• JANJI

1K 100 0
                                    

  "Lo denger, kan? Devi cewek gue! Sekali lagi lo sentuh dia, gue gak akan tinggal diam!"

ujar afan santai, tapi matanya menyiratkan sebuah ancaman yang tidak main-main untuk lawannya ini.

Tangan afan ikut melingkar di pundak devi. ia mengecup puncak kepala devi di depan Dipta dan teman-temannya.

Devi yang mendapat perlakuan mendadak seperti itu hanya bisa membatin.

   "Sialan nih anak! Malah nyuri kesempatan!"

   "Lo boong, kan? Lo tuh gak bisa move on dari gue!" ujar Dipta dengan pede-nya.


Afan ingin sekali menghajarnya. Kalau saja devi tidak menguatkan pegangan di pinggangnya, satu

bogeman mentah mungkin akan mendarat di wajah Dipta yang tidak seberapa tampannya dibanding dirinya.

   "Gak! Dia emang pacar gue. Dan untuk yang lo bilang gue gak bisa move on? Itu tolong halunya jangan ketinggian!"

balas devi. Afan jadi terkekeh mendengar ucapan devi.

   "Jadi ini alasannya kenapa lo gak mau balikan sama gue?" Dipta memasang wajah sombongnya.

   "Devi cuma mantan lo. Sekarang dia cewek gue. Udah lah, jangan godain cewek orang!" balas afan santai.

Walaupun ucapannya terdengar santai untuknya, tapi tidak untuk Dipta. la merasa kalau

afan sudah menjatuhkan harga dirinya di depan teman-temannya. Devi menggangguk,

membenarkan perkataan afan. Dipta semakin jengkel dengan cowok di depannya ini.

   "Santai. Gak usah melotot, nanti setan lewat mata lo gak bisa kedip!" Afan langsung menarik

devi untuk segera keluar dari tempat bising ini secepatnya.

Sesampainya di parkiran devi melepaskan tangan afan yang dari tadi anteng di pundaknya.

   "Lo ngintilin gue, ya? Kok tiba-tiba bisa ada lo?" tanya devi bingung.

   "Kan gue bilang. Jodoh pasti bertemu," ujar afan. Saat di kalimat terakhirnya, ia ucapkan sambil bernyanyi.

   "Ngeles aja lo!" balas devi kesal.

   "Sayang, gak boleh ngomong kasar. Aku gak suka ya."

Devi memelototkan matanya. Apa afan mabuk? Tapi tadi saat memeluknya dari samping devi

tidak mencium aroma alkohol dari tubuhnya. Bahkan aroma parfumnya pun membuat devi semakin terkesan.

   "Sayang, sayang pale lo peyang. Jijik gue dengernya, afan!" Devi memundurkan

langkahnya, memberi jarak agar ia aman dari buaya satu ini.

   "Kan lo sendiri yang ngaku jadi cewek gue, masa lupa sih?" Afan mencolek dagu devi. Matanya mengerling nakal pada devi.

 
   "Fix! Gue keluar kandang macan, masuk kandang Buaya. Buaya buntung! "Itu cuma pura-pura, Bambang!"

  "Bambang itu om gue, devv. Durhaka nyebut nama orangtua langsung namanya."

  "Affannn!!" Afan tertawa geli melihat wajah devi yang sangat lucu menurutnya jika tengah kesal seperti ini.

Devi jadi diam saat melihat cowok di depannya

  "Gak usah gitu liatnya. Tenang aja, cepat atau lambat juga gue jadi pacar lo," ujar afan dengan tersenyum penuh arti.

Devi yang sedari tadi melamun, kini mengerjap dengan wajah jijiknya. Afan itu cowok ternarsis

yang pernah devi temui. Karena malas meladeni cowok narsis di depannya, devi memilih untuk

pulang saja. la bergegeas untuk ke tepi jalan, siapa tahu ada taksi lewat.

Tapi belum sampai devi melangkahkan kakinya sebanyak lima langkah, afan sudah lebih dulu mencengkeram tangan devi.

"Masih berkuasa?"

"Percuma, di sini jarang ada taksi yang lewat. Kalo berani, sana pulang jalan kaki." Devi lantas memanyunkan bibirnya.

  
   "Gak usah gitu bibir lo. Setan lewat, terus bikin gue khilaf gimana? Gue sih pasti mau." Afan terkekeh saat devi memukul keras lengannya.

    "Afann! Ini udah malem! Gue harus pulang, gak baik cewek cantik kayak gue pulang sendirian.

  Nanti kalo diculik bahaya!" Afan menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya ia mengerti ke mana arah pembicaraan devi.

   "Lo kan ada di sini nih, sekalian aja gue nebeng baliknya." Devi sudah memasang wajah sok manisnya di depan afan.

   "Siapa juga yang mau balik? Orang gue baru dateng." Devi melongo dan refleks melihat jam yang bertengger di tangannya.

    "Anterin gue balik dulu. Nanti lo ke sini lagi."
 
   "Siapa lo?" Afan sudah berbalik badan ingin masuk ke dalam tempat itu lagi, tapi devi langsung mencengkeram lengannya.

   "Tolong," ujar devi dengan memelas. Afan sampai menaikkan alisnya sebelah.

  "Gak gratis." Afan menatap devi lekat-lekat.

  "lya, nanti gue bayar ongkosnya."

  "Janji? Afan menodongkan jari kelingkingnya, sebagai tanda kesepakatan mereka. Devi

menghela napas kasar, lalu menautkan jari kelingkingnya di kelingking afan.

Afan tersenyum, lalu menarik tangan devi untuk mengikutinya ke parkiran tempat motornya terparkir.

Penulis cerita
Ig : chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun ini
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang