14 • Biasanya

781 66 8
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Dengan mata terpejam, Dara meraba nakas mencari-cari keberadaan ponselnya yang terus berbunyi. Dara membuka mata dan ia cukup kaget kala melihat nama yang tertera di layar 'Cowok nyebelin' yang meneleponnya.

Dara pikir alarm nya lah yang berbunyi tapi nyatanya pria menyebabkan itu lah yang meneleponnya.

Tadinya Dara tidak ingin peduli dan ini juga hampir tengah malam namun karena pria menyebabkan itu sudah menghubunginya lebih dari 5 kali, mau tak mau Dara menjawabnya.

Dengan malas Dara menempelkan ponsel itu ke telinganya. Baru saja Dara akan membuka mulutnya untuk bertanya namun ...

"Saya di depan."

"Di depan?" tanya Dara bingung. Di depan mana?

"Di depan apartemen kamu."

"Huh?!" Tentu saja Dara kaget mendengarnya. Untuk apa malam-malam begini Jevan ke apartemennya?

"There's something I want to talk about."

"Jika tidak penting-penting amat bisa anda katakan di telepon saja dan pakai lah bahasa Indonesia yang baik dan benar." Ya, benar! Jika Jevan berbicara dengan bahasa Inggris, ia harus berpikir lebih dulu untuk mengartikannya.

"Saya terlanjur di depan pintu. Kalau kamu tidak buka pintunya sekarang juga maka saya akan berteriak, membuat keributan sampai kamu membukanya."

Dara membuat gerakan bibir kesal. Kemudian mengakhiri panggilan teleponnya kemudian keluar dari kamarnya.

Sebelum membuka pintu apartemen, Dara menyalakan lampu ruang tamu yang tadinya dalam kondisi gelap.

BIP!!

BIP!!

Pintu terbuka menampilkan sosok Jevan.

Tanpa dipersilahkan oleh si empunya apartemen, Jevan melangkah masuk begitu saja kemudian mendudukkan dirinya di sofa.

"Apa yang ingin anda bicarakan?" tanya Dara jengah.

"Mengenai, Pak Djarot," jawab Jevan to the point.

Raut wajah Dara berubah tegang. Jika membicarakan Pak Djarot maka otomatis bayangan kejadian mencekam malam itu kembali berputar dalam ingatannya.

"Dia berhasil di tangkap."

Dara bernapas lega. Syukur lah.

"Saya datang ingin membawamu ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian."

"Tapi saya ... saya takut."

Jevan bangkit berdiri mendekati Dara.

Dara menatap dalam manik mata Jevan. Ya, ia tidak bohong. Ia takut jika harus berhadapan dengan Pak Djarot.

YOU ARE MY HEARTBEAT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang