• BODOH

719 56 0
                                    

wajah afan yang berputar di otak devi, ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk dan melihat

afan dari dekat. Devi menarik napasnya dalam-dalam, lalu tangannya meraih gagang

pintu itu. la terus melakukannya sampai pintunya terbuka, dan ia dapat melihat afan lebih

jelas lagi dari tempatnya berdiri. Devi menengok ke arah haikal, lalu haikal menggangguk yakin.

Ia juga melakukan hal yang sama pada Karin. Dengan keberanian yang hanya setengah, devi

berjalan pelan memasuki ruangan tersebut. Langkahnya semakin dekat dengan afan.

Tubuhnya terasa sangat lemas saat matanya dengan jelas melihat wajah afan dengan jarak yang cukup dekat ini.

   "Hey, aku datang...," ujarnya bergetar manahan tangisnya.

la menengadahkan kepalanya ke atas dengan mata yang dikedipkan berkali-kali, mencegah air

matanya yang ingin turun. Devi duduk di bangku samping ranjang afan. la meneliti tiap wajah afan

yang sangat dirindukannya. Pandangannya pun mulai kabur karena air yang menggenang di pelupuk matanya.

     "Fann..." panggil devi. Ia bingung harus apa saat ini.

Air matanya selalu saja keluar, saat melihat wajah afan yang pucat pasi dengan beberapa goresan di pipinya.

    "Aku emang bodoh ternyata," devi tersenyum menyakitkan.

    "Aku bingung mau ngomong apa sama kamu, hahaha..." Devi tertawa getir, namun tak urung air matanya mengalir dengan deras di pipinya.

   "Kamu punya janji yang belum kamu tepatin. Kamu inget gak pas kamu antar aku pulang selesai tanding futsal waktu itu?

Kamu janji besoknya mau ke rumah pagi-pagi," wajah dan hidung devi sudah memerah menahan

isak tangisnya. Hanya air mata yang terus turun membanjiri pipinya.

   "Aku tungguin loh dari pagi, tapi kamu gak dateng juga.

Emang sih kita ketemu hari itu, tapi dengan kondisi yang berbeda...."

Devi merasa sesak dadanya mengingat pertama kalinya ia tahu afan di sini.

   "Aku gak tau kenapa kamu bisa kaya gini. Kalaupun aku tau, aku mungkin bakal tahan

kamu semalaman di rumah. Kamu bilang, kamu nongkrong tapi kok besoknya kamu malah terbaring di sini?

  " Kamu bohong ya?" Tubuh devi bergetar. la menggigit keras bibir bawahnya agar isakannya

tidak keluar dan didengar afan. Devi memang belum mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan yang

dialami afan. Ia memang tidak berencana juga untuk menanyakan itu pada teman maupun orangtua afan.

    "Kamu harus sembuh. Kalo gak, aku selingkuh nih!" ancam devi, niatnya untuk membangunkan

afan mengingat pacarnya itu sangat cemburuan dan juga posesif.

   "Aku beneran loh ini! Kalo kamu lama bangunnya, aku beneran selingkuh!"

Devi sudah mulai terbiasa berbicara dengan afan yang hanya tertidur di depannya.

   "Kok kamu gak ngomel, sih? Aku kangen banget denger omelan kamu." telunjuk devi menyentuh pipi afan yang pucat dengan sangat hati-hati.

   "Fan, kenapa diem aja, sih? la seperti orang bodoh saja berbicara dan bertanya pada afan yang jelas-jelas masih setia terus menutup matanya.

    "Suka banget bikin aku khawatir.

   "Kamu suka Emang enak apa diginiin?

    "Cepet pulih, Sayang. Aku kesepian gak ada kamu," air mata masih terus mengalir di pipinya.

    "Kamu tau gak? Mama-Papa udah pergi ninggalin aku, kamu gak boleh sampe kayak gitu juga ya,"

devi meraih tangan kiri afan yang tidak todi-gips. la menyatukan tangannya dengan tangan afan sehingga tampak seperti bergandengan.

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang