Dewi

148 13 2
                                    

Sesekali Jeamin melirik ibunya yang sedang menyantap makan malam di hadapannya. Dia ingin membuka suara tapi ragu.

Apa ini waktu yang tepat?
Pikirnya.

Drrrtttt.... Drrrttt...

Dewi mengambil ponselnya yang sedari tadi tersimpan di sebelah piringnya.

Josua call

“Halo, Jo?”

Jaemin mendongak, menatap ibunya.

“Jo? Pasti pria itu!” Gumamnya dalam hati.

Jaemin memutar bola mata malas.

“....”

“Oh, ya aku sedang makan malam bersama Jaemin.”

“....”

“Apa, kamu akan datang ke sini?”

Jaemin tak jadi melahap. Sendok nasinya mematung di depan bibir. Kini seluruh perhatiannya tertuju pada Ibu.

“O-oke. Datanglah, kami tunggu.”

“Kami?”

“Maksudnya aku dan Ibu?”

“Oh... ayolah... siapa juga yang mengharapkan kedatangannya?”

Jaemin mendumal dalam hati.

Sambungan telepon terputus dari Dewi.

Jaemin menghela napas pelan. Matanya tak lepas menatap ibunya serius.

“Pembicaraan ini harus selesai sebelum pria itu datang”! Batinnya.

“Bu?”

Dewi mendongak. Tanpa sepatah kata pun dia membalas tatapan anaknya.

“Bagaimana kalau aku kuliah di Korea?”

Deg!

Pertanyaan itu sontak membuat Dewi membeku.

“Bagaimana?”

“Kamu serius?”

Jeamin mengangguk.

Dewi menghela napas, berusaha tenang setelah dia merasa dadanya di hantam benda keras.

“Kenapa harus Korea? UGM sudah menerima kamu sebagai mahasiswanya-“
Mata Jaemin membulat.

“Dari mana Ibu tahu kalau aku lulus di UGM? Ah... ini pasti Igam. Emang setan itu anak!” rutuknya dalam hati.

“Itu bukan tujuanku,”

“Lalu apa tujuanmu?”

“Appa!” batinnya lirih.

“Kak?” Dewi menuntut penjelasan.
Jaemin menghela napas.

Ibunya mau percaya atau tidak Jaemin tidak peduli, dia akan mengatakan alasannya.

“Aku ingin bertemu EXO, terutama Chanyeol.”

Dewi tersenyum mendesah. Dia menatap anaknya tidak percaya.

“Kak... belum tentu kalau kamu di sana pun bisa bertemu mereka.”

“Setidaknya seminggu sekali aku bisa melihat mereka secara langsung.”

“Jaemin~ah” Dewi memanggilnya dengan aksen Korea.

“Jebal, Eomma...” Aksen Korea, Jaemin tak kalah saat berbicara kini.

Dewi menggeleng tidak setuju.

“Eomma...” Jaemin merengek seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan yang diinginkan.

HANYA JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang