>> Happy Reading <<
"Huh?" mulut Dara menganga mendengar pernyataan pegawai showroom.
"Ini motor saya?" Tanya Dara untuk kesekian kalinya. Motor vespa matic berwarna kuning keluaran terbaru yang harganya puluhan juta rupiah yang ada dihadapannya ini adalah miliknya. Lantas dikemanakan motor lamanya yang katanya sudah selesai di service?
"Benar, ini motor anda. Pak Jevan sudah mengurus semuanya. Pak Jevan juga bilang kalau ini adalah hadiah ulang tahun anda." Pegawai showroom itu tersenyum hangat kemudian mengucapkan selamat ulang tahunnya pada Dara.
Dara menganga. Hei! Ulang tahunnya masih beberapa bulan lagi. Lagipula ia dan Jevan tidak sedekat itu jika Jevan ingin memberinya hadiah.
Tidak! Dara tidak bisa menerima ini. Ia tidak bisa dan tidak boleh menerima pemberian orang asing secara cuma-cuma.
"Ini pasti kerjaan Elvira," gumam Dara. Ya, siapa lagi kalau bukan Elvira yang memberitahukan perihal hari ulang tahunnya pada Jevan.
Dara pun menghubungi Elvira untuk menanyakan langsung padanya.
Di sisi lain berkali-kali Jevan mengecek ponselnya dengan harapan Dara meneleponnya kemudian berterima kasih atas hadiah darinya. Jevan yakin Dara akan senang dan menyukai hadiah itu.
"Lagi nunggu telepon seseorang?"
Jevan menggeleng. Kemudian melanjutkan kembali apa yang sedang ia bicarakan mengenai yang tadi sempat terjeda karena Janendra harus menerima telepon dari klien.
"Jev, berhubung sebentar lagi ulang tahun Mama, bagaimana kalau kita memberikan sesuatu yang berkesan?"
Ah, Jevan hampir lupa akan hal ini. Sejujurnya sangat jarang sekali ia dan Janendra mengobrol berdua dalam konteks membicarakan masalah pribadi. Mereka mengobrol selalu saja tentang pekerjaan. Ya, Janendra lebih gila kerja dibanding Jevan.
"Lo punya ide?" tanya Janendra.
Jevan menggelengkan kepalanya. Ia tak pandai dalam konteks memberikan kejutan yang berkesan.
Kemudian secara bersamaan ponsel keduanya pun berdering.
Janendra melirik layar ponselnya kemudian pamit pada Jevan dan keluar dari ruangan Jevan untuk menerima telepon dari sang istri.
Jevan ragu untuk menerima telepon dari nomor asing. Ya, ia tidak yakin Dara yang meneleponnya. Namun karena penasaran, Jevan menerima panggilan itu.
"Bisa kita bertemu?"
Jevan tersenyum tipis. Ternyata benar ini Dara. Ia yakin Dara mengajaknya bertemu adalah untuk mengucapkan terima kasih atas hadiahnya.
"Siapa ini? Tidak sopan sekali." Jevan berpura-pura tak mengenali suara Dara. Jevan menutup panggilan teleponnya seraya tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY HEARTBEAT [COMPLETED]
Romance"Memangnya apa yang biasanya seorang lelaki pikirkan saat bersama dengan wanita panggilan sepertimu selain ... " Jevan menjeda ucapannya lalu menelisik penampilan Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Apa harus saya perjelas? Baiklah." Jevan te...