Maksud Perkataannya

48 15 2
                                    

"Kupikir, aku bisa improve di bagian chorus kedua," ucap Haechan sambil menatap selembar kertas lirik.

"Lakukanlah sesukamu Haechan~ni," Jae Sun menanggapi.

Setelah menyelesaikan makan siangnya yang terlambat dua puluh menit karena menunggu Jaemin, Haechan dan Jisung  menghabiskan makannya di kantin, akhirnya ketujuh pemuda itu duduk bersama di ruang rekaman. Bersama Jae Sun sebagai produser musik, mereka berdelapan berdiskusi untuk single lagu terbaru New Era.

"Aku suka bait ketiga dan keempat, aku akan mengambil part itu," Kata Chenle.

"Baiklah, aku akan menyanyikan sisanya, tapi tidak dengan bagian bridge, bagian itu akan lebih bagus jika Haechan yang menyanyikannya,"

Haechan menghela napas pelan. Renjun memang pandai berdalih indah seperti itu. Ya, nada-nada tinggi selalu menjadi santapan Haechan di setiap lagu-lagu mereka.

"Gomawo, Renjun~ah," ucapnya sambil mengelus-ngelus puncak kepala teman seusianya itu. Renjun hanya tersenyum.

"Kalau begitu aku minta nada dasarnya dinaikan satu," senyuman Renjun seketika lenyap begitu saja. Matanya melotot menatap sebal Haechan.

"Aku akan lebih emosional ketika menyanyikan bagian bridge jika nada dinaikan satu, dan rasa di lagu ini bakalan lebih sampai kepada para pendengar,"

"Andwae! Itu hanya akan merusak pita suaramu!"

Renjun menolak keras ide Haechan, karena pada dasarnya nada asli lagu baru mereka ini memang sudah lebih tinggi dari nada dasar yang sering mereka gunakan.

Chenle terkekeh mendengar perdebatan kecil dua main vocal itu. Baginya nada dasar dinaikan atau tidak itu bukan masalah baginya.

"Sebentar, Paman menurutku di bagian verse ke empat, bisa kah aku mengambil nada dasar yang berbeda?"

Jaemin mendongak, ekspresi wajahnya tampak kesal, sorot mata menyipit tajam dengan bibir sedikit cemberut mendengar Mark melatunkan bait rap ke empat yang dimaksud.

"Bagaimana?" Tanya Mark pada Jae Sun.

"Jangan merubah nada dasarnya!" Bukan Jae Sun tapi Jaemin yang menjawab.

Seluruh mata tertuju pada anak itu.

"Tapi menurutku jika nada dasarnya-"

"Jangan ubah! Aku, Jeno dan Jisung sudah nyaman dengan nada dasarnya. Jangan mempersulit orang lain demi ambisimu,"  Jaemin menunjuk Mark.

Kening Mark mengerut, dia merasa ada yang salah dengan kalimat terakhir Jaemin. 

"Ambisi?" Pikir Mark.

"Kau mengerti, Hyung?"

"Ah, arraseo,"

Mendengar jawaban Mark, Jaemin mengangguk-angguk kecil. Ekspresi dan sorot matanya tak berubah sampai dia keluar dari ruangan itu. Sedangkan Mark sendiri membuang kertas di tangannya ke meja, dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, meredam kesal.

***

"Mwo?!" Yingji terbelalak setelah mendengar cerita kejadian semalam dari Dae Hyun.

"Kau memarahi Chang Hee sampai memukul wajahnya? Kau gila?!" Yingji tidak habis pikir dengan sikap yang kakaknya ambil.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, aku terlanjur marah padanya!"

"Siapa yang membuatmu marah?" Tanya Ha Neul yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja Dae Hyun. Yeon Han dan Jae Sun mengekorinya di belakang.

HANYA JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang