpacaran dengan gebetannya yang sekarang telah berpacaran

dengan jaya, bagas bisa mendekati devi yang notabenenya adalah anak Angkasa.

Bagas tadinya tengah bertarung dengan jaya, hanya saja jumlah teman-temannya lebih unggul. Jadinya, bagas bisa leluasa menghampiri Devi.

Afan yang tidak sengaja melihat Bagas menjauh dari area tawuran lantas menajamkan matanya

saat menangkap sosok devi di pinggir jalan sana. Walaupun jaraknya agak jauh, tapi afan yakin seratus persen kalau itu devi.

Afan yang lengah, lantas mendapatkan bogeman mentah di sudut bibirnya. Afan langsung membalasnya walaupun tidak sampai babak belur lawannya itu.

Afan langsung buru-buru keluar dari area tawuran. Ia berlari sekencang mungkin, agar dapat mencegah bagas yang hampir dekat dengan devi.

Begitu sampai, afan langsung menendang punggung bagas dari belakang, sampai bagas terpental jatuh di aspal.

Dan tanpa membuang waktu, ia langsung berlari menghampiri devi.

Sesampainya di depan devi, afan langsung menarik tangan devi mengajaknya untuk berlari menjauh dari kawasan sekolah.

Devi terkejut, tapi ia hanya diam dan ikut berlari di belakang afan. Tangannya masih digenggam afan.

Sampai dirasa sudah jauh dari kawasan sekolah, afan berhenti dan menunduk.

Tangannya menopang di lututnya, ia mencoba menetralisir napasnya yang memburu akibat aksi larinya tadi.

Hal itupun dilakukan devi juga. Devi tengah ngos-ngosan. Ia mengelap keningnya yang berkeringat.

  "Lo ngapain sih jam segini masih di sekolah?!" tanya afan dengan nada kesalnya.

 
  "Lo? ngapain tawuran deket sekolah! Belom aja Kepsek tau!" balas devi. la mengibas-kibaskan tangannya, agar dapat menghilangkan rasa panas di lehernya.

   "Ditanya malah nyolot! Bukannya terima kasih! Lo tuh hampir ketangkep sama bagas. Untung ada gue yang liat." Devi kaget mendengar penjelasan afan.

   "Kok gue dibawa-bawa sih?" tanya devi bingung. Harusnya kan urusannya sama jaya seperti yang caca ceritakan tadi di kantin.

   "Lo Itu anak Angkasa! Bodoh kok dipelihara?!" Afan menjitak kening devi gemas. Devi hanya mendelik kesal.

   "Sana balik! Di depan ada angkot, ada ojek, ada taksi yang bisa lo pake buat balik" usir afan.

Devi menghela napas kasar lalu beranjak pergi dari sana. Toh, saat ini ia dan afan berada dikawasan yang sudah ramai akan kendaraan.

Jadi devi tidak perlu takut lagi. Baru juga devi selangkah berjalan, afan sudah mencekal lengannya.

Next ? Vote and comen

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Jangan lupa ikuti
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang