DJ Entertainment

85 15 6
                                    

“Jaemin~ah... Gumawo. Sudah mau membantuku. Aku akan mentraktirmu makanan terenak di Seoul. Janji! Sampai bertemu di kantor.” 

Jaemin tersenyum tipis membaca pesan singkat dari Chang Hee yang dia terima satu hari setelah mendapatkan telepon dari salah satu perusahaan Entertainment terbesar di Korea.

Jaemin terpilih sebagai salah satu peserta yang akan menjalani trainee di perusahaan tersebut.

Drrrrrrttt... Drrrrrtt...

Muncul sebuah nomor yang tidak terdaftar di kontak. Akan tetapi Jaemin tidak asing dengan jajaran angka tersebut.

“Yeoboseo?”

“Jaemin~ah... kau di mana?” terdengar suara Chang Hee dari seberang sana.

“A-aku di kampus.”

“Oke kalau begitu, aku ke sana sekarang?”

“Untuk apa?”

“Menjemputmu, apa lagi?!”

Kening Jaemin mengerut samar.
“Menjemputku?”

“Jaemin~ah... mulai hari ini kau adalah tanggung jawab perusahaan, jadi sudah seharusnya kau mendapatkan fasilitas ini.”

“A-ah... baiklah.”

“Ya, sudah. Lima belas menit lagi aku akan sampai. Bersiaplah.”

Telepon terputus dari Chang Hee.
Secepat ini kah dunianya berubah?
Jaemin tertegun.

Apa kata Ibu di Jakarta, jika mendengar kabar kalau anaknya telah melanggar janji.

Jaemin yang pernah berjanji tidak akan pernah mau bersentuhan dan mengetuk pintu dunia Entertainment, kini malah masuk dan terjebak di dalamnya.

Apa yang harus dia jelaskan?

Haruskah Jaemin mengatakan yang sejujurnya? Dia mengikuti audisi karena membantu seseorang agar tidak kehilangan pekerjaannya. Atau membuat alasan lain seperti : “Aku ingin menjadi artis agar bisa bertemu EXO.”

Jaemin membayangkan bagaimana jika Ibu datang menemuinya ke Korea dengan wajah yang marah, seperti induk singa yang siap menangkap mangsa.

Jaemin bergidik ngeri.

Itu menyeramkan!

Dia menghela napas.

“Terserahlah, bagaimana nanti saja.” Jaemin pasrah.

***

Jaemin sudah berdiri di sebuah halte tidak jauh dari gerbang keluar kampus.
Chang Hee menepati ucapannya.

Lima belas menit berlalu. Sebuah mobil sedan putih berhenti di hadapannya.
“Kajja, Jaemin~ah.” Sahut Chang Hee dari dalam mobil.

Jaemin sempat ragu.

Yakinkah dia akan benar-benar masuk dan merubah dunianya. Belum terlambat untuk mundur jika memang bukan ‘yakin’ adalah jawabannya.

Jaemin mundur selangkah.

Dia tidak berani.

Tapi mengapa dia pun tidak bisa pergi dari sana dan mengucapkan kalimat pengunduran diri.

Jaemin membatin. “Haruskah? Ini bukan tujuanku. Tapi ini adalah mimpi yang selalu aku aminkan setiap waktu.”

Jaemin tersenyum menatap poster EXO di dinding kamarnya lantas mengepal sepuluh jemarinya menjadi satu dan terpejam.

“Tuhan, suatu hari nanti aku akan berdiri seperti Chanyeol EXO. Jika Ibu menutup jalanku, Kau yang akan membukan jalannya untukku. Aku percaya pada-Mu Tuhan. Amiin.”

HANYA JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang