(Bab 41) Talk to his brother

286 35 45
                                    

Bab ini mengandung adegan kekerasan, diharap bijak dalam membaca ⚠️

-@@@-

tok... tok... tok...

"Masuk saja kak..." suara kenop pintu yang di dorong ke bawah memasuki telinga manusia malu-malu, hampir selirih suara cengkerik yang terdengar samar dari kebun seberang.

Malam ini langit terlihat begitu jernih karena purnama bertahta kokoh disana. Cahayanya memancar nyaman menembus kelambu transparan yang tergerai bebas dengan kedua daun jendela yang terbuka.

Sedangkan didekatnya, telah duduk seorang submisif bersurai panjang dengan perut besar yang tersembunyi di balik busana. Jemari lentik orang itu sesekali mengusapnya, memberikan sentuhan lembut pada perut yang kini beralih menjadi semesta bagi kehidupan kecil yang tengah meringkuk nyaman di dalam. Seperti telah menyatu dengan figur baru, personalitas itu terasa lazim dilakukan oleh putra bungsu keluarga Collin, yang biasa disapa dengan nama Bryan.

Bryan hanyalah seorang diri di dalam kamar. Memang beberapa saat lalu sempat tinggal individu lain di sana, namun sang submisif mendesaknya untuk hengkang sesegera mungkin. Hatinya cukup antusias menunggui sosok dengan genetika yang sama untuk bergabung malam ini di kamar bernuansa industrial unfinished dengan bata expose pada dindingnya.

Satu, dua, tiga menit berlalu hanya dengan senyap yang menemani, menimbulkan perasaan kosong yang mulai merayap sedikit demi sedikit melucuti kulit. Lalu demi mementahkan perasaaan jenuh yang mulai timbul, dirinya pun menggapai buku yang telantar begitu saja di atas meja baca miliknya.

Hal itu lah yang akhirnya menciptakan pemandangan yang ada, tangan kanan Bryan telah sibuk menyangga buku yang ia baca sejak beberapa menit lalu. Beberapa kali ia balik tiap lembarnya, entah sudah berapa halaman yang telah ia ganyang secara rakus. Meskipun sesekali, jemari kirinya harus mengusap bagian tertentu kala angin yang berkunjung cukup antusias, mengusik ketenangan lembaran tipis itu hingga berayun-ayun lah mereka dibuatnya, menyulitkan si pembaca untuk tetap fokus.

Kemudian ketika si saudara mengetuk pintu dan muncul dari baliknya, Bryan segera menutup buku yang tadinya cukup menarik minat. Tak lupa ia berikan tanda dengan lipatan kecil di ujung halaman terakhir yang di baca, hanya untuk berjaga-jaga jika di lain waktu ia memiliki itikad untuk melanjutkan, maka ia tidak akan merasa kerepotan lagi.

Senyumnya pun perlahan menyebar kala menyambut si sulung yang sudah ia nanti sejak beberapa menit yang lalu. Dan ketika Shane mendekat, pemuda itu segera beranjak dari duduknya, memberikan pelukan tak terduga yang sukses membuat yang lebih tua terkejut. Namun pada akhirnya, yang lebih tua membalas pelukan itu sama lembutnya. Telapaknya pun bergerak natural mengusap bagian belakang kepala si bungsu dengan sayang.

"Kenapa tiba-tiba sekali? Jangan ceroboh dalam bertindak, kau bisa saja menyakiti bayinya nanti," tegur Shane ketika pelukan itu perlahan terlepas. Bryan sendiri hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan kakaknya itu, tidak ingin menyela atau membantahnya sama sekali.

"Kakak jangan khawatir, aku bisa menjaga diri. Terrel juga rajin mengomeliku tentang perkara sepele, jadi semua akan baik-baik saja."

"Begitukah? Aku senang mendengarnya. Sepertinya kalian hidup dengan baik. Aku berharap ke depannya nanti kalian akan selalu dilimpahi dengan kebahagiaan tak terhingga," ujar Shane begitu tulus, senyuman pun tak luput ia tampilkan disana.

Alih-alih menyambutnya dengan gembira, entah mengapa ujaran itu urung mendatangkan senyum di wajah yang lebih muda. Malahan, air muka si bungsu tergulung hingga kerutan di dahinya hampir saja terbentuk. Shane tentunya tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi. Sempat tersirat apakah ia keliru dalam berucap? Ataukah dirinya terdengar begitu naif ketika keinginan tulus itu terdengar begitu konvensional? Semua hanya bisa ia terka. Ketika pikirannya sibuk berputar-putar membuat spekulasi liar, tiba-tiba saja Bryan mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak tercatut dalam opsi yang ia buat.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang