>> Happy Reading <<
Lulu yang tengah mengganti bunga mawar merah untuk hiasan di atas meja yang tak jauh dari ranjang Dara berada itu tersenyum hangat kala melihat Jevan begitu telaten menyeka tubuh Dara setiap pagi dan setiap hari. Jevan juga lah yang memberitahunya kalau Dara menyukai mawar merah.
Well ... rumah sakit ini sudah seperti rumah kedua bagi Jevan karena tak sedikitpun Jevan pergi meninggalkan Dara. Bahkan untuk bekerja pun Jevan lakukan di sini dan biasanya Samuel, Nathan atau pegawainya yang lain yang akan datang menemuinya.
Jevan tak ingin kehilangan satu momen pun tentang Dara dan tentang kondisi Dara yang hingga saat ini belum ada tanda-tanda Dara akan siuman. Jevan takut jika kebersamaannya dengan Dara selama di rumah sakit ini adalah akhir dari segalanya terlebih belakangan ini ia sering bermimpi buruk Dara pergi meninggalkannya.
Meski saat itu Dokter mengatakan kondisi Dara jauh lebih beruntung di banding Monica yang mengalami luka yang cukup parah dan hingga saat ini juga masih koma, tapi tetap saja Jevan khawatir Dara tak akan mampu bertahan.
Setelah Jevan selesai menyeka tubuh Dara, Lulu mengambil alih handuk dan wadah berisi air hangat dari tangan Jevan kemudian ...
"Tante tadi udah buatin kamu sandwich. Kamu sarapan dulu gih, setelah itu kamu tidur dulu biar nanti Dara, Tante yang jagain. Abian juga bentar lagi ke sini nemenin Tante." Lulu meminta Jevan untuk beristirahat karena sedari semalam Jevan belum tidur dan belum makan apa pun. Hampir setiap hari ia membawakan Jevan makanan yang ia buat sendiri meski terkadang Jevan tak memakannya.
"Terima kasih tapi saya nggak ngantuk dan saya juga belum lapar, Tan."
"Jevan, kalau Dara bangun dan lihat kamu makin kurus karena nggak nafsu makan gini, Dara pasti akan sedih."
Jevan tersenyum miris. Ia sama sekali tak tenang, tidurnya tak nyenyak, nafsu makannya berkurang drastis karena memikirkan Dara yang tak kunjung siuman. Ia takut jika kemungkinan buruk yang kerapkali Dokter katakan padanya itu akan terjadi. Ia takut, ia belum siap dan tidak akan pernah siap kehilangan Dara. Dara adalah detak jantungnya, satu-satuya yang ia miliki di dunia ini, no one else.
Lulu menghela napas pasrah. Begini lah Jevan yang sukar sekali di nasehati. Jevan seolah tak lagi peduli pada dirinya sendiri. Fokus Jevan hanya tertuju pada Dara, Dara dan Dara. Bahkan rambut Jevan terlihat sudah memanjang, bulu-bulu di kumis dan di rahang kokohnya terlihat semakin lebat. Ya, penampilan Jevan jauh lebih berantakan dan cenderung ala kadarnya semenjak Dara koma.
Lulu bergegas menuju kamar mandi untuk membuang air dalam wadah.
Jevan menggenggam erat tangan Dara kemudian mendaratkan kecupan sayang di sana.
"I miss you so bad, honey," batin Jevan. Ya, ia rindu menatap mata Dara. Ia rindu pada senyuman Dara. Ia rindu pada pelukan hangat Dara. Ia rindu pada perhatian Dara. Ia rindu pada apa pun yang kerapkali Dara lakukan dan berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY HEARTBEAT [COMPLETED]
Romance"Memangnya apa yang biasanya seorang lelaki pikirkan saat bersama dengan wanita panggilan sepertimu selain ... " Jevan menjeda ucapannya lalu menelisik penampilan Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Apa harus saya perjelas? Baiklah." Jevan te...