• CERAI

876 50 0
                                    

    "Ada yang mau gue kasih tau ke lo. Tapi janji lo gak boleh sedih."

Devi sudah memasang wajah khawatirnya. Tidak biasanya abangnya akan bersikap seperti ini.

    "Ah gak suka nih gue, lo sekalinya pulang malah bawa kabar buruk."

   "Gue serius ini."

    "Yaudah, paan."

    "Janji dulu sama gue kalo lo harus kuat."

    "ya janji." Haikal menarik napasnya dalam-dalam lalu berujar.

    "Mama sama Papa udah lama cerai." Devi diam seribu bahasa.

Jantungnya serasa mencelos ke dasar perut. Otaknya seolah sulit mencerna ucapan haikal.

    "Dan sekarang mereka udah punya kehidupan barunya masing-masing,"

devi tahu maksud dari kata masing-masing itu, apa mama dan papanya benar-benar sudah memiliki keluarga baru lagi?

Lalu, devi dianggap apa selama ini? Kalaupun mereka ingin berpisah, apa salahnya bilang padanya.

Walaupun sakit, tapi devi akan mencoba memahaminya dengan alasan yang logis.

Tidak seperti ini, sudah tidak pernah pulang dan tiba-tiba dapat kabar kalau mereka telah mempunyai

keluarga masing-masing. Dada devi semakin sesak rasanya, mengingat wajah papa dan mamanya.

   "Selama ini, mereka jarang pulang karena emang udah punya kehidupan baru. Mereka

sesekali pulang ke rumah ini karena mau nengokin lo," suara haikal menyadarkan devi dari lamunannya.

Devi tidak kuat menahan air matanya yang sangat mendesak. Sekali devi mengedipkan

matanya, air matanya langsung mengalir dengan derasnya. Haikal yang iba dengan kondisi

adiknya, lantas duduk di sebelahnya. la memeluk tubuh devi dengan erat.

    "Sstt, jangan nangis. Lo gak sendiri. Ada gue di sini," ujar haikal mengelus punggung devi.

    "Maaf selama ini gue jarang pulang, karena gue nyelidikin ini semuanya sendirian.

Gue bohong alasan gue magang di luar kota, sebenarnya biar gue lebih gampang mantau

Mama sama Papa. Awalnya gue mau langsung kasih tau lo, tapi gue perlu bukti yang kuat buat ngomongin ini ke lo," jelas haikal.

    "Tapi kenapa mereka tega Bang?" Devi semakin menjadi tangisannya di dalam dekapan haikal.

    "Mereka memang udah lama gak saling mencintai satu sama lain lagi, alasan mereka

tetap bersama hanya karena kita berdua. Tapi sepertinya rasa cinta pada keluarga baru

mereka justru semakin membuat mereka melupakan kita."

   "Apa Mama sama Papa gak mikirin perasaan kita? Kenapa mereka gak jujur aja, kalaupun

mereka mau hidup dengan keluarga barunya tanpa kita berdua silakan, kita bisa hidup sendiri!"

    "Sssst... jangan gitu, dev, biar bagaimana pun mereka tetap orangtua kita, apa pun alasannya gue yakin,

mereka masih sayang sama kita berdua, buktinya mereka masih rutin menafkahi kita, kan?"

    "Tapi Bang, aku sakit hati, kenapa mereka sampai ninggalin kita dengan cara ini."

haikal tak bisa menjawab lagi pertanyaan adiknya, ia hanya akan membiarkan devi tenang

agar nanti mereka bisa membicarakan masalah ini lagi.

                                         ****

Afan telah di tangani oleh dokter di ruang operasi. Eby yang tadinya memangku kepala afan

saat di lokasi kejadian tadi, kini tubuhnya bergetar takut. la baru sadar betapa banyak

darah yang keluar dari kepala afan yang membekas di pakaiannya.

    "Sumpah gue pengen banget hajar si Langit!" geram valen dengan kepala tertunduk ke bawah, tangannya

mengepal kuat hingga urat-urat birunya tercetak jelas di kulit tangannya. Hasby yang tadinya berdiri bersandar ke,

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang