"Appa?" Hanya gumaman kecil yang menyambut kedatangan seorang pemuda bersurai hitam itu.
Hembusan angin di tengah hamparan rumput hijau di atas bukit tak mengusik perhatiannya menatap lama-lama wajah yang tak berhenti mengumbar senyum padanya.
"Appa," sekali lagi Jaemin bergumam, namun sedikit agak keras kali ini hingga pemuda yang 90 persen mirip dengannya itu membuka suara.
"Adeul~ah... gwenchana,"
Jaemin kembali mematung kala suara itu terdengar nyata di telinganya.
***
Jaemin membuka kedua kelopak matanya. Dia termangu menatap langit-langit kamarnya.
"Appa?" Gumamnya pelan nyaris berbisik.
Drrrttt... drrrttt... drrtttt...
Dering telepon memaksanya untuk bangun, Jaemin meraih ponselnya, dia sempat menghela napas sekaligus saat nama Haechan tertera di layar.
"Jaemin~ah, jangan bilang kau baru bangun dan belum bersiap-siap, eoh?"
"Eoh,"
"Michyeosseo! Sepuluh menit, kami tunggu di bawah!"
Sambungan telepon terputus dari Haechan dan sekali lagi Jaemin menghela napas sebelum akhirnya mencuci muka, berganti pakaian dan turun ke bawah menemui teman-temannya yang sudah menjemputnya.
"Kau sudah sarapan?" Mark memberikan satu porsi roti sandwich.
"Aku tidak lapar,"
"Yakk! Bagaimana kau tidak lapar, kau bermimpi makan nasi tadi malam?" Tanya Renjun yang duduk di sebelahnya.
"Makanlah, hari ini jadwal kita padat," kata Mark.
Terpaksa Jaemin menerima sandwich pemberian Mark. Meski enggan, namun dia menghabiskannya di sepanjang jalan.
Pukul 10 pagi, ketujuh member New Era sudah duduk berjajar di sebuah acara radio untuk mempromosiman album ketiga mereka.
Ya, dalam lima tahun terakhir dari semenjak debut, mereka bertujuh sudah mengeluarkan tiga album yang sukses menembus pasar musik Asia.
Mark, Renjun, Jeno, Haechan, Chenle dan Jisung tak pernah menyangka jika New Era akan sangat diterima oleh penikmat musik, terlebih lagi Jaemin, dia tak pernah menduga jika kemunculannya di layar kaca menjadi ombak bagi grupnya. Di satu sisi Jaemin bak arus yang membawa New Era ke dalam popularitas yang lebih, namun di sisi lain keberadaannya bak gelombang yang sewaktu-waktu dapat menggulung mangsa hingga tak berbentuk.
Iya, Jaemin sadar akan hal itu. Wajahnya yang 90 persen mirip dengan mendiang sang Ayah begitu banyak menarik perhatian media terlebih lagi para penggemar Seven Go yang mengidolakan Song Ye Jun.
Acara radio yang berlangsung selama satu jam itu berakhir memuaskan, mereka keluar tanpa raut wajah sedih, yang tampak hanya senyum, tawa dan raut wajah bahagia mereka.
Dan sampailah mereka di salah satu station teve nasional, para penggemar sudah tak sabar untuk menyaksikan penampilan mereka di atas panggung. Riuh suara penonton semakin bergemuruh saat lighting menunjukkan perawakan ketujuh pemuda di atas panggung sana.
Musik, gerak tubuh dan suara mereka berpaduk melahirkan harmonisasi dan penampilan yang luar biasa. Tak ada yang meragukan kemampuan mereka di atas panggung, bahkan orang-orang dibalik layar pun mengakui jika ketujuh pemuda itu adalah generasi baru dari Seven Go.
"New Era..."
Mark menghentikan langkahnya begitu pun dengan Renjun, Jeno, Haechan, Jaemin, Chenle dan Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA JIKA
Fanfiction"Jem, enggak ada salahnya lu ambil pilihan lain, kalau lu enggak bisa terima jawaban kali ini," Dan siapa sangka keputusannya untuk mengambil pilihan lain adalah langkah awal Song Jaemin membuka lembaran lama kehidupan Song Ye Jun.