(Bab 16) When we were young

364 48 22
                                    

Mata bulat itu terus saja fokus menatap di satu titik. Kepalanya mendongak memperhatikan sebuah sarang burung yang terlihat hampir terjatuh dari sela-sela ranting pohon yang cukup tebal. Di dalam sarang itu terdapat 2 ekor anak burung yang mencicit ngeri saat sarang itu semakin terperosok setiap kali angin kencang berembus mengoyak ranting pohon yang menopang rumah mereka.

Tangan dari si kecil sesekali menengadah berjaga-jaga jika anak burung itu akhirnya terjatuh. Saat ia masih terus fokus dengan anak-anak burung yang bertahan di sarang rapuhnya, mendadak ia mendengar sayup-sayup suara familiar yang tengah memanggil namanya.

"Bryan..! Bryan..!"

Suara itu terdengar semakin mendekat, sepertinya ia sudah terlalu lama pergi hingga seseorang harus mencarinya. Namun saat itu Bryan tidak bergeming sedikit pun, ia masih berada di tempatnya takut takut anak burung itu terjatuh dari ketinggian dua meter lebih.

"Bryan...!" Suara itu kini semakin jelas tertangkap pada pendengarannya. Bryan kemudian segera menoleh saat sosok orang yang mencarinya telah terlihat dari sudut matanya.

"Kak Shane..." ucapnya yang membuat Shane segera menghampiri adiknya itu.

"Ya ampun, kau ada disini, ayah mencari mu tahu," Shane terlihat mengerutkan kening karena kesal, namun disaat yang bersamaan dirinya juga merasa lega karena adiknya itu baik-baik saja setelah menghilang dari hall tempat reuni keluarganya berlangsung.

"Tolong mereka kak..." Tanpa menggubris ucapan Shane, Bryan yang saat itu masih berusia lima tahun segera menunjuk kearah sarang burung yang sedaritadi membuatnya cemas. Tentu tatapan mata Shane segera beralih mengikuti kemana jari telunjuk adiknya itu mengarah. Disana Shane bisa melihat dua ekor bayi burung yang terlihat panik terus mengepak-ngepakkan sayapnya yang masih lemah.

"Ya ampun, jika terjatuh dari ketinggian ini, mereka bisa mati," ucapan Shane disambut anggukan cepat dari Bryan. Namun saat itu, tiba-tiba saja yang lebih muda mencengkeram ujung kemeja Shane kuat dengan tangan mungilnya, hal itu membuat Shane kembali menatap kearah adiknya itu yang beberapa kali mengedipkan matanya cepat.

"Kakak... Ingusku mau keluar," mulutnya seketika mencebik tatkala mengucapkan kalimat itu. Dapat dilihat, ujung hidung Bryan kini tampak memerah karena terlalu sering digosok kasar.

Shane yang melihat betapa lucu adiknya itu tentu saja langsung mencubit kedua pipi kenyal Bryan, hal itu membuat yang lebih muda langsung merengek merasakan sakit di kedua pipi yang menjadi sasaran kegemasan kakaknya. Setelah puas mencubit pipi adiknya, Shane segera merogoh saku celananya, ia sempat membawa beberapa potong tissue untuk berjaga-jaga tadi karena ia tahu adiknya sedang sakit flu. Dengan telaten Shane meminta adiknya mengeluarkan ingusnya setelah ia mengambil satu lembar tissue dan meletakkannya pada ujung hidung Bryan. Setelah selesai, Shane membuang tissue penuh ingus itu ke tempat sampah.

"Terimakasih Kak Shane," kini Bryan terlihat ceria kembali setelah gumpalan ingus yang mengganggu pernafasannya itu bisa dikeluarkan.

"Sama-sama," balas Shane tak lupa mengusap kepala adiknya lembut, namun sedetik kemudian, Bryan kembali mendongakkan kepalanya.

"Lalu burung itu bagaimana?" tanya Bryan lagi, membuat Shane tersenyum senang saat ini. Akhirnya ia punya alasan untuk memanjat pohon.

"Kau tunggu disini, kakak akan membenarkan posisi sarangnya,"

Shane segera melangkah maju mendekati batang pohon dengan diameter sekitar 40 sentimeter itu lalu ia menepuk-nepuknya. Setelah itu, yang lebih tua segera memanjat perlahan menaiki batang dengan tekstur kasar itu, hingga akhirnya ia berhasil mencapai tempat sarang bayi burung bertengger. Bryan yang berada di bawah terus saja memperhatikan pergerakan kakaknya. Sesekali ia memberikan semangat dan hal itu membuat Shane merasa senang.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang