(Bab 36) From now on he will protect him

411 41 79
                                    

Setelah tangis itu mengering, Ian mengajak Shane untuk kembali melanjutkan makan malam mereka yang sempat tertunda. Jejak isakan masih sesekali terdengar di sela-sela kunyahannya. Ian tentu terus memperhatikan kekasihnya itu sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri hingga mangkok di hadapannya berakhir kosong.

Ketika acara makan malam telah usai, Ian kemudian mencuci semua peralatan yang tadi sempat mereka gunakan. Tangannya tampak lihai seperti telah terbiasa melakukan hal serupa sebelumnya.

Berbeda dengan sang dominan yang sibuk dengan urusan dapur, Shane saat ini tengah meminum obat yang harus di konsumsi rutin selama beberapa waktu ke depan. Setelah menelan obat-obatan itu, ia kembali terdiam, pandangannya tampak terkunci pada satu titik di punggung kekasihnya yang sedang berdiri membelakangi. Pikiran Shane kini tiba-tiba saja berisi hal-hal acak yang sebelumnya tidak begitu ia perhatikan.

"Sayang..." kali ini suara Shane terdengar tumpang tindih dengan suara gemericik air yang muncul dari balik lubang kran tempat cuci piring. Namun, Ian masih bisa dengan mudah menangkap panggilan manis yang ditujukan untuknya, terbukti dengan ia segera menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

"Iya? Ada apa sayang?" Ian memutar kepalanya sekilas sebelum melanjutkan kegiatannya yang sudah hampir rampung.

"Apa Ian sebelumnya pernah merasakan patah hati?"

Tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapat pertanyaan seperti ini, Ian segera membasuh kedua tangan lalu mengelapnya ketika kegiatan cuci piringnya telah usai. Selanjutnya, pemuda itu segera berjalan menghampiri Shane yang masih bertahan pada posisi awalnya.

"Tentu saja pernah. Tapi sebaiknya kita berpindah ke tempat yang lebih nyaman terlebih dahulu jika ingin berbincang," pinta Ian yang disetujui oleh Shane.

Keduanya pun memilih untuk pergi ke kamar tidur. Suasana kamar disini tampak begitu kontras jika dibandingkan dengan kamar Shane sebelumnya. Warna merah gelap lebih mendominasi, tampak senada dengan kondisi ruang tengah yang juga memiliki aksen emas disana sini.

Ian membantu Shane untuk meletakkan kruk nya tidak jauh dari tempat tidur. Setelah itu, ia segera menyusul dengan mengambil tempat di sebelah Shane yang telah lebih dulu naik ke atas ranjang. Setelah itu, Ian pun meyandarkan punggungnya setengah berbaring pada kepala ranjang.

Shane yang melihat posisi Ian segera menggeser tubuhnya mendekat dengan hati-hati, lalu ia letakkan kepalanya di atas dada bidang milik Ian, membuat sang dominan segera memeluknya sayang.

"Ayo kita lanjutkan pembicaraan kita tadi," kata-kata Shane terdengar sedikit manja, kepalanya dengan susah payah ia dongakkan ke atas menatap Ian yang kembali gemas dengan tingkah kekasihnya itu.

"Boleh, Shine mau bertanya apalagi?"

"Ian belum memberitahuku kapan dan dengan siapa pernah merasakan patah hati?"

"Oh itu, belum lama ini sayang, bukankah Shine sudah tahu siapa orangnya," kali ini Ian mengusap lembut pipi Shane dengan jari telunjuknya, mengamati bagaimana kekasihnya itu terlihat berkedip menerawang memikirkan ucapannya dari sudut yang sulit.

"Apa Ian sedang membicarakan saat kita bertengkar beberapa waktu lalu ketika kita berada di acara pertunangan adikmu itu?"

"Iya sayang, itu sudah jelas bukan? Lagipula dengan siapa lagi aku bisa merasa patah hati selain dengan Shine yang pernah mencampakkanku?"

Shane yang merasa tidak terima dengan ucapan Ian segera menegakkan tubuh, lalu menatap cemberut kearah kekasihnya yang membuat pemuda di hadapannya menaikkan sebelah alis kebingungan. Namun sejurus kemudian, dominan itu spontan melolong kesakitan saat tanpa persiapan dirinya harus menerima tamparan cukup keras pada lengannya.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang