47 • Diam-diam

722 60 6
                                    

>> Happy Reading <<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>> Happy Reading <<

Dari pantulan cermin terlihat Jevan tersenyum lebar kala mendapatkan laporan dari pegawainya tentang pameran otomotif selama hampir 3 minggu ini di selenggarakan di salah satu pusat perbelanjaan di pusat kota Jakarta. Bagi Jevan laporan penjualan yang pegawainya sampaikan melalui telepon ini hasilnya begitu memuaskan. Dan ini terjadi atas kerjasama semua pihak.

Jevan berjanji akan memberi mereka bonus atas pencapaian memuaskan ini.

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Jevan baru menyadari bahwa semenjak Dara masuk ke rumah sakit ini, ia tak pernah tersenyum selebar ini. Nathan dan Samuel juga mengakui hal ini.

Kemudian Jevan melanjutkan aktivitas yang tadi sempat terjeda. Ya, Jevan tengah mencukur kumis dan bulu-bulu halus yang tumbuh di rahang kokohnya yang sudah seharusnya di cukur karena sudah cukup lebat.

Setelah urusannya di kamar mandi selesai, Jevan kembali pada Dara. Pagi ini baik Lulu atau pun Abian belum ada tanda-tanda akan datang. Mungkin saja mereka datang sedikit terlambat karena masih ada urusan lain.

Dan apa yang Dokter Rio katakan pun benar-benar terjadi.

Berselang empat jam kemudian Jevan mendapati jari jemari tangan Dara bergerak kemudian kelopak mata Dara juga bergerak-gerak dan ...

Jevan tersenyum lebar. Demi Tuhan! Ia tak kuasa menyembunyikan rasa bahagia tak terkira kala melihat kedua mata Dara terbuka.

"Akhirnya kamu siuman, sayang," ucap Jevan antusias dengan mata berkaca-kaca. 25 hari sudah mata Dara terpejam dan kini mata yang selalu berhasil menghipnotisnya itu kembali terbuka.

Dara hanya diam saja memperhatikan pria di hadapannya dengan seksama.

"Kamu tahu betapa bahagianya aku karena pada akhirnya kamu siuman, sayang." Jevan tak kuasa membendung air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi. Ah, maafkan dirinya yang mendadak jadi cengeng seperti ini. Ia yakin ini terjadi karena ia terlalu excited Dara-nya siuman.

Kemudian dengan segera Jevan menekan tombol di dekat ranjang untuk meminta bantuan suster atau pun Dokter guna memeriksa kondisi Dara yang baru saja sadarkan diri.

Masih dengan antusiasme yang sama, Jevan tersenyum bahagia. "Sayang, tunggu Dokternya sebentar lagi."

Saat Jevan akan menggenggam jemari tangan Dara, Dara menolak.

"Siapa kamu?" tanya Dara membuat Jevan mengernyitkan dahi.

"Aku Jevan, sayang. Aku pa—"

YOU ARE MY HEARTBEAT [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang