(Bab 37) Lose pride

368 40 97
                                    

warning: mengandung konten dewasa dengan rate 21+

Plak....

Suara tamparan terdengar begitu keras menimbulkan bekas kemerahan tercetak semakin jelas diatas pipi putihnya. Pemuda itu terdiam, tampak terkejut hingga terlambat merespon serangan yang mendadak itu.

Beberapa waktu lalu, Bryan bergegas pergi ke ruang kerja ibunya setelah menerima pesan dari seseorang, memintanya untuk segera hadir disana saat itu juga.

Ruang itu selalu tampak remang, di desain sesuai dengan selera pemiliknya. Jika lampu tak dinyalakan atupun gorden tak dibuka sempurna saat pagi hari, maka ruangan itu akan jarang disinggahi oleh cahaya.

Bryan kemudian bergerak mendekat, saat itu ia memang bisa melihat bahwa penampilan ibunya begitu kacau. Dokumen di meja yang biasanya tertata rapi dan teratur, kini sudah berhamburan dari tempat asalnya, bertebaran diatas karpet merah yang membalut dinginnya lantai.

Di sisi lain, ketika wanita itu menyadari kehadiran putra kandungnya, amarahnya pun tersulut tanpa kontrol hingga respon tubuhnya pun menjadi lebih ringan. Tangan lentik wanita itu segera meremas kuat kemeja putranya, sebelum akhirnya ia menarik paksa ke sisi berlawanan membuat kancing pun melompat tajam ke bawah, terputus dari benang yang mengikat.

Dengan matanya yang kemerahan, Nyonya Collin menatap kasa putih yang masih menutupi luka jahitan di perut putranya itu. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri secara langsung, remasan pada kemeja Bryan terasa menguat. Pada akhirnya Nyonya Collin menampar dan mendorong kasar tubuh Bryan yang membuat pemuda itu harus mundur beberapa langkah berusaha mencapai keseimbangan tubuhnya.

Nyonya Collin lalu memutar tubuhnya dan bergerak agresif ke sofa panjang yang ada di samping, tampak enggan menatap wajah putranya sendiri. Bryan yang sudah berhasil meraih kembali fokusnya, dengan hati-hati bergerak mendekat, berupaya menyentuh tubuh ibunya, namun tangannya di tepis begitu saja oleh wanita itu. Tak mau menyerah, Bryan akhirnya berlutut di hadapan sosok yang telah melahirkannya itu, menampilkan gestur memohon tampak seperti ini bukanlah dirinya.

Namun hal yang dilakukan justru membuat murka ibunya kian membuncah. Sekali lagi, pipi putranya ia tampar kuat-kuat tanpa adanya perlawanan, membuat sudut bibir pemuda itu terasa perih dan meninggalkan noda merah disana.

"Beraninya kau menusuk ibumu sendiri! Kenapa kau tidak paham bahwa hanya dirimu orang yang cocok menjadi seorang penerus?!"

"Ibu, kumohon hentikan semuanya," pinta Bryan singkat masih dengan intonasi yang lembut, berharap ibunya mau mendengarkan ucapannya dan berhenti meluapkan amarahnya itu. Namun semua terasa sia-sia saja, kata-katanya malah berakhir seperti bahan bakar yang menyiram setitik nyala api.

"Tutup mulutmu Bryan! Ibu lakukan semua ini hanya untuk keberlangsungan keluarga dan perusahaan kita! Kau yang lebih kompeten daripada dia! Kau juga seorang alpha sejati tidak sepertinya!"

"Ibu, tolong hentikan. Itu sama sekali tidak benar. Aku dan kakak semuanya anak ibu, kami akan berusaha melindungi keluarga ini dan perusahaan ayah. Meskipun kakak mungkin terkadang suka bertindak gegabah, tapi itu tidak membuatnya menjadi orang yang tidak kompeten," Bryan meraih kedua tangan ibunya, mengusapnya dengan lembut berharap emosi wanita yang melahirkannya itu bisa teredam. Namun sekali lagi, semua usaha yang dilakukan tampak hanya akan berakhir buruk.

"Omong kosong apa yang kau ucapkan?! Bocah sampah sepertinya yang bahkan dengan mudah terlena dengan perasaan, tidak pantas menduduki posisi itu! Hatinya terlalu lemah dan itu akan membawa dampak buruk bagi semua orang! Hanya alpha sejati seperti dirimu yang bisa melakukan hal-hal sebagai seorang penerus! Tapi apa yang telah kau lakukan?! Kau malah mengikat bocah itu dengan seorang monster ke dalam permasalahan keluarga kita!"

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang