(Bab 1) The one he loves are traitors

966 66 17
                                    

Langit tampak tidak mengeluarkan sinarnya. Salju mulai bergerak dengan lembut melapisi dataran gelap saat itu. Sekumpulan orang berpakaian hitam tampak menatap sebuah nisan yang baru saja tertanam di tanah. Butiran salju sesekali menumbuk nisan itu lalu bergulir jatuh.

Tepat di depan nisan tersebut terdapat seorang pemuda berpostur tinggi ramping dengan wajah manis tengah terdiam, gurat wajahnya mengisyaratkan masih menyisakan keterkejutan dengan peristiwa yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. Hidungnya kemerahan menahan kesedihan yang ingin menyeruak keluar. Seseorang disampingnya memegangi payung hitam berusaha melindungi tubuh tuan mudanya dari butiran salju yang turun. Di sisi lain beberapa orang yang mengikuti upacara pemakaman terlihat mulai membubarkan diri karena salju turun lebih banyak dari sebelumnya.

"Tuan muda, sebaiknya kita kembali sekarang, karena badai salju bisa tiba kapan saja," ucap pemuda yang memayunginya sambil menatapnya lembut.

"Kevin... Apa Morgan tidak datang kesini? Aku sudah menghubunginya namun tidak ada balasan sama sekali," pemuda yang bernama Shandy Collin atau biasa disebut Shane itu segera memutar kepalanya ke samping menatap tangan kanannya yang bernama Kevin Hugo. Alih-alih menjawab ajakan anak buahnya itu, Shane malah mengalihkan pembicaraan menanyakan tentang kabar matenya yang entah kenapa sulit untuk dihubungi.

"Sayang sekali, saya tidak melihat kehadiran Tuan Morgan, mungkin saja Tuan Morgan sekarang berada di kediaman keluarga Collin, saya pikir akan lebih baik jika sekarang Anda kembali ke kediaman sebelum jalurnya benar-benar tertutup oleh salju," jelas Kevin membujuk tuannya supaya mau mengikuti saran itu yang dibalas dengan anggukan oleh Shane

Pemuda itu segera berjongkok menatap makam yang ada dihadapannya, dengan perlahan tangannya mengarah kepada nisan itu lalu mengusapnya lembut seakan-akan takut jika nisan itu bisa hancur karena sentuhannya.

"Ayah... Aku akan pulang sekarang, mungkin dalam beberapa hari ke depan aku akan datang kesini lagi menjenguk ayah. Terimakasih sudah merawatku hingga aku sebesar ini," ucap Shane sambil tersenyum tipis dari bibirnya bercampur kepahitan.

Shane segera beranjak dari tempatnya, ia berjalan dengan tempo sedang lalu memasuki mobil miliknya disusul oleh Kevin yang masuk dari sisi lain mobil itu.

@@@

Setibanya di kediaman Collin, Shane bergegas memasuki rumah mewah itu dengan disambut beberapa pelayan di rumahnya, ia melepaskan coat hitam yang sedari tadi bertengger di bahunya dan menyerahkannya kepada salah satu pelayan yang berdiri di dekatnya.

"Dimana yang lainnya?" tanya Shane kepada kepala pelayan.

"Nyonya dan Tuan muda sedang berada di ruang utama lantai dua," jawab kepala pelayan singkat.

"Apa yang mereka lakukan disana?"

"Mohon maaf Tuan muda, saya tidak mendapatkan informasi lebih lanjut."

Shane tampak kebingungan dan menoleh kearah Kevin yang hanya terdiam disisinya sejak mereka masuk ke dalam mobil tadi.

"Baiklah, aku akan kesana, mungkin saja ada sesuatu yang mendesak, oh ya, apa Morgan datang kesini?" Shane baru teringat akan mate nya yang begitu ia tunggu kehadirannya namun belum juga menampakkan batang hidungnya sejak kemarin malam.

"Tuan Morgan belum datang kesini Tuan muda," ungkap kepala pelayan yang disambut anggukan oleh pelayan yang lain.

"Baiklah, jika Morgan datang, segera beritahu aku, aku akan keatas menemui ibu."

"Baik Tuan..."

Shane segera melangkahkan kakinya menuju ruang utama lantai dua disusul oleh Kevin. Ruang utama lantai dua sendiri biasanya digunakan untuk ruang pertemuan para dewan direksi perusahaan Collin corp jika ada sesuatu yang mendesak terjadi, maka dari itu tentu saja mengetahui ibu dan adiknya yang sudah berada disana membuatnya cukup panik, ia berpikir mungkin saja ada kejadian buruk yang terjadi.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang