(Bab 4) He doesn't wanna be an obedient boy

364 47 3
                                    

Setelah berganti pakaian dengan kemeja satin berwarna ivory dan celana kain licin berwarna hitam, Shane segera turun kebawah untuk memenuhi panggilan ibu tirinya.

Wajah Shane terlihat datar namun tidak bisa dipungkiri guratan lelah terpatri jelas di wajah manisnya itu, ia semakin kurus membuat wajahnya terlihat lebih mungil dari sebelumnya belum lagi efek samping dari perubahan fisik yang ia terima karena pengkhianatan dari mantan matenya.

Shane membiarkan kakinya menuntunnya begitu saja sedangkan pikirannya sudah tersangkut entah kemana tidak ada disana, benar-benar kosong. Pemuda itu terlihat sudah lelah untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua peristiwa yang ia alami bukanlah sekedar mimpi.

Saat ia sudah berada di dekat meja makan itu, tanpa melihat ibu dan adiknya yang mengambil tempat bersebrangan denganya, Shane segera mengambil kursi untuk menariknya, kemudian ia dudukkan tubuhnya disana. Beraneka makanan yang tersaji tidak satupun yang dapat menggugah selera makannya, tenggorokan pemuda itu saja masih terasa sakit untuk menelan makanan seolah-olah menolak apapun yang akan melewatinya. Shane masih terdiam menatap piringnya sendiri disaat telinganya mulai menangkap suara dentingan sendok dan piring beradu, tentu saja itu milik ibu tiri dan adiknya.

Setelah beberapa saat, Shane memutuskan untuk mengambil beberapa makanan di piringnya. Ia cukup waspada sekarang mengingat bisa saja kedua orang di hadapannya itu mulai melakukan serangan verbal kepada dirinya, jika itu terjadi Shane harus menyiapkan diri untuk bisa membalas ucapan orang-orang ini.

Beberapa menit berlalu hingga akhirnya acara makan malam keluarga yang mencekam ini selesai. Selama kegiatan makan tadi tak ada satupun yang mengeluarkan kata-kata diantara mereka. Orang-orang ini hanya fokus menikmati makanannya saja. Shane sebenarnya tidak ada selera makan sama sekali akan tetapi ia bertekad untuk segera menyelesaikan makan malamnya sebelum mendapat serangan dari dua orang yang ada di hadapannya. Tentu saja ia tidak bodoh, pasti ibu tirinya itu menginginkan sesuatu darinya sehingga wanita itu mengundangnya makan malam bersama.

Tepat sesuai dugaan Shane, saat ia mencoba meminta izin untuk kembali ke kamar, wanita itu segera menahannya di tempat.

"Aku ingin berbicara beberapa hal denganmu," ungkap wanita itu sambil mengelap mulutnya dengan hati-hati.

"Ada apa? Aku lelah ingin segera beristirahat," jawab Shane dengan nada yang normal namun dibalik itu ia sedang bersiaga.

"Sebulan lagi, saat musim semi tiba, kau harus pindah ke apartemen yang telah dibelikan oleh ayahmu, tanpa aku jelaskan alasannya apa, kau pasti lebih paham dari siapapun," tutur ibu tirinya dengan enteng, wanita itu menatapnya dingin seperti tengah menunggu respon dari Shane.
Di sisi lain, Shane, pemuda itu diam-diam sudah meremas celananya menahan gejolak di hatinya. Tatapannya menajam namun ia dengan keras masih menahan diri untuk tidak memaki wanita itu.

"Maka dari itu, kau harus segera pulih dalam waktu dekat ini sehingga keadaanmu sudah membaik saat tinggal di apartemen nanti. Lalu satu hal lagi, kami akan memberitahukan ke media bahwa kau sedang menjalani pengobatan di luar negeri karena penyakit kronis, jadi untuk sementara waktu, jangan memakai nama keluarga Collin saat kau berada diluar nanti," lanjut ibu tirinya yang malah membuat Shane tersenyum sinis karena merasa geli saat mendengarnya dan tentu itu tidak membuat ibu tirinya merasa senang.

"Kenapa kau malah tersenyum seperti itu?" Ucap ibu tirinya cukup ketus.

"Kau sekarang mau mengusirku dari rumah ini bukan? Jangan berbelit-belit jika berbicara denganku dan hentikan semua sandiwaramu yang pura-pura peduli dengan kondisi kesehatanku itu, aku tahu kau pasti sangat membenciku apalagi aku sudah menjadi aib besar bagi keluarga Collin," nada bicara Shane rendah namun penekanannya terlihat jelas disana.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang