15 Menit

4.7K 271 7
                                    

Saat ini Zoeva tengah berbaring di atas kasur rumah sakit. Ia terjaga karena mendengar suara dengkuran Arka dan Zyan yang bersahut-sahutan. Kenapa mereka tidur disini?

Tadi dirinya sudah tertidur dan saat ini sudah hampir menjelang subuh ia terjaga. Dan dirinya melihat bahwa teman-temannya ada yang tidur di sofa dan lantai. Bukannya ada ruangan tamu untuk yang menjenguk pasien ya? Pikir Zoeva

Disisi kirinya ada kursi, ayahnya tengah menemaninya tidur disampingnya. Ia beralih pada satu kursi yang ada diujung, dokter Samuel tengah duduk disana. Sedih rasanya perasaan Zoeva sekarang, karena mendapat perhatian sebesar ini.

Lalu entah mengapa Zoeva merasa bahwa dirinya seakan-akan mempunyai hubungan yang telah lama dengan mereka semua. Zoeva memijat kepalanya sebentar, mencoba menenangkan pikirannya.

"Kenapa gue jadi ragu?" Batin Zoeva sedih

Tidak, ia tak boleh egois. Dunianya bukan disini, walau entah mengapa semakin hari rasanya semakin sulit untuk melupakan momen-momen ini.

Zoeva menegakkan sedikit badannya untuk menyandarkan sedikit punggungnya ke kasur yang ia tempati. Ia memejamkan matanya pelan.

Mimisan mulai keluar dari hidungnya lagi, semenjak mimisan dikelas dan ia ambruk hari itu. Sekarang dirinya tak berhenti mimisan setiap harinya.

"Ni darah nggak habis-habis" Batin Zoeva sambil memegang mimisannya dengan tangan

Sangking pusingnya ia sampai tak sanggup berbicara apapun. Ia hanya memejamkan matanya sambil menangis.

Ia tak bisa menahan rasa sakit di kepalanya ini. Sakit, benar-benar sakit. Apalagi sekarang perasaannya juga ikut sakit, entah mengapa ia merasakan hal itu.

Tiba-tiba tanpa disadari Zoeva sebuah tangan menyentuh pucuk kepalanya pelan, itu Junar ayahnya. Junar menatap Zoeva dengan sangat lembut.

Kemudian Junar mengambil tisu dan mengelap mimisan Zoeva dengan pelan. Ia juga membersihkan tangan anaknya yang terkena darah mimisan tersebut. Junar melakukannya perlahan agar tak menyakiti anaknya.

Zoeva membuka matanya perlahan dan hanya melihat apa yang dilakukan ayahnya. Ia tak sanggup mengatakan apa-apa sekarang. Sungguh, rasanya badannya sangat lemah sekali sekarang.

Namun, karena rasa sakit di kepalanya tak membuat Zoeva memberhentikan tangisnya yang tak bersuara tersebut. Ia terus menangis tanpa bergerak sedikitpun.

"Sakit sekali ya sayang. Tetap bertahan ya nak, anak ayah kuat sekali" Bisik Junar pelan takut mengganggu tidur yang lain

Zoeva tak menjawab, ia mencoba membuka mulutnya namun suaranya tak keluar sama sekali. Itu membuat dirinya menangis lagi. Kenapa sesakit ini Tuhan?

"Nggak apa-apa Zoe, ayah bakal nemenin Zoe" Ujar Junar lembut

Dengan susah payah Zoeva mencoba untuk kembali mengeluarkan suaranya. Ah akhirnya suaranya mulai keluar, dengan pelan ia mengatakan sesuatu kepada Junar.

"Zo-zoe, ng-gak k-uat ayah. Zo-zoe mau mat-i aja. Kep-pala Zoe sak-kit" Bisik Zoeva pelan, benar-benar sangat pelan namun masih bisa didengar Junar

Junar kembali menundukkan pandangannya, tidak ia tak boleh menangis disituasi saat ini. Tapi perkataan Zoeva membuatnya benar-benar sakit.

Zoeva mengharapkan kematian karena tak sanggup menahan rasa sakitnya. Junar tak mau Zoeva mengatakan itu, tapi dirinya tak mampu untuk menjawab perkataan Zoeva.

Sedangkan Zoeva mengatakan hal tersebut bukan karena menginginkan kematian melainkan hal itu terucap dengan sendirinya. Seolah-olah ada yang menuntunnya untuk mengatakan hal itu.

Exchange Souls Just To Be A Side Character (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang