• NGAMBEK

706 59 0
                                    

saat ini merupakan hari yang dinantikannya setelah pulang dari toko buku sabtu kemarin.

Afan masih ngambek dan sangat sulit dihubungi. Bukan devi namanya jika tidak memiliki ide cemerlang.

Ia menelepon eby saat itu untuk menanyakan kekasihnya, dan dari eby pula devi tau sedang apa dan

di mana afan saat ini. Hari ini devi sengaja datang agak siang mengingat selesai ulangan

adalah minggunya meeting class. Devi juga tau dari eby kalau mereka akan futsal nanti pukul sembilan.

Dan kemungkinan afan datang satu jam sebelumnya. Devi pun membuka aplikasi chatting-nya,

ia mengirim pesan personal pada eby, valen, dan hasby untuk menanyakan kapan mereka

berangkat . Namun, tidak ada balasan sama sekali. Devi yang sabaran, lantas menelepon eby.

    "Halo, by? Berangkat bareng yayang gue gak nanti?"

    "Siapa yayang lo?"

    "Elo! Ya afann lah, Bambang"

   "Hehe pagi-pagi gue udah dibikin baper."

    "Apaan sih anjir. Kalo otw bilang ya."

   "Engga ah."

    "Dih, orang."

    "Dari malem Minggu lo ganggu idup gue mulu.
Mending nanyain gue, lah ini nanyain afan. Lo kata gue emaknya?"

    "Yaelah, lo doang yang balesnya cepet."

    "Gak gratis nih."

   "Ck, iya-iya nanti gue traktir makan di kantin."

    "Nah kan kalo gini gue semangat." Devi mendengar suara afan, meski pelan dan samar jauh tapi devi masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Afan menyuruh mereka untuk... mandi?

    "Heh lo di mana?"

    "Apartemen cowok lo." Refleks devi tepuk jidat.

   "Anjir! Ketauan dah gue nanyain dia lewat lo."

Devi menggigit kuku- kukunya. Rasanya seperti kepergok selingkuh.

   "Hahaha, ngapa?"

   "Eby!! Gue botakin pala lo ya! Kenapa gak ngomong dari awal."

    "Lo gak nanya. Btw gue pake loudspeaker nih." Kampret!"

Habis sudah! Mau ditaruh di mana muka devi nanti?

    "Anjir! Turun harga diri gue gara-gara lo!" Devi pun langsung mematikan sambungan teleponnya.

la mengetik beberapa kata berisi ancaman pada eby lewat chatting-nya. Awas aja kalau afan sampai tahu. Habis eby di tangan devi!

                                          ****

Pukul delapan lewat devi baru berangkat sekolah
Niatnya selesai teleponan dengan eby ia ingin

langsung berangkat sekolah, tapi malah ketiduran. Maka sesampainya di sekolah, devi mengendap-endap

masuknya lewat tembok belakang. Pagi-pagi udah kena sial saja, tadi pagi kepergok afan, sekarang

dikunciin gerbang oleh satpam. Mau tak mau, devi memanjat tembok belakang kalau mau

masuk ke sekolah dan menyaksikan afan yang tanding futsal dengan kelas lain. Devi menelepon afan untuk ke

tembok belakang, Bukannya apa, tembok di sana cukup tinggi dan devi tak mungkin memanjatnya. Jangankan manjat,

lompat aja pasti gak bakal bisa. Devi ragu, apa harus telepon afan atau telepon eby atau yang

lainnya yang bisa menolongnya. Mengingat afan yang cemburuan plus posesif itu mau tak mau

devi meminta tolong padanya, daripada afan makin marah mending cari aman.

    "Halo. Sayang kamu di mana?"

    "Kenapa?"

    "Ish galak amat sih." Terdengar helaan napas dari afan membuat devi tersenyum sendiri.

   "Mengapa?"

    "Ke belakang sekolah aku gak bisa manjat temboknya ini."

    "Lagian lo ngapain lewat sana, ada gerbang depan juga."

   "Udah dikunciin."

    "Ogahh ahh!"

   "Ih! Yaudah kirimin temen kamu buat nolongin aku.

Halo fann? Ish kampret malah dimatiin. Nyebelin banget

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang