Permintaan Terakhir

113 23 10
                                    

"Paman sebenarnya kita mau ke mana?"

Yeon Han menoleh pada anak remaja yang duduk di sebelahnya itu.

"Ada yang ingin bertemu denganmu," jawabnya singkat di balik kemudi.

Jaemin menghelan napas sekaligus.

Agak gelisah, begitulah yang Jaemin rasakan dari semenjak Haechan bilang kalau dia mendapatkan ajakan makan malam dari ayahnya. Firasat kurang mengenakan itu menemani segala kegiatannya hari ini hingga berada duduk di samping pria berusia empat puluhan tahun itu.

Dan benar saja dugaannya. Mobil Yeon Han berhenti di sebuah kawasan yang tak pernah ingin Jaemin datangi. Ketika pria itu turun dari mobilnya membawa sebuket bunga, Jaemin tak melakukan demikian. Tubuhnya bak tertanam duduk di kursi penumpang. Sedih membekukan tubuhnya.

Ceklek!

Jaemin mendongak, menoleh pada Yeon Han yang sudah membukakan pintu untuknya. Dia menggeleng. Menolak ajakannya.

"Sebentar saja,"

Dengan berat hati Jaemin melangkahkan kakinya dalam rangkulan Yeon Han. Sepanjang jalan setapak yang dia lewati, Jaemin hanya tertunduk, dia tak berani melirik kanan dan kirinya, sampai kakinya berhenti di depan sebuah gundukan tanah yang terselimuti rumput hijau Jaemin masih enggan mengangkat kepalanya.

"Aigoo... Ye Jun~ah..." Yeon Han berlutut menghadap sebuah batu nisan dan disimpannya sebuket bunga mawar itu atasnya.

"Apa kabarmu, eoh?" Yeon Han tersenyum.

"Kau tau aku ke sini dengan siapa?"

Yeon Han mendongak, menatap Jaemin yang masih tertunduk.

"Eoh, benar. Anakmu! Aku berhasil membawanya ke sini," Yeon Han menghela napas.

"Kau lihat, dia sudah dewasa tapi kelakuannya masih seperti anak umur lima tahun. Kemarin dia bertengkar dengan calon menantumu,"

Jaemin mendelik menemukan Yeon Han sudah tertawa ringan.

"Ye Jun~ah... kau pasti masih kecewa karena gagal menjodohkan anakmu dengan anak Ha Neul. Pada kenyataannya kalian dikaruniai anak-anak yang gagah. Tapi kau pasti semakin kecewa melihat mereka berdua bertengkar bukan?"

Sekali lagi Yeon Han menghela napas.

"Rupanya bukan hal mudah untuk menjaganya. Maaf kawan, aku belum bisa menjaganya seperti yang kau amanahkan padaku,"

"Yakk, Jaemin~ah, berlututlah! Minta maaf kepada ayahmu, dia pasti sangat kesal melihat kondisimu saat ini,"

Namun yang Jaemin lakukan hanya mengangkat kepalanya, menatap sebiah foto yang terpajang di batu nisan tersebut.

"Appa, kau kesal padaku? Benarkah?"

Yeon Han mendongak menatapnya.

"Kurasa Appa mengerti, mengapa aku melakukan itu pada Jeno!"

"Kau tidak mati sia-sia seperti yang dia katakan!" Ucapnya lirih.

Yeon Han kembali menundukan kepalanya. Hatinya tersikut mendengar penuturan terakhir anak itu.

"Padahal kau pergi untuk mereka. Kau pergi demi mereka tanpa memberikan kesempatan anakmu untuk mengenal ayahnya,"

Yeon Han berdiri dan lantas medekap erat Jaemin dalam pelukannya. Tetapi anehnya,  hanya dia yang menangis tergugu, tidak dengan Jaemin.

Anak itu bak memiliki hati baja yang takan runtuh oleh kenangan.

***

"Jangan marah padaku, aku sudah meminta maaf padanya,"

HANYA JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang