Konsultasi dan Sidang

5.5K 280 2
                                    

Di jam istirahat kedua Zoeva mengumpulkan anggota A.C.E diruangan OSIS atas izin Juan. Mumpung tidak ada perkumpulan jadi mereka diperbolehkan.

"Jadi gimana?" Tanya Mahen

"Gue mutusin buat bantu bang Satya, dan gue perlu bantuan kalian" Jawab Zoeva

"Lo ada rencana?" Tanya Dean yang diangguki Zoeva

"Tapi rencana gue belum tentu bakal berjalan mulus, apalagi tempo waktunya cuma tiga hari. Dan disini gue benar-benar perlu bantuan kalian buat ikut misi ini" Ucap Zoeva serius

"Jadi apa yang bisa kami bantu?" Ucap Angel ikut serius

"Jadi gini....."

                                       *******
Waktu terus berjalan, saat ini Zoeva tengah pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi. Sekalian ia ada urusan lain disini.

"Kamu beneran gak mau ngasih tau keluarga kamu Zoeva?" Tanya Samuel entah sudah yang keberapa kali

Samuel adalah dokter yang selama ini merawat Zoeva, ia sering menasehati Zoeva yang tak diindahkan sang empu. Samuel benar-benar khawatir dengan Zoeva.

"Nggak dokter. Ngomong-ngomong Zoeva mau ngambil obat penahan sakitnya lagi." Ucap Zoeva yang dibalas helaan nafas Samuel

"Jujur saja, saya bingung dengan alasan kamu. Kenapa harus dirahasiakan selama ini?" Ucap Samuel pelan

Zoeva tahu bahwa Samuel tulus mengatakan hal itu, Zoeva sudah terkena penyakit ini dari SMP. Dan tidak ditangani sampai separah sekarang. Ia juga hanya meminta obat untuk menahan rasa sakitnya saja tanpa ada niatan untuk benar-benar sembuh.

Sebagai dokter yang merawatnya selama ini, tentunya Zoeva tahu bahwa Samuel akan merasa gagal apabila tak dapat menyelamatkan Zoeva. Lalu kenapa Samuel tak memberi tahu langsung ke orang tua Zoeva? Sepertinya ia tak bisa karena dulu saat ia berniat melakukannya, ia malah terkejut karena Zoeva nekat bunuh diri apabila diadukan perihal penyakitnya.

Zoeva itu nekat sangat nekat. Namun entah sejak kapan mungkin sekitar hampir dua bulan yang lalu, sifat Zoeva lebih santai dan tak terlalu pendiam. Tapi tetap saja masih keras kepala tentang penyakitnya itu, jangan sampai ada yang tau.

"Terimakasih dokter"

"Loh? Tiba-tiba?"

"Terimakasih udah mau ngerawat Zoeva selama ini. Maaf kalau sifat Zoeva kekanak-kanakan sama dokter bahkan sampai ngancam dokter. Kalau nanti pas Zoeva udah gak ada, dokter jangan nyalahin diri dokter ya? Karena ini benar-benar pilihan Zoeva. Jujur, Zoeva pengen ngasih tau alasannya tapi gak bisa dok, ini hal penting yang gak bisa sembarang dikasih tau. Dokter nggak usah khawatir sama lingkungan Zoeva karena lingkungan Zoeva udah baik-baik aja sekarang" Ucap Zoeva tersenyum sambil memandang Samuel

"Ini murni karena Zoeva sendiri yang pengen hal itu, dokter jangan ngerasa bersalah. Zoeva yakin kok, kalau misalnya dari awal Zoeva ditangani Zoeva pasti sehat sekarang. Tapi ya dokter tau lah Zoeva kalau nekat gimana. Ya dan jujur aja Zoeva sekarang tau kok, mau diobatin gimana pun, keadaan Zoeva sekarang gak bakal bisa bikin Zoeva selamat kan?" Sambung Zoeva kini dirinya memandang lekat kearah Samuel

Samuel terkejut bagaimana Zoeva tau mengenai hal itu. Zoeva menangkap reaksi yang ditunjukkan Samuel. Berarti benar tebakannya, dan alur novel masih ada yang nyambung walau tak semuanya.

"Jadi begini Zoeva, buk-" Ucapan Samuel terputus karena perkataan Zoeva selanjutnya

"Zoeva bersyukur bisa dirawat sama dokter Samuel hehe...Zoeva yakin kalau misalnya hidup lama Zoeva bakalan ikut jejak dokter. Tapi Zoe maunya jadi psikolog sih" Ucap Zoeva senang

Samuel memandang wajah senang gadis yang telah ia rawat sejak lama. Perasaannya saat ini sangat sesak, karena fakta dimana gadis ini memang tidak akan bisa diselamatkan dengan cara apapun.

Ia pun heran padahal diam-diam ia sudah mengobati gadis ini dengan berbagai cara tapi kenapa tak ada yang berhasil. Padahal pasiennya yang lain masih bisa membaik keadaannya.

Tapi kenapa gadis ini tidak bisa? Padahal dari luar keadaannya seperti baik-baik saja tapi sebenarnya tidak sama sekali. Samuel menundukkan kepalanya, ia meletakkan wajahnya yang menahan tangis dikedua tangan Zoeva.

"Makasih dokter Samuel. Zoeva sayang dokter" Ucap Zoeva lagi

Samuel tak dapat mengatakan apa-apa lagi akhirnya tangisannya tumpah. Zoeva merasakan tangannya yang basah, ia membiarkan Samuel mengeluarkan rasa sesaknya.

Samuel tidak suka apabila ia menangis dilihat orang. Zoeva mewajarkan hal itu, ah sepertinya matanya sekarang juga berkaca-kaca. Dokter satu ini sudah banyak berkorban.

Sayangnya mau sekuat apapun ia berusaha, semuanya gagal hanya karena goresan tulisan seseorang diatas kertas. Hal yang tidak mungkin sekalipun bisa menjadi mungkin.

"Sabtu atau Minggu, Zoeva bakal sempetin buat ketemu dokter yang ganteng ini hehe. Sayang banget kalau muka dokter dianggurin. Jadi dokter jangan sedih, tapi kalau dokter mau nangis tangan Zoeva bakalan terus nampung air mata dokter kok" Ucap Zoeva kembali

Kini Samuel menegakkan kepalanya, masih tampak matanya yang merah khas orang yang baru selesai menangis. Zoeva pandai menghiburnya, gadis ini sepertinya benar-benar cocok jadi psikolog pikirnya.

"Dokter juga sayang sama Zoeva. Terimakasih juga udah percaya dokter selama ini. Dokter berharap di kehidupan lain nanti kita bisa tetap ketemu dengan cerita yang lain. Tentunya dengan keadaan Zoeva yang sehat terus" Ucap Samuel tulus

Zoeva terharu karena perkataan Samuel. Ia senang karena dipertemukan dengan orang -orang baik di novel ini. Ia tak merasa kehidupannya sia-sia di dunia fiksi ini.

Seperti biasa Zoeva mengeluarkan permen dari sakunya, Samuel mengambilnya, ia sudah terbiasa dengan pemberian permen ini dari 2 bulan yang lalu.

Zoeva selalu memberinya, katanya biar mood menjadi bagus. Tapi Samuel tak pernah memakannya biasanya ia menyimpannya dikotak kecil yang ia beri tulisan Zoeva. Kenangan penting sebelum gadis itu benar-benar pergi.

"Dok.. ngomong-ngomong Zoeva mau nanya sesuatu yang penting...."

                                        *******
Tiga hari setelahnya, tibalah waktu pemanggilan para pekerja kantin siang. Sepertinya Satya sudah pasrah apabila ia dikeluarkan.

Kini ia sudah berada di ruangan kepala sekolah. Selain dirinya ada bude minah yang sudah bekerja dari awal bersamanya. Dan bude Mira serta pak Harto sebagai pekerja baru.

Namun, ia dikejutkan dengan anggota A.C.E yang ada juga didalam ruangan tersebut. Mereka duduk diujung membelakangi kepsek.

Pandangannya sekarang mengarah pada Zoeva dan Juan yang masing-masing bersebelahan dengan kepsek Livia School. Ada apa ini? Kenapa mereka ada disini?

"Baik sidangnya akan dimulai, dan disini saya akan mewakili kepala sekolah untuk memulai sidang ini" Ucapan tegas keluar dari Zoeva memandang keempat orang tersangka dihadapannya.

"Rencananya apa yang telah ia buat? Akankah dirinya berhasil?"

                                    *******
Penasaran gak para reader muehehe😈😈😈
Author lagi semangat 45 Ampe bergadang

Jadi jangan lupa vote ya 🥺
Dan big no buat plagiat 😡
Ah iya dan jangan segan atau malu buat komen soalnya jujur author bakal seneng kalo ada yang mau komenin cerita author ini😘

Sip deh itu dulu🤗

Exchange Souls Just To Be A Side Character (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang