• PACAR

812 67 0
                                    

   "Di semak-semak itu, kamu menyukai tempat sepi yang berbau dosa."

   "Jangan mancing, mau aku seret kamu ke semak-semak, hah?"

   "Dasar omes!" Devi tertawa puas, membuat afan jadi ikut tertawa sambil menimpuk jeruk kepadanya.

Tapi sayangnya malah mengenai kaki kiri devi yang memar hingga membuat devi meringis kesakitan dan membuat afan Jadi merasa bersalah.

   "Kenapa?" tanya afan khawatir. Devi tak menjawab, ia hanya menggeleng kecil.
Afan yang tak sabaran akhirnya menekan paha kiri devi.

   "Aw, sakit!" pekik devi.

   "Tuh kan, kamu kenapa sih? Ceritain sama gue, kenapa bisa kayak gitu tuntut afan.

Devi masih diam dan enggan untuk memberitahunya. Tapi, afan memaksanya dan mengancam

akan marah padanya tujuh hari tujuh malam. Karena devi tidak ingin afan marah dan berakhir

mengabaikannya, akhirnya devi menceritakan semuanya dari awal. Tanpa terkecuali.


                                          ****

Pukul 11.21

Devi tengah berjalan menyusuri hutan bersama teman sekelompoknya.

Sialnya ia satu kelompok dengan Rara dan juga Laras yang merupakan satu gengnya. Devi terpisah dengan

caca dan juga nayla. Tapi untungnya, di dalam kelompoknya ini ia masih kenal satu orang yang notabenenya teman sekelasnya,

yaitu Bimo. Anggota kelompok devi terdiri dari lima orang yang beranggotakan, rara, Laras, Bimo, devi, dan juga Elma.

Elma sendiri merupakan teman sekelas Rara. Saat jalan seperti ini pun, rara, Laras, dan juga Elma selalu

bertiga dan memimpin jalan di depan. Sedangkan devi, untungnya ada Bimo yang menemaninya di belakang.

Bimo memiliki asma dan kambuh saat mereka berlima tengah celingukan mencari bendera. Devi yang dipegang

bahunya dari belakang, langsung menoleh dan mendapati Bimo yang sudah memegang dadanya yang sesak itu.

    "Bimo, lo kenapa?" tanya devi panik. Rara dan ketiga temannya lantas menoleh

   "Obat gue," ujar Bimo dengan terengah-engah. Devi tidak mengerti obat apa yang Bimo maksud.

Tapi ia mencoba mencarinya di ransel Bimo. Ternyata turbuhaler, Benda yang digunakan untuk

mengobati penyakit asma. Bagaimana devi bisa tau? Karena papanya juga memiliki asma dan

selalu siap sedia benda berbentuk tabung kecil itu di dalam sakunya.

    "Yaelah Lemah banget sih jadi cowok. Gitu aja bengek" ujar Rara. dengan tangannya yang terlipat di depan dada.

Devi menatapnya dengan pandangan tak suka ke arahnya, membuat rara menggerutu lagi.

    "Apa? Mau belain dia?! Wajar sih. Lo kan cocoknya sama cowok kaya gitu, afannya aja yang tolol malah milih lo." hilang sudah kesabaran devi.

    "Apa urusannya Bimo yang asmanya kambuh dengan hubunganya dan afan? Ini sih namanya cari masalah.

    "Devi bangun dari jongkoknya. Bimo sudah mula perlahan stabil tapi napasnya masih agak sesak.

Bimo sudah tidak ingin berurusan dengan rara dan teman-temannya. Tapi, devi tidak menggubris larangan Bimo.

   "Gak ada urusannya sama afan!" kesal devi.

   "Ada Lo cocokkan sama Bimo. Bukan sama afan. Devi tertawa sumbang mendengar penuturan cewek halu didepannya

    "Tapi nyatanya gue yang pacaran sama afan" rara masih merespons ucapan devi.

   "Lo lagi beruntung aja. Kalo dia bosen juga pasti larinya ke gue," balas rara dengan sombongnya.

    "Miris banget sih hidup lo, Mbak. Cuma jadi pelarian aja bangga!" Rara geram dengan ucapan devi yang menghinanya.

     "Apa lo bilang?" Rara sudah ingin menampar pipi devi, tapi Bimo sudah lebih dulu menahan tangan

    "Lo gak usah ikut campur deh! Kalo lo bengek lagi di sini, terus mati yang ada lo nyusahin gue!" Perkataan pedas rara, mampu membuat Bimo dan devi semakin kesal dengan kakak kelasnya ini.

    "Jaga omongan lo," bentak devi. Rara sudah sangat kelewatan. Walaupun Bimo memiliki riwayat asma, memangnya apa yang salah? Toh, ini juga bukan kemauan Bimo.

   "Ini lagi! Cewek gak tau diri, ikutan nyaut. Udah deh gue saranin, lo berdua tuh cocok. Sama-sama sampah di sekolah mending jadian aja,"

coba saja kondisi Bimo sudah pulih seutuhnya, pasti Bimo akan membalas ucapan rara yang kasar itu.

   "Masih mending gue sampah. Masih keliatan bentukannya, dari pada lo debunya sekolah yang ditiup ilang!" sahut devi menantang rara.

Bimo tersenyum dengan jawaban cerdik devi. Sedangkan kedua teman Rara sudah mengompor-kompori rara

sampai ia maju dan menjambak rambut devi dengan sangat kuat. Devi meringis dan ikut menjambak rambut

rara juga dan Elma bersorak menyoraki rara, seolah tengah memberi dukungannya. Sedangkan Bimo,

berusaha untuk melerai mereka berdua.
Mereka berdua akhirnya terpisah, rara memandang devi dengan tatapan kebenciannya.

   "Gue heran sama kakak kelas kayak lo. Cuma karena cinta lo bertepuk sebelah tangan sama PACAR gue, lo jadi Saiko gini?!" tanya devi dengan menekan kata pacarnya.

   "Mati lo! DUKKK," devi jatuh ke tanah karena rara mendorongnya dengan keras.

Bimo membantu devi berdiri lagi, tapi kali ini Bimo juga didorong oleh rara.

    "Cewek saiko! Lo sinting! Pantes afan nolak lo mentah-mentah ucapan devi itu membuat rara semakin kesal.

Saat devi menolong Bimo untuk berdiri lagi, rara malah menendang kuat bokong devi sampai devi terpental ke depan

dan kakinya tersandung akar pohon di sana, sehingga tulang keringnya terbentur batang pohon yang tumbang di dekatnya.

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang