(Bab 28) His nightmare felt more and more real

298 36 126
                                    

Setelah sekian bulan berlalu, akhirnya kaki jenjang Shane kembali menginjak lantai berbahan marmer milik kediaman keluarganya. Secara spontan Shane menghela nafas panjang, mempersiapkan mental dan fisiknya untuk menghadapi apa saja yang mungkin akan ia temui di depan. Mengingat rumah besar itu telah berubah menjadi medan pertempuran baginya.

Kini si manis sudah berada di dalam kamar lamanya, merebahkan tubuh ramping itu di atas ranjang empuk yang telah lama tidak ia singgahi. Tidak ada yang berubah dari ruangan itu, hanya saja debu dan aroma asing langsung menyapa indera penciuman tatkala dirinya baru saja memasuki tempat itu. Sangat bisa ditebak bahwa selama dirinya pergi, tidak ada satu orang pun disini yang tergerak hatinya untuk merawat ruangan pribadinya itu.

Tak tahan dengan hawa pengap dan aroma apek yang menyebar, Shane kemudian segera bangkit. Ia berjalan dengan langkah tenang menuju jendela yang masih tertutupi tirai yang sama saat ia pergi meninggalkan tempat itu. Ketika kedua tangannya mendorong daun pintu, seketika itu juga desiran angin malam yang dingin di musim gugur menyapanya dengan suka cita. Shane kemudian menutup manik bulatnya membuat bulu mata itu bergerak ringan mengikuti irama angin yang menyertainya. Nyanyian deritan pohon yang kulit kayunya saling bergesekan, tak luput dari pendengaran pemuda manis itu, membuat pemikiran-pemikiran lain mulai muncul dalam benaknya.

Entah mengapa saat ini pikiran Shane kembali memutar memori lama yang sempat terkubur, memori pada bulan-bulan yang membuatnya merasa segala hal terjadi begitu cepat. Di saat kehidupannya mulai mengalami gejolak ekstrim yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, membuat si sulung itu harus melangkah pergi menanggalkan semua yang sejak dirinya lahir selalu ia kenakan. Namun pada akhirnya, sejauh apapun batang dan ranting bertumbuh, maka akan tetap membutuhkan akarnya, dan seperti itu lah keadaan Shane sekarang, sejauh apapun pemuda itu menghindari takdir hidupnya, maka lambat laun ia harus kembali pada Collin yang selalu berada di belakang namanya.

Ketika Shane menggeliat meluruskan tangan yang beberapa waktu lalu telah menyandar nyaman pada kusen jendela, tiba-tiba saja telinganya menangkap suara lain yang muncul dari balik punggungnya. Sangat jelas sekarang bahwa ada seseorang yang memasuki ruang pribadinya itu. Shane pun segera memutar tubuhnya, mengerutkan kening berusaha mengumpulkan serpihan cahaya di udara untuk bisa melukis sosok yang tengah berdiri di hadapannya dengan kedua matanya. Saat itu juga Shane mendapati sosok yang ia kenali telah berdiri di sisi lain ruangan miliknya sambil memandangnya lurus.

"Kevin, mau apa kau kesini?"

"Tuan muda, Nyonya meminta Anda segera turun untuk makan malam bersama,"

Entah mengapa hal ini terasa dejavu dalam pikiran Shane, membuatnya kembali mengingat makan malam yang terasa seperti di neraka beberapa bulan yang lalu. Kini kerutan di kening Shane kembali muncul dengan rajutan yang lebih rapat, mencoba menebak pasti wanita itu tengah merencanakan sesuatu untuknya.

"Ada dimana pamanku?"

"Tuan Anthony sedang tidak ada di tempat, beliau ada urusan mendadak dan pergi sejak satu jam yang lalu,"

"Aku akan makan malam ketika paman sudah pulang nanti,"

"Tuan muda, Nyonya berkata bahwa Anda harus makan malam sekarang karena para pelayan akan membersihkan kamar Anda saat ini juga,"

Semakin mendengar ucapan Kevin yang ditujukan padanya, semakin terasa kencang omong kosong itu mengusik telinganya. Mengapa baru sekarang wanita itu menyuruh pelayan di rumah untuk membersihkan kamarnya? Hal ini tentu membuat insting bertahan hidup Shane semakin keras menolak. Namun di sisi lain, jika ia berusaha menghindarinya hari ini, belum tentu di masa depan ia akan bisa terbebas dari rencana busuk ibu tirinya itu. Akhirnya setelah berpikir sejenak, Shane pun berkata.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang