Mereka duduk melingkar sambil menikmati menu makan siang masing-masing, bersama beberapa pembicaraan ringan mengenai pengalaman memalukan Jisung yang tak sengaja menabrak pintu ruang kelasnya karena terlalu pokus menatap layar hapenya di sekolah, Chenle yang masih agak kesulitan membaca huruf hangeul, Mark yang bertanya siapa yang tadi bangun di tengah malam dengan wajah serius tapi semua menggeleng tidak ada yang mengaku dan bagaimana pusingnya Jaemin karena akan melaksanakan ujian akhir semester juga omongan-omongan receh Haechan yang selalu berhasil buat orang yang mendengarnya tertawa.
“Kalian tahu besok hari apa?” tanya Haechan sambil menikmati kimchi Chagae.
“Hari Senin,” jawab Chenle dan Jisung bersamaan.
Haechan menghela napas, dia dibuat sabar oleh kepolosan dua anak SMA ini.
“Iya, kalian benar. TAPI BUKAN ITU MAKSUDKU!”
Sontak keenam orang di hadapannya tersentak kaget dengan suara frustrasi Haechan.
Plak!
Haechan meringis sakit. “Maaf, aku kelepasan.” Ucapnya sambil mengusap pundaknya yang di pukul Jeno.
“Maksudku besok adalah hari jadi Seven Go yang ke dua puluh lima tahun.” Sambung Haechan.
“Ah... benar juga,” ucap Mark.
“Aku baca di sosial media, banyak sekali para penggemar Seven Go yang menginginkan mereka merayakan hari jadi ke 25-nya dengan menggelar konser.” Jelas Haechan.
“Kupikir itu adalah ide yang bagus, untuk mengobati rindu penggemar setelah hampir 18 tahun mereka hiatus.” Renjun berpendapat.
“Jangan mengharapkan sesuatu yang mustahil, Renjun~ah.” Kata Jeno sebelum meneguk minuman bersodanya.
“Itu bukan sesuatu yang mustahil jika mereka mau,” sambung Renjun.
“Jeno benar, Ren. Ayah-ayah kita terlalu lemah untuk kembali tampil sebagai Seven Go di atas panggung.” Haechan meneguk air mineralnya.“Semenjak kepergian Paman Ye Jun, mereka seperti bangunan runtuh yang kehilangan tamengnya. Jadi jangan pernah berharap melihat bentuk istana dari bangunan yang sudah roboh.” Lanjut Haechan.
Plak!
Jeno memukul bahu Haechan untuk kedua kalinya.
Tidak ada balasan, anak itu hanya meringis sesaat.
“Yakk! Kenapa kau berpikir seperti itu. Di tinggal satu orang bukan berarti buat mereka hancur, bodoh!” kata Renjun.
“Kasus kematian Paman Ye Jun adalah hal yang sangat sensitif sekali bagi ayah-ayah kita.” Haechan mengambil kaleng minuman bersoda milik Jeno.
Plak!
Ketiga kalinya Jeno memukul pundak Haechan keras. Tapi kali ini hanya tatapan sinis yang Haechan berikan pada temannya itu, dan memilih melanjutkan pembicaraannya.
“Ayahku bilang, panggung akan mengingatkan mereka ke hari di mana Paman Ye Jun bunuh diri.”
“Apa? Apa kau bilang?” Jaemin menatap Haechan datar.
“Kasus kematian Paman Ye Jun adalah hal yang sangat sensitif sekali bagi ayah-ayah kita.” Haechan mengulang perkataannya.
“Bukan, setelah itu,”
“Ayahku bilang, panggung akan mengingatkan mereka ke hari di mana Paman Ye Jun bunuh diri.”
“Jaga ucapanmu!” ucap Jaemin dingin dengan wajah datar yang tampak menyeramkan bak pembunuh berdarah dingin.
Kening Haechan mengerut samar. Dia memperhatikan Jaemin. Anak itu tampak tersinggung atas ucapannya.
“Maaf Jaemin~ah, apa aku salah bicara?”
“Ayahku meninggal karena kecelakaan bukan bunuh diri!”
“Mwo?” kerutan di kening Haechan semakin jelas terlihat. Tak hanya Haechan, tapi Mark, Jeno, Renjun, Jisung dan Chenle yang tahu penyebab kematian Song Ye Jun pun ikut di buat kaget dan keheranan dengan pernyataan Jaemin.
“Yakk! Jaemin~ah, kau pikir aku berbohong? Mana berani aku mengada-ngadakan cerita kematian ayahmu. Kalau tidak percaya, kau tanya saja ayahku. Dia adalah orang pertama yang menemukan ayahmu sudah mengambang tidak bernyawa di kolam renang.”
DUAARR!!!
Jaemin terenyak.
“Mengambang di kolam renang?” ucap Jaemin pelan namun masih bisa di dengar oleh yang lainnya.
Bak tersambar petir di siang bolong, Jaemin mematung beberapa saat sebelum akhirnya dia memilih pergi dari ruang latihan.
“J-Jaemin~ah?” Renjun menghela napas, suaranya terabaikan.
Plak!
Renjun menampar pundak Haechan keras hingga anak itu meringis kesakitan untuk yang ke sekian kalinya.
“Apa?! Aku tidak salah bicara kan? Kalian semua juga tahu ceritanya.” Haechan membela diri.
“Seharusnya kau mengerti, perasaan Jaemin mungkin lebih sensitif jika membahas cerita kematian ayahnya, bodoh!” Balas Renjun.
“Ingat, jangan buat masalah dengannya! Bagaimana pun Jaemin tidak tahu apa-apa.”
Jeno menghela napas pelan setelah mengingat perkataan Ayahnya waktu itu. Rupanya benar, Jaemin tidak tahu apa-apa soal ayahnya sendiri.
“Dia tidak tahu,” kata Jeno.
“Tidak tahu bagaimana? Dia anaknya, mustahil dia tidak tahu.” kata Haechan.
“Ayahku pernah bilang, kalau Jaemin tidak tahu apa-apa tentang siapa ayahnya dan kenapa ayahnya meninggal dunia. Kemungkinan ibunya pun menutupi semua fakta penyebab kematian paman Ye Jun dari Jaemin.”
Semua menghela napas.
Ini petaka!
Haechan mengacak rambutnya Frustrasi. “Ah! Kenapa kau tidak memberi tahuku, KIM JENO!” ucapnya dengan penyesalan.
“Aku sudah memukulmu berkali-kali untuk berhenti bicara tapi kau tidak mengerti!”
“Ah, Shit! Dia pasti marah padaku.”
“Hyung, bagaimana ini? Aku tidak mau Jaemin Hyung tidak pulang lagi ke apartemen.” Ucap Jisung khawatir.
“Jangan bilang begitu Jisung~ah, Jaemin Hyung hanya butuh sendiri saat ini.” Chenle menepuk-nepuk pundak Jisung.
“Aku akan menyusul Jaemin,” ucap Mark yang lantas keluar ruangan.
***
Di sebuah sofa yang membelakangi kaca besar, Jaemin terduduk dengan mata yang membaca beberapa judul artikel di ponselnya.
SONG YE JUN SEVEN HERO DITEMUKAN TEWAS DI KOLAM RENANG SEBUAH VILA.
SONG YE JUN MENGAKHIRI HIDUPNYA SEHARI SETELAH HARI JADI SEVEN GO.
DIDUGA PENYEBAB KEMATIAN SONG YE JUN SEVEN GO ADALAH BUNUH DIRI.
“Ibu berbohong!” ucap Jaemin pelan nyaris berbisik dengan tatapan sendu.
“Sudah, jangan di baca lagi.” Mark merampas ponsel dari tangannya.
“Hyung-“
“Kau sudah berkomunikasi dengan ibumu?” Mark segera memutus ucapan Jaemin.
Jaemin menggeleng. “Belum.”
“Kau tidak menghubunginya?”
“Teleponku di tolak. Ya, begitulah ibuku kalau sudah marah tidak pernah mau menjawab telepon anaknya.”
Mark tersenyum. “Gwenchana?” Mark mengusap kepala adiknya itu.
Jaemin mengangguk kecil sambil tersenyum tipis lantas menghela napasnya dan mengusap kasar wajahnya.
Namun meski begitu, Jaemin tahu dia tak mampu menyembunyikan wajah lelah itu pada Mark, walau sekeras apa pun Jaemin menutupinya dengan ketegaran.
“Jaemin~an...” Mark merangkulnya.
“Kau mau berjanji padaku?”
“Berjanji untuk apa?”
“Jangan pernah mengubah titik menjadi tanda tanya lagi. Bagaimana pun dan mau seperti apa pun alur cerita kemarin, tidak usah kau buat jadi sebuah pertanyaan, tapi biarkan itu menjadi akhir ceritanya sendiri.” Mark menoleh ke Jaemin. “Bagaimana, kau bisa berjanji?”
“Aku tidak yakin bisa.” Jaemin menggeleng.
“Ikhlaskan, Jem. Jangan biarkan hatimu kosong, itu hanya akan membuat hidupmu tidak tenang. Biarkan percayamu mengisi ruang kosong itu.”
“Percaya?” Jaemin menoleh ke Mark yang sudah menatapnya lebih dulu.
“Ya, kau harus percaya ayahmu sudah tenang di sana.”
Kepala itu mengangguk, bersama seulas senyum sabit di bibirnya.
“Gimana, kau tidur nyenyak semalam?”
“Begitulah,”
“Kenapa tidur di sofa, kenapa tidak tidur di kamarku saja?” Mark menunjukkan foto Jaemin yang tengah tertidur di sofa semalam.
Mark tertawa kala mendapatkan Jaemin terenyak melihat fotonya sendiri. Tapi beberapa detik kemudian Jaemin tersenyum.
“Awalnya aku ingin sekali tidur di kamarmu, tapi kamarmu menyeramkan Hyung.”
“Menyeramkan? Kau pikir kamarku berhantu?”
“Lebih dari itu,” Jaemin segera berdiri dari duduknya dan pergi sebelum Mark membaca pesan yang dia kirimkan di grup chat New Era.
Kling!
Mark terenyak membaca pesan yang dia dapat di grup Chat.
"Astaga ini! Foto yang kupajang di dinding kamar."
Menyeramkan!!!
Tulis Jaemin dalam keterangan di bawah foto.
Haechan : MAHLUK APA ITU?! 😱
Renjun : Astaga Mark Hyung 🤣
Chenle : Aigoo kiyowo 😍
Jisung : Mark Hyung tolonglah... 😓
Jeno : 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Mark menghela napas sekaligus. Wajahnya berusaha meredam kesal namun gagal."Aish... Jinja!"
“SONG JAEMIIIINN!!!”***
😂😂😂😂Jaemin jahil juga ya...
Hai, hai, hai Temarania apa kabar?
Gimana menurut kalian Jaemin keterlaluan gak sama abangnya?
Wah... ini anak emang agak-agak ya 😂
Oke deh, jangan lupa like dan komen ya, biar Author lebih semangat lagi nulis kelanjutan ceritanya...
Love 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA JIKA
Fanfiction"Jem, enggak ada salahnya lu ambil pilihan lain, kalau lu enggak bisa terima jawaban kali ini," Dan siapa sangka keputusannya untuk mengambil pilihan lain adalah langkah awal Song Jaemin membuka lembaran lama kehidupan Song Ye Jun.