(Bab 42) He is not twenty six

339 40 48
                                    

'Ah... aku ingin bangun, sudah berapa lama ya aku tertidur?'

'Rasanya cuaca begitu hangat, sejujurnya aku kesulitan membuka mata. Ini benar-benar nyaman, kapan terakhir kali aku merasa seperti ini?'

'Tapi tunggu sebentar...'

'Mengapa punggungku terasa basah? Lalu apa ini? Tidak tampak seperti ranjang di rumah?'

Gemuruh riak perlahan menyambangi indera pendengaran. Disusul semilir angin laut terasa menyapu wajah, nyaris seperti belaian. Setelah diperhatikan, ujung surai legam miliknya sedikit basah, mengindikasi air payau pernah menggoda untuk bermain. Lalu pada akhirnya pelupuk mata itu pun mulai bergetar, memutuskan tersingkap menyambut indahnya bentang alam. Seperti yang diharap, ketika sempurna sudah tirai terangkat, cahaya dari langit datang menghujam pandangan, membuat kedua manik cantiknya terdesak menyipit.

'Oh, apakah aku tertidur di tepian pantai? Bukankah tadi aku masih berada di rumah?'

Pikirnya masih tampak linglung. Kedua tangan kini meraba alas tidur, menemui tekstur tak asing menyapa kulit. Ya, itu jelas pasir pesisir. Segera diambilnya lah dua genggam penuh. Setelah itu, ia angkat tinggi-tinggi kedua telapaknya yang sibuk, menimbulkan beberapa butir pasir melekat nakal pada tangan dan lengan kemeja putih yang ia kenakan. Pendek kata, Shane mengendurkan genggaman, hingga pasir itu luruh kebawah bergabung kembali dengan teman-temannya.

'Huh, apa ini?'

Masih bermonolog dalam hati, Shane mendapati kedua tangan miliknya tampak begitu gemuk oleh lemak bayi. Ia yakin bahwa ini bukanlah tangan seseorang yang telah berusia 26 tahun, melainkan sepasang tangan milik bocah yang bahkan belum tumbuh jakun.

'Ternyata begitu, aku masih lah seorang anak-anak. Mengapa juga aku berpikir bahwa usiaku telah mencapai 26 tahun? Apa aku terlalu lelah bermain sehingga mulai berpikir hal yang tak masuk akal?'

Shane mendengus lesu, bibir lucu bocah itu masih saja terkatup. Sedaritadi hatinya lah yang mengambil alih peran, rajin berceloteh ribut menilai sesuatu.

Lantas, Shane membiarkan tangannya kembali terkulai di atas pasir. Membatu pasrah nyaris berserikat dengan putihnya kerikil. Sedangkan maniknya di buat sibuk menerawang, membiarkan angan mencapai angkasa yang melingkupi dunia begitu digdaya. Sepertinya bocah itu berniat menikmati waktu santai sedikit lebih lama. Namun situasi berikutnya, jelas tak memberinya kesempatan untuk hanya berguling malas seharian.

"Shane... apa kau sudah bangun? Cepatlah kemari dan bawa kerang-kerang itu."

Shane terkesiap serta merta bangkit, membuat beberapa kulit kerang terjatuh diantara dua kaki. Saat ini Shane tengah mengenakan kemeja tipis berwarna putih dengan lengan yang digulung mencapai siku. Sedangkan kaki kurusnya dibalut kain hitam licin yang berkibar liar karena desainnya longgar.

Shane menoleh ke belakang, mencari asal suara yang tanpa ragu menyita waktu santai berharga miliknya. Ketika mata saling bertemu, ia mendapati dua orang dengan pakaian serba putih tengah mengayunkan tangan, meminta dirinya segera mendekat.

'Huh, ayah? Tapi, siapa orang yang sedang bersamanya? Kenapa wajahnya begitu familiar?'

Shane masih mematung di tempat, mencoba mengulas ingatan akan sosok cantik yang tengah bercokol di sisi ayahnya. Penampilan orang itu begitu lembut, surainya kecoklatan sedikit menjuntai melewati bahu. Ia yakin pernah melihatnya di suatu tempat, tapi dimana?

"Shane... Jangan diam saja disitu. Jika ibumu memanggil, kau harus segera datang," kali ini ayahnya yang berbicara. Dan saat kalimat itu terucap, Shane berkedip beberapa kali, diam-diam mendecakkan lidah tanda pencerahan itu datang padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang