Tumben lo dateng malam banget sapa Haikal, layaknya mereka sudah kenal sejak dulu.
Devi menaikkan sebelah alisnya menatap haikal bingung, Kenapa abangnya inl wellcome sekali dengan afan?
Namun, ia tak memusing hal itu, justru yang membuat devi lebih aneh lagi saat haikal mengajak afan untuk tanding
Playstation dengannya.Afan langsung menyetujui ajakan haikal tanpa minta persetujuan dari devi.
Lagi pula ini kesempatan bagus untuk mengambil hati calon kakak ipar.Devi pamit untuk membersihkan dirinya dulu, sedangkan
afan mengekori haikal yang membawanya ke dalam kamarnya karena di sana stick PS koleksinya la simpan.
Cukup lama afan dan Haikal saling sahut menyahut masalah game yang tengah mereka mainkan.
Tak lama, devi masuk ke kamar haikal tanpa mengetuk pintu dulu, dengan nampan berisi minuman dan juga camilan,
Kedatangannya bahkan tidak mengganggu fokus haikal dan juga afan, devi sampai bingung dengan kedua cowok
di depannya, padahal hanya memainkan game bola, tapi mereka terlihat tegang dan seru sekali.
"Helooo... Devi yang cantik, sudah ikut hadir di sini," ujar devi menarik perhatian kedua cowok itu.
Tetapi hasilnya sama saja, sama-sama tidak terpengaruh apa pun.
"Afann," panggil devi dengan lembutnya berharap afan menoleh padanya.
"Diem, devv," jawab afan membuat bibir devi mengerucut kesal.
"Bang" devi kini memanggil haikal. Walaupun tahu hasilnya sama saja seperti yang afan berikan padanya, tetapi ia tetap saja mencobanya.
"Berisik Untung aja gak gol" balas haikal yang entah apa nyambungnya dengan panggilan devi.
Devi yang kesal karena tidak mendapat perhatian dari kedua cowok yang tengah tegang dengan game-nya,
ia memilih untuk berbaring santai di atas ranjang haikal sambil memainkan ponselnya.
****
Pagi ini, Devi tengah berada di apartemen afan. Ia menemani afan yang tengah packing persiapan pergi liburan esok.
Devi yang merasa kesal karena ditinggal beberapa hari, terus merecoki afan.
"Astaga devi! Itu kolor gue semua! Taro gak?!" ujar afan geram saat melihat devi yang memegang benda keramat miliknya.
"Masa kolornya ditaro di dompet gede transparan gini?" kata devi sambil membolak-balik dompet besar yang transparan berwarna hitam.
"ya biar rapi. Taro gak?!" titah afan. Devi manggut-manggut mengerti.
"Fan, gak bisa diundur apa perginya? Seenggaknya sampe Bang haikal pulang gitu?"
ujar devi membuat afan berhenti mengejarnya.Afan tahu betul kalau gadisnya ini kesepian jika ia tinggal. Karena akhir-akhir ini ada afan yang
selalu menemaninya, makanya devi seperti bergantung padanya. Ditambah haikal baru pagi tadi pergi magang
di kota terpencil, karena sudah kegiatan rutin tiap mendekati semester akhir dari kampusnya.
"Gak bisa, Sayang. Tiket pesawatnya udah dipesen sama raka. Kamu nanti sama si caca, nayla aja." Afan menarik bangku di ujung meja makan, lalu mendudukinya.
Devi diam dengan ekspresi sedihnya, membuat afan jadi tak tega meninggalkan devi. Apa lagi
afan tahu keluarganya devi yang tak pernah ada di rumah, membuat devi selalu merasa kesepian.
"Gak usah gitu mukanya! Aku kan cuma pergi beberapa hari doang. Janji deh aku bakal telepon sehari tiga kali,"
afan berjalan. mendekat ke arah devi yang masih berdiri di tempatnya. Devi membuang napas
kasar, lalu duduk di bangku meja makan. Afan pun langsung berjongkok di hadapannya.
"Hey, bete banget sih sekarang? Masa cuma karena ditinggal ke Bali aja udah kaya aku mau pergi tempur berbulan-bulan," ujar afan mengelus pipi devi.
"Kalo gak ada kamu, aku bingung mau ngapain. Biasanya kan tiap hari sama kamu terus." Hati afan jadi sakit mendengar ucapan devi yang terdengar sangat menyedihkan.
"Alay banget, sih?! Selama ini juga kan sama caca Nayla, terus kenapa sekarang kaya gini?" Sebisa mungkin afan akan membujuk devi agar tetap ceria seperti biasa.
"Beda tau main sama kamu sama caca, nayla." Devi mengalihkan pandangannya ke ruang TV.
la tidak ingin menatap mata afan dibawahnya"Bedanya?" alis afan mengerut bingung. "Ya beda aja." Afan tahu maksud dari ucapannya itu.
Wajah devi yang murung menggambarkan perasaannya saat ini.
"Kamu gak boleh kaya gini devv, gak boleh terlalu bergantung sama aku Kalo ada apa-apa, terus aku gak ada buat kamu gimana?
Bagaimanapun juga peran sahabat juga penting. Caca Nayla, kan sahabat kamu dari SMP, takutnya pas kamu jarang
main sama mereka, mereka malah mikir kamu semenjak sama aku jadi lupa sama mereka. Mau hubungan kalian jadi ada jarak?"
Devi menggeleng lemah. Afan tersenyum sambil menggenggam tangan devi.
"Aku emang keliatan banget ya bergantung sama kamu?" tanya devi, membuat afan merasa tak enak hati, takut gadisnya berpikir yang tidak masuk akal.
"Bukan gitu, Sayang, aku suka kamu apa-apa sama aku. Tapi kamu gak boleh terlalu kayak gini juga.
Gimana pun kamu butuh orang lain selain aku," jelas afan memberi pengertian agar devi paham maksud baiknya.
"Yaudah, deh. Kamu boleh pergi ke Bali," ujar devi yang merasa baikkan setelah mendengar ucapan afan tadi. la sadar kalau apa yang dibilang afan itu memang benar adanya.
"Aku pergi kamu ngapain?" Devi tampak memikirkan rencana ke depannya tanpa afan.
"Gak tau. Paling ajak main Caca dan Nayla." Afan menggangguk dan tersenyum senang mendengarnya.
Senyum dong. Jelek tau kalo manyun gitu kaya bebek mulutnya, goda afan mencubit pipi devi gemas.
Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputriNext ?
Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFAN COUPLE GOALS
Romance*PROLOG* Perkenalkan, Ahmad afan khadafy dan Serli Artika sridevi, sepasang kekasih yang sering dijuluki couple goalsnya di SMK ANGKASA. Gaya pacaran mereka yang unik sering membuat orang orang disekitarnya merasa iri. Terutama para siswi SMK ANGKAS...