Satu minggu telah berlalu dan tidak ada hal menarik yang dirasakan oleh Shane. Pemuda itu memilih menyibukkan dirinya dengan bekerja sebagai freelancer, baginya pekerjaan ini cukup mengasyikkan. Sesekali ia mengambil camilan kentang goreng yang ada di atas piring bundar berwarna putih itu lalu memakannya dengan lahap tanpa mengalihkan fokusnya dari layar laptop. Tidak lama kemudian, terdengar suara bel apartemen berbunyi membuat Shane sejenak menghentikan aktivitasnya untuk mengecek siapa yang datang ke apartemennya pagi-pagi seperti ini.
Setelah mengetahui siapa orang yang berkunjung, pemuda itu langsung membuka pintu apartemen dan disambut dengan senyuman cerah dari kedua laki-laki yang ada di hadapannya. Shane hanya mengernyit menatap salah satu dari mereka yang membawa paper bag, apakah orang-orang ini mengajaknya makan bersama lagi? Sepertinya begitu.
"Selamat pagi Shane! Apakah pagi harimu menyenangkan?!" Sapa Terrel dengan meriah membuat Shane sempat merasa sedikit terkejut, namun sedetik kemudian ia bisa mengendalikan dirinya.
"Selamat pagi juga," balas Shane lirih setengah bergumam membuat Terrel reflek mencondongkan tubuhnya mengikis jarak diantara keduanya untuk memastikan apa yang diucapkan Shane sebelumya.
"Kau bilang apa?!" Saat itu juga Shane spontan melangkah mundur. Di sisi lain Ian yang menatap perilaku agresif Terrel dengan segera menarik kerah jaket baseball yang dikenakan oleh sahabatnya itu dan sukses membuat pemuda berambut pirang terseret ke belakang.
"Kau tidak lihat? Shane terkejut melihat tingkahmu, jangan terlalu bersemangat, ini masih pagi," Ian mengucapkan itu dengan datar yang disambut dengan decihan oleh lawan bicaranya.
"Karena masih pagi makanya harus bersemangat, bagaimana sih? Pola pikirmu sungguh aneh Ian," setelah memprotes ucapan Ian kini pemuda tersebut kembali beralih menatap Shane dan mengubah ekspresinya dengan cepat menjadi lebih ramah.
"Shane... aku masuk ke dalam boleh ya, ayo kita makan bersama!"
"Hmm," Shane sebenarnya masih cukup malas menanggapi orang pagi-pagi begini namun tidak mungkin ia mengusir mereka berdua. Ia pun memilih untuk membiarkan mereka memasuki tempat miliknya yang berharga.
Terrel berjalan ke dalam apartemen terlebih dahulu kemudian disusul oleh Ian. Namun tanpa diduga Ian mendekatkan tubuhnya pada Shane lalu menahan tubuh pemuda itu dengan memeluk pinggangnya. Tentu saja Shane tidak siap dengan perilaku ini, ia terlihat membulatkan matanya hingga sejurus kemudian ia dapat mendengar bisikan Ian di telinga kanannya, suaranya mengalir begitu lembut dan lirih yang hanya dapat di dengar oleh Shane.
"Kau tidak pingsan lagi kan?"
Mendengar pertanyaan itu Shane segera menggelengkan kepala, lalu dari sudut matanya ia bisa melihat bahwa Ian tengah tersenyum tampak lega saat mengetahui bahwa Shane baik-baik saja. Kemudian pemuda bermata foxy itu beralih mengatakan sesuatu yang lain.
"Sekarang kau harus kembali ke kamarmu, tampaknya kau melupakan sesuatu," ucap Ian lembut berusaha memperingati Shane, tangannya yang berada di pinggang Shane kini telah beralih mengacak rambut hitam Shane dengan lembut, sedangkan Shane sendiri terlihat mematung sambil reflek memegangi tengkuknya yang terekspos dengan jelas sekarang.
Ian dan Terrel kini duduk diatas karpet bulu di depan televisi menunggu Shane yang masih sibuk di kamar menutupi luka yang ada di tengkuknya. Hingga akhirnya Shane bergabung dengan mereka dan ketiga pemuda itu mulai menikmati sarapannya.
"Shane..."
"Hmm?"
"Apa kau sedang sibuk hari ini? Maafkan aku, tadi aku sekilas melihat layar laptop milikmu dan sepertinya kau sedang mengerjakan sesuatu," ungkap Terrel mengakui perilaku tidak sopan nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Ask Yourself (yeonbin)
RomanceBxB Mature content ⚠️ Cerita ini hanya fiktif belaka tidak berhubungan dengan dunia nyata! Ketika ayahnya meninggal dunia karena sebuah insiden kecelakaan mobil, keluarganya tiba-tiba berkhianat. Lebih parahnya lagi, matenya berselingkuh dan membuan...