(Bab 40) Just lean on him

238 35 21
                                    

Beberapa saat yang lalu...

Orang mana yang tak akan kelimpungan ketika bagian dari keluarga ataupun sahabat tiba-tiba saja menempatkan batas aneh di depan hidung mereka? Jawabannya tidak ada, tentunya selama orang itu masih waras. Begitu pula dengan pasangan Ian dan Shane. Mereka merasa resah dengan caranya masing-masing ketika yang terdekat memilih menjauh. 

Ian cenderung berlagak tenang, namun diam-diam mengirim utusan disana sini sepanjang waktu. Menunggu petunjuk dengan kaki saling bertumpu.

Sedangkan Shane, pemuda itu terlalu gamblang melukiskan segala kegundahan hati melalui gerak-gerik tubuh. Inilah bukti, bahwa seberapa buruk perlakuan yang diterima, seberapa banyak pula sayatan yang telah ditorehkan di masa lalu entah apa itu alasannya, tentu tidak akan begitu mudah mengurai simpul yang lebih lama terjalin diantara dua saudara.

Dan akhirnya, utusan membawa informasi akan titik terang keberadaan yang dicari. Tak ambil banyak waktu, Ian segera membawa Shane bersamanya, menerobos jalanan kota dengan banyak hal mengganjal, perlu dikonsolidasi.

Deretan kekacauan yang terjadi di dalam kepala, membuat perjalanan mendadak ini terasa begitu singkat. Ian menghentikan laju keempat roda tunggangannya tepat di depan sebuah rumah mewah. Pagarnya saja hampir setinggi lima meter, cukup megah dengan halaman depan yang begitu luas. Shane spontan menoleh ke samping, meminta paparan terkait kerisauan yang tengah dialami.

"Ian... Mengapa kita berhenti di sini? Apakah mereka ada di rumah ini?" Kerutan itu terbentuk di atas dahi Shane, menatap bimbang kekasihnya yang kini membuka kuncian pada pintu mobil.

"Kita akan pastikan sebentar lagi."

Sang dominan turun dengan percaya diri, mendekat pada penjaga berusaha memanipulasi supaya berkenan membukakan pintu gerbang dengan ukiran bunga sulur itu untuknya. Tanpa menghabiskan waktu lama, gerbang besi itu menggaung lirih tampak terbuka otomatis. Ian pun  kembali ke dalam mobil dengan langkah setengah berlari untuk membawa tunggangannya memasuki pelataran rumah mewah itu sebelum akhirnya turun bersama Shane.

Bangunan di hadapan mereka tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan kediaman utama. Rumah dengan dua lantai berdinding unfinished itu benar-benar menceminkan desain arsitektur rumah industrial. Begitu teduh dengan nuansa warna earth tone yang kuat. Sungguh, hanya dengan melihat melalui mata telanjang saja, suasana sejuk langsung menyerbu menembus kalbu.

Shane dan Ian berdiri di depan pintu utama yang telah terbuka, menunggu seseorang muncul menyambut. Hingga akhirnya manik mereka menangkap sosok yang tidak asing lagi tengah berjalan terburu-buru dari arah dalam rumah. Melihat adanya Kevin di rumah itu, spontan Shane melangkah masuk, begitu pun Ian yang telah mengekor di belakang. Hal itu tampaknya menimbulkan reaksi berlebih. Secara tak terduga, Kevin tiba-tiba mengulurkan tangan, berusaha menahan pasangan itu untuk menjejak lebih jauh.

Namun semua sia-sia saja, Shane dan Ian saat itu menyadari ada benda besar tengah menggantung di dinding timur melalui ekor mata mereka. Lalu ketika Shane dan Ian serempak memutar kepala ke samping, alangkah terkejutnya mereka mendapati pemandangan nyaris mustahil tersaji disana. Potret pernikahan dua orang yang begitu mereka kenali terpampang nyata di depan mata mereka. Penampilan Terrel dan Bryan masih terlihat sama seperti sebelumnya, namun fakta bahwa potret itu merupakan foto pernikahan, menuntut Ian dan Shane untuk segera meminta penjelasan dari yang bersangkutan.

"Dimana Terrel sekarang?" perkataan Ian begitu dingin hingga menyentak jiwa Kevin membuatnya begitu tegang.

"Beliau sedang berada di halaman belakang. Tapi sebaiknya Anda menunggu disini. Saya akan panggil kan Tuan kesini."

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang