Pulang

9.7K 514 2
                                    

Sekarang dirinya sudah dirumah, sudah waktunya makan malam. Zoeva turun untuk makan, ia turun melewati tangga.

Mendengar suara dari tangga, kedua saudaranya dan ayahnya menatap dirinya yang tentunya diabaikan oleh Zoeva. Seperti model ternama saja pikir nya.

Mereka makan dengan tenang. Wah tumben sekali Alex tidak membuka mulutnya. Jangan-jangan ia sariawan.

"Ehem!" Deheman Junar membuat atensi orang-orang yang ada di meja makan mengarah padanya kecuali Zoeva

"Ada apa yah? Tanya Axel

"Ayah dengar akan ada festival disekolah kalian?" Tanya Junar

"Iya yah, seminggu lagi pas hari Senin nanti. Ayah mau datang?" Tanya Alex

"Kemungkinan iya, karena ayah ada urusan dengan kepala sekolah kalian" Jelas ayahnya

"Oke ayah, jadi nanti kita pergi bareng sama mobil ayah kan?" Tanya Alex lagi

"Iya, ayah ikut kemauan kalian saja" Jawab Junar

"Kalau gitu Alex ikut ayah" Ucap Alex

"Axel juga" Ucap Axel ikut-ikutan

Sedangkan gadis didepan mereka tetap melanjutkan makan tanpa menghiraukan percakapan tiga laki-laki dihadapannya.

"Kamu?" Tanya Junar pada Zoeva

Junar memang tidak pernah memanggil nama putrinya, semenjak kelahirannya. Biasanya ia hanya memanggil dengan panggilan formal sangking tidak inginnya menyebut nama putrinya dari mulutnya.

"Saya pergi dengan keluarga Angel, jadi anda pergi dengan mereka berdua saja" Ucap Zoeva tanpa memandang ayahnya tersebut

Junar ah ralat mereka bertiga terkejut dengan ucapan Zoeva barusan. Ia memakai bahasa formal dengan ayahnya tanpa memakai embel-embel sebutan ayah seperti biasanya.

"Baiklah" Ucap Junar pelan

Zoeva berdiri ia telah selesai makan, dirinya pun meninggalkan ruang makan tanpa memandang atau berpamitan pada ketiganya. Junar menghembuskan nafasnya pelan, kenapa dadanya merasa nyeri melihat punggung putrinya itu yang melangkah menjauh.

Tak jauh berbeda dengan Axel dan Alex yang juga terdiam sambil memandang punggung adik mereka yang semakin jauh. Alex ikut meninggalkan meja makan, moodnya sedang tidak enak malam ini.

                                        *******
"Duh.. obatnya tinggal dikit" Ucap Zoeva pelan sambil memegang sebuah tempat obat kecil ditangannya

"Besok gue konsultasi aja deh, pusing banget kepala gue" Ucap Zoeva lagi

Setiap hari ia biasanya mengonsumsi obat untuk mengurangi sakit di kepalanya karena penyakit yang ia dideritanya. Terkadang ia juga membawanya kemana-mana dan meminumnya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.

Dirinya melakukan ini agar cepat menyelesaikan perannya di novel. Tiba-tiba ia teringat dengan Zoeva asli yang meninggal di novel aslinya.

"Kira-kira Zoeva di novel memang niat bunuh diri kah? Soalnya dia sama sekali gak mau dirawat. Dia juga gak mau ngasih tau penyakitnya ke Angel? Tapi memang sih dokter Samuel juga gak bakalan bisa nyembuhin Zoeva lagi" Ucap Zoeva menerka-nerka

"Ah udahlah, gak bisa mikir lagi gue"

Sungguh kepalanya sakit sekali, Zoeva naik ke kasur dan memegang kepalanya kuat. Rasa sakit ini memang tidak selalu muncul namun sekali muncul ia akan mengalami pusing parah disertai mimisan.

Masih ada waktu empat bulan sebelum kematiannya. Semakin berkurangnya waktu, sakit yang ia derita akan bertambah parah dan akan lebih sering.

"Tahan va tahan tahan" Batin Zoeva sambil memejamkan mata menahan rasa sakit

Ah tidak sekarang dirinya mimisan lagi, sayangnya ia tidak kuat untuk bangun. Ia membiarkan darah itu mengalir mengenai bajunya.

Setelah beberapa lama menahan rasa sakit, sakit di kepalanya berangsur membaik. Zoeva bangun untuk mengganti baju dan membersihkan diri.

Setelah selesai ia bercermin melihat wajah baby face nya yang pucat. Sepertinya ia juga harus membawa lipbalm dan powder setiap hari agar tidak terlihat pucat.

                                         *******
"Va, Eva bangun Va.... please Lo kenapa gak bangun-bangun Va"

"E..Erin!"

"Gue janji bakalan nemenin Lo terus Va. Tapi please Lo bangun. Lo tau banyak anak kelas yang nanyain keadaan Lo, banyak yang khawatir sama Lo walau Lo mungkin gak bakalan ngira mereka khawatir sama Lo"

"Ah Lo tau juga gak? Ayah sama mama Lo sering mampir kesini pas tau Lo jatuh koma. Mereka nyesel, mama Lo sampai gak mau makan Va"

"Gue juga mau ngakuin sesuatu, tapi bukan sekarang Va. Lo harus bertahan kapanpun itu "

"Gue mau bangun tapi kenapa gak bisa. Erin ini gue, gue Eva" Ucap Zoeva sambil menangis

Mata Zoeva terbuka ternyata ia bermimpi, tapi itu terasa nyata. Air matanya mengalir tanpa mau berhenti. Ia tak menyangka akan memimpikan hal tersebut.

Ia bangkit menutup matanya dengan tangannya. Menghapus air matanya. Kemudian ia mengadahkan kepala nya keatas mencoba menahan air matanya.

Kenapa hati nya sakit sekali. Rasanya tercabik-cabik melihat wajah Erin di mimpinya. Ditambah dengan fakta bahwa banyak yang khawatir kepadanya seperti teman-temannya bahkan orangtuanya.

Dan sekarang ia tau bahwa dirinya di dunia nyata sedang koma. Sparah itu kah sakitnya di dunia nyata? Padahal ia hanya kelelahan saja, tapi kenapa bisa sampai koma?. Bahkan di novel ia harus menahan penyakit lain lagi.

Pikirannya berbelit, Zoeva memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong. Tangannya menyentuh dadanya dan merematnya kuat. Cobaan apalagi ini.

Kenapa takdir mempermainkannya seperti ini?. Jujur, ia mencoba menahan dan menjalankan semua hal yang ia alaminya. Mengapa dunia nyata dan dunia novel ini memiliki alur yang hampir sama.

"Oke, Va tarik nafas. Jernihin pikiran Lo" Ucap Zoeva sambil menarik nafasnya pelan

Ia harus tetap tenang dan fokus jangan sampai ia lengah karena mimpi yang ia alami tadi. Ia harus menyelesaikan peran novelnya disini. Empat bulan ini harus ia jalani dengan benar.

"Gue gak boleh main-main, kayaknya dunia nyata Ama dunia novel ini berhubungan? Gue bisa cari perlahan-lahan. Keknya alur novel juga mulai berubah" Ucapnya sambil mengingat kejadian Angel dan Diana saat itu

"Oke, cukup pantau alurnya dulu. Perlahan tapi pasti, kalo ada hal yang urgent gue bakal turun buat ikut campur" Lanjutnya mantap

Emosi pada dirinya mulai berangsur membaik, sebagai mahasiswi jurusan psikologi, ia sudah terbiasa menahan dan memainkan emosinya.
Jurusan yang ia pilih atas ajakan Erin, ternyata membuahkan hasil.

"Yosh...semangat Zoeva!!" Ucapnya sambil tersenyum

Masih banyak hal yang harus ia lewati, setidaknya ia akan mencoba melewati hal tersebut. Ia tidak ingin harapannya pupus sebelum mencobanya. Zoeva dan Eva berhak mendapat takdir yang lebih baik.

                                        *******

Vote dong bang, kak🌝
Untuk update author usahakan biar sering, mumpung lagi mood😘

Btw konflik cerita ini bakalan muncul nanti tapi gak bakalan lama. Soalnya author mumet kalau konfliknya terlalu berat.

Btw, author sendiri suka buat cerita di buku sayangnya niat nulis kadang suka hilang.
Cerita ini author buat soalnya author sendiri suka baca cerita transmigrasi. Oke, cukup sekian bye2 para reader.

Exchange Souls Just To Be A Side Character (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang