.......
"A-aahh!"
Dara merintih kesakitan kala cairan alkohol menyatu dengan luka lebam di bibirnya. Saking kerasnya pukulan pria tua itu, luka di bibir Dara nyatanya lumayan dalam. Sudut bibirnya bahkan berdarah tapi Jevan sudah membersihkannya.
"Terima kasih," ucap Dara setelah Jevan selesai mengobati lukanya. Bukan hanya mengobati lukanya saja tapi Jevan memberikan jas yang dikenakannya untuk menutupi kemeja Dara yang hampir semua kancingnya terlepas.
"Apa masih kurang?"
Dara mengernyitkan dahi.
"Diluaran sana apa kamu masih kekurangan pria-pria haus kasih sayang sampai-sampai kamu mencari klien di kantor saya?"
Mimik wajah Dara berubah. Ah, ia mengerti obrolan ini akan mengarah kemana. Ternyata benar Jevan menganggapnya sama seperti anggapan pria tua yang menyakitinya tadi.
"Saya tidak tahu kalau itu kantor Pak Jevan." Ya, Dara pikir Jevan kebetulan lewat saja dan menolongnya.
"Ini terakhir kalinya saya terlibat dengan urusan kamu. Jika ingin mencari klien lakukan di tempat lain, jangan di lingkungan kantor saya."
Dara tersenyum miring. "Anda menghakimi saya seolah-olah anda tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Saya tahu karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri."
"Anda hanya melihat kejadian malam ini tanpa—"
"Kamu tahu dengan pasti konsekuensi yang akan kamu dapatkan malam ini atau pun di kemudian hari tapi tetap saja kamu memilih profesi ini," sela Jevan. "Ini profesi yang cukup berbahaya untuk wanita seperti mu. Malam ini saya kebetulan menolong kamu tapi di kemudian hari ... " Jevan mengendikkan bahunya.
"Tapi saya tidak seperti apa yang Bapak pikirkan."
Jevan menatap tajam Dara. "Memangnya apa yang biasanya seorang lelaki pikirkan saat bersama dengan wanita panggilan sepertimu selain ... " Jevan menjeda ucapannya lalu menelisik penampilan Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia jengah dengan pembelaan Dara. Jika boleh jujur ia malas beradu argumen dengan Dara. Seharusnya Dara berterima kasih atas nasihat darinya bukan malah membela diri. Toh apa yang Jevan katakan semuanya benar.
Dara menahan air matanya agar tidak tumpah atas penghinaan ini. Entah kenapa rasanya sangat menyakitkan kala mendengar cacian, hinaan itu keluar dari mulut Jevan, pria yang ia anggap baik hati, yang dua kali sudah menolongnya.
"Apa harus saya perjelas? Baiklah." Jevan tersenyum remeh. "Pertama wajahmu, kedua tubuhmu, ketiga tarif mu dan keem—"
Plakkk!!
"Cukup." Dara melayangkan tamparan keras di pipi Jevan.
Jevan tertawa sumbang seraya memegangi pipinya yang terasa kebas. Malam ini ia menyelematkan seorang pelacur tapi nyatanya pelacur itu menamparnya karena Jevan membeberkan fakta yang sebenarnya. Katakan apa ada yang salah dari ucapannya?
"Kenapa? Kamu terlalu menikmati profesimu karena itu tak mau berhenti?"
"Hentikan, Pak Jevan."
Jevan melayangkan tatapan tak sukanya pada Dara. Jujur saja! Meski dalam kondisi yang menyedihkan sekali pun Dara terlihat ... Tidak! Secantik apa pun Dara tidak akan mengubah statusnya sebagai pelacur. Memuaskan hasrat lelaki lalu mendapatkan bayaran. Harga dirinya tak lebih berharga dari uang.
"Ini pertama kalinya dalam hidup saya, saya di tampar oleh seorang wanita dan sialnya wanita itu adalah pelacur sepertimu."
Ketika Dara akan menampar Jevan lagi, Jevan menepis tangan Dara dengan kasar. "Apa yang saya katakan adalah kebenaran, jadi berhenti menyentuh saya dengan tangan kotormu itu!"
.......
ADARA PRISCILLA
JEVANNO AZZRA SADEWA
Kalau tidak suka dengan visual-nya, silahkan berimajinasi sendiri yaa, bebaassssss ...
Betewe gimana prolog-nya??
Mau lanjut BAB 1??
[24/01/2024]
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY HEARTBEAT [COMPLETED]
Romance"Memangnya apa yang biasanya seorang lelaki pikirkan saat bersama dengan wanita panggilan sepertimu selain ... " Jevan menjeda ucapannya lalu menelisik penampilan Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Apa harus saya perjelas? Baiklah." Jevan te...