(Bab 25) Our great sins

290 27 74
                                    

Ribuan penonton terlihat mulai memadati area di sekitar Stadion Aldway saat ini. Stadion yang memiliki tribun penonton empat tingkat berbentuk mangkuk itu, malam nanti akan menggelar pertandingan final antara dua klub besar sepak bola yakni Felicity FC melawan Alton Arch.

Segala macam atribut berwarna senada dengan dua klub kebanggaan masing-masing supporter telah membanjiri area stadion. Beberapa kerumunan tampak berdiri melingkar dan melompat-lompat heboh memberikan tekanan pada supporter tim lawan.

Bryan, yang mengambil waktu istirahatnya untuk menonton pertandingan itu, kini tengah menuruni anak tangga, mencari tempat duduk di tribun vvip yang telah ia pesan sebelumnya. Wajah tampannya ia tutupi dengan masker, menghindari orang-orang di luar stadion mengenalinya saat alpha itu berjalan menuju tribun dalam stadion. Bagaimana pun juga, beberapa kali wajahnya telah terekspos ke media setelah mendapat jabatan baru, yakni menjadi salah satu orang yang memegang kendali Collin Group. Hal tersebut bisa berbahaya jika dirinya tengah berada di keramaian seperti ini tanpa pengawalan.

Saat ini, Sorot mata pemuda itu dengan leluasa menyapu area tribun hingga dirinya berhasil menemukan deretan tempat duduk miliknya yang sudah cukup padat oleh orang-orang.

Bryan pun bergegas melangkahkan kakinya menuju kursi dengan nomor yang sama yang tertera pada tiket. Tas berisi camilan yang ia gantungkan di kedua pundaknya pun ia turunkan di atas pangkuan.

Kini bisa dilihat para penonton mulai memasuki area dalam Stadion Aldway dengan kapasitas 80.000 orang itu melalui gerbang barat dan timur. Ketika semua telah berada di tribun masing-masing, supporter dari kedua belah tim tampak beradu tak mau kalah dalam menggaungkan sorak sorai dan yel yel buatan mereka. Suara alat musik terompet dan perkusi terdengar bersahut-sahutan menambah riuhnya situasi stadion saat ini.

Bryan mengamati pemandangan itu sambil menumpu malas kepalanya menunggu waktu dimulainya pertandingan. Saat dirinya terhanyut dengan gerakan kompak tangan supporter yang membentuk gelombang air laut. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang membuat darahnya meletup saat itu juga.

"Bryan?!"

Dan benar saja, saat tatapan mata bungsu keluarga Collin itu terangkat, disampingnya telah berdiri seseorang yang ingin sekali ia hajar sampai babak belur akhir-akhir ini. Orang yang terus menghantuinya dengan mengirimkan benda-benda tidak penting. Namun karena hari ini Bryan bertekad untuk istirahat sejenak menyegarkan pikiran dengan menikmati pertandingan, ia memilih untuk tidak terbawa amarah yang sempat memantik kala melihat Terrel yang berdiri di sampingnya.

Tak mau terlalu lama beradu tatap, alpha itu segera membuang muka dan sama sekali tidak berminat untuk menggubris ucapan Terrel. Bryan awalnya menopang pipi kanannya, namun, sekarang ia beralih menopang pipi kiri, mencondongkan tubuh berlawanan dari posisi awalnya demi memberi jarak lebih dengan Terrel yang sialnya duduk bersisian dengannya.

Terrel sendiri nampak tidak bertingkah heboh seperti biasanya. Kali ini enigma itu memilih diam setelah ucapannya mendapat sambutan dingin dari lawan bicaranya. Sang enigma memilih untuk melihat-lihat ponselnya, memberikan update situasi stadion di dalam grup supporter Felicity yang kebetulan sedang berhalangan hadir.

Ketika Terrel masih asik dengan ponselnya, riuh penonton yang sedaritadi terdengar menggebu-gebu tiba-tiba berhenti. Seketika itu juga sebuah melodi lain mulai masuk dengan khidmat. Para supporter segera beralih untuk menyanyikan lagu wajib tim menandakan kesebelasan favorit mereka akan segera memasuki lapangan.

Terrel pun segera memasukkan kembali ponsel miliknya dalam saku dan dengan semangat ikut menyanyikan lagu wajib tim membuat alpha yang berada disebelahnya melirik tidak suka.

Setelah beberapa kali mereka menyanyikan lagu wajib tim, para pemain akhirnya memasuki lapangan, pertanda pertandingan akhirnya dimulai.

Menit-menit awal pertandingan di babak pertama terasa begitu memanas tatkala kedua kesebelasan tampak ngotot memberikan tekanan satu sama lain. Terrel yang tegang ketika menonton pertandingan itu terlihat mengepalkan kedua tangan, lalu dirinya akan mendesis di saat tendangan klub favoritnya melambung tinggi diatas mistar gawang.

Just Ask Yourself (yeonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang