• TEMBOK CINA

698 68 0
                                    

sih punya cowok! Untung sayang! Gak ada tangga apa ya?"

Devi celingukan mencari tangga di sekitar sana, namun nihil. Hanya ada rumput panjang yang

tak terurus disekitarnya. Devi mangehela napas kasar, tubuhnya ia sandarkan di tembok. Lalu

berdiri tegap lagi, melihat tembok yang menjulang tinggi di depannya.

    "Emang ya cinta butuh perjuangan. Jangankan tembok sekolah, Tembok Cina yang panjangnya

kaya gitu aja bakal gue lewatin biar bisa ketemu Yayang." Devi tersenyum setelah mendengar kata-katanya sendiri.

    "Gila gua barusan ngomong puitis banget, kayanya gue emang tipe cewek romantis deh."

Devi cekikikan sendiri seperti orang gila. Namun, tiba-tiba saja seseorang loncat dari balik tembok

dan hampir saja menubruk dirinya. Devi sangat terkejut hingga ia mengeluarkan umpatannya.

    "Copot bibir gue!" Devi memegang dadanya syok.

   "Afann! Lo kalo nongol bilang-bilang dong. Kaget nih!"

    "Gak ketemu satu hari, lo jadi gila ya?" tanyanya sambil membersihkan telapak tangannya yang menyentuh tanah saat lompat tadi.

    "Hah?"

    "Ngapain ngomong sendiri? Bawa-bawa Tembok Cina segala. Apa hubungannya tembok cina sama romatis?"

    "Rese banget! Nguping lo ya dari tadi"

    "Muka kenapa merah?" tak dipungkiri afan tersenyum sangat tipis saat ini, melihat wajah gadisnya yang memerah.
la rindu tapi masih harus pura-pura ngambek?

    "Udah deh gak usah banyak omong. Temen lo mana yang buat nolongin gue?"

    "Lo ngarepnya ditolongin siapa?" Wajah afan kembali datar.

    "Lah kan katanya kamu gak bisa."

    "Buktinya gue udah di sini. Lo ngarep ditolongin sama Langit?"

    "Ih apaan sih. Udah apa jangan bahas yang bikin kamu marah lagi."

    "Tuh kan mukanya udah bete."

    "Sayang..." Devi cemberut

    "Buru naik masih ada sepuluh menit lagi sebelum futsal, nih." Afan meregangkan tubuhnya untuk ancang-ancang menggendong gadisnya.

    "Lama!" Afan berjongkok di sampingnya. Devi yang mengerti situasi lantas naik ke atas pundak afan.

    "Fann, naikin lagi dikit" ujar devi melihat ujung tembok yang masih belum sejajar dengan kepalanya.

    "Kamu pegang pake tangan temboknya, nanti aku bantu dorong dari sini," titah afan.

    "Gak sampe!" ujar devi saat tangannya mencoba meraih ujung tembok.

Afan yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.

Dengan sekuat tenaga, ia berjinjit agar tangan devi bisa meraih tembok itu.

    "Gimana gak encok, lo berat banget. Gue kayak dorong sapi naik ke tembok tau?"

keluh afan setelah berhasil, setelah itu ia mengambil ancang-ancang untuk naik ke tembok menyusul devi.

    "Sembarangan! Body goals gini lo bilang gendut?!" tanya devi saat afan sudah duduk di sampingnya. Di atas tembok.

    "Gue gak bilang lo gendut." Afan langsung melompat turun dari atas sana.

   "Buru loncat!" titah afan

   "Ih gak bisa! Nanti kalo jatoh gimana?"

   "Enggak! Gue tangkep. Buruan!"

   "Bener ya. Awas aja kalo sampe jatoh!" Devi lantas menjatuhkan dirinya secara pasrah.

Afan yang belum siap, lantas menangkap devi, namun jatuh serangan mendadak dari devi.  Devi pun jatuh menindih afan dengan sukses.

   "Encok dah badan gue. Lo kalo loncat bilang-bilang kek. Lo pikir lo enteng?" Devi pun terkikik puas melihat wajah afan yang kesakitan.

    "Maaf, Sayang..." Afan hanya bisa mencelos sambil mengusap pinggangnya.

   "Udah ya, jangan ngambek terus dong. Lagian ketemu Langit juga kan cuma kemaren doang."

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang