Extra Chapter 1

3.1K 134 10
                                    

Eva menghembus nafasnya panjang, matanya perlahan terbuka lebar menatap rumahnya. Rumah yang harusnya dirinya berada sejak dulu. Dirinya berjalan pelan sampai ke depan pintu rumahnya yang besar.

Tangannya menyentuh gagang pintu rumahnya yang tak terkunci. Kenapa tidak kunci? Pikirnya saat itu. Tanpa mengucapkan apapun, ia berjalan masuk kerumahnya ini.

Kondisi rumah ini terbilang cukup rapi, sayangnya ada beberapa belas pecahan vas bunga yang sepertinya belum sempat  dibersihkan. Itu pasti ulah ibunya, ya ibunya yang asli.

Ia menginjakkan kakinya setelah empat tahun tidak pulang. Tentu saja, keberadaannya yang tiba-tiba menghilang membuat anggota keluarganya panik mencarinya.

Saat dirinya terbaring koma di tubuh aslinya yang awalnya ia kira tubuh Zoeva. Ia selalu mendengar dan seakan-akan bisa melihat sekelilingnya walau kesadarannya tak ada. Seolah-olah ia bisa melihat semuanya dengan mata tertutup.

Dan tak lama sebelum insiden kebakaran rumah sakit di dunia paralel yang lain. Ia sudah tau karena itu adalah ke tiga kalinya ia masuk ke lucid dream. Banyak hal yang menjadi pertanyaannya saat pertama kali menjadi penjaga dimensi.

Saat itu ia didatangi Erin dengan banyaknya ucapan Erin yang tak masuk akal menurutnya. Ia sampai mengabaikan ucapan Erin dan mengatainya gila. Namun, setelah adanya kebenaran yang terjadi, ia memutuskan mengikuti Erin.

Dan malam itu saat ia tersadar dari koma, ia di jemput oleh Leola yang membawanya ke dunia paralel lain. Ia bertemu dengan Leola lagi, penjaga dimensi sebelum dirinya. Mereka mendapat misi untuk membantu Zoeva.

Ia tak terkejut ketika Leola akan mengorbankan dirinya sendiri. Eva sudah tau benang takdir yang telah diucap oleh Erin. Ia memandang Lamat Leola yang juga akan menentukan benang takdirnya sendiri.

Kini Eva kembali menghadap tangga dirumahnya, dirinya dikejutkan dengan suara barang pecah dikamar orangtuanya. Dari suaranya, ia mendengar suara ibunya yang berteriak dan suara ayahnya yang mencoba menenangkan istrinya itu.

Ngomong-ngomong apakah para pekerja di rumah ini diliburkan? Menurut, informasi yang diucap kan Erin, tepatnya semenjak hilangnya Eva. Ibunya itu memang kembali mengalami depresi, sehingga banyak pekerja yang terpaksa diliburkan karena ucapan ayahnya.

Eva berjalan pelan menuju ke atas dan sampailah ia di depan kamar orang tuanya. Ia hanya mengamati pintu itu dalam diam. Ia tak bisa langsung melakukan hal yang sama seperti pasangan benang takdirnya Zoeva.

Ia tak terlalu suka bicara dan tak suka berinteraksi, sifatnya berbanding terbalik. Namun, perlu diketahui sepeka-pekanya Zoeva. Eva jauh lebih peka dalam mengamati suatu hal.

Seolah-olah semuanya berkebalikan. Erin adalah pencipta yang memiliki beberapa kepribadian menurut pengamatan Eva. Sedangkan dengan pengamatan nya yang lain, ia memandang Leola sebagai seseorang yang cepat dalam pergerakan dan tindakan sedangkan Zoeva adalah seseorang yang cepat mengambil keputusan dan membuat rencana sesuai pemikirannya.

Sedangkan dirinya sendiri hanya menyukai dalam perannya yang mengamati dan menebak sesuatu. Bisa dibilang ia adalah seorang yang bermain dibelakang, apa jangan-jangan penjaga dimensi keempat juga merupakan orang yang bermain dibelakang layar sepertinya.

Melupakan hal itu sejenak, kini dirinya mantap untuk membuka pintu kamar orangtuanya ini. Dengan menarik nafasnya panjang, perlahan ia mengeluarkan nafasnya dan mulai membuka pintu dihadapannya.

Mendengar suara pintu yang terbuka, kedua paruh baya berbeda jenis didalam kamar itu menghadap sang empu yang telah membuka pintu tersebut. Suara teriakan dan tangisan beserta ucapan seketika berhenti.

Keadaan menjadi hening seketika, sama sekali tidak ada yang mengatakan apapun sama sekali. Ketiga manusia itu hanya sama-sama terdiam lama. Seolah-olah tengah bingung dengan keadaan yang terjadi.

Eva diam memandang kedua orangtuanya, hal apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia ingat saat adegan Zoeva dan keluarganya ketika bertemu. Saat itu suasana benar-benar ramai dan terasa seperti film saja.

Zoeva tak perlu menghampiri mereka, karena merekalah yang akan meraih Zoeva sendiri. Sehingga Zoeva dengan langkah cepatnya dapat menentukan benang takdirnya sendiri.

Kini dirinya juga akan melakukan hal yang sama. Ia tidak menghampiri orang tuanya, ia hanya menyenderkan kepalanya ke pintu sembari memandang kedua orangtuanya yang matanya telah berkaca-kaca memandang dirinya.

"E-eva? Itu Eva kan mas!??" Ucap Zava (ibu Eva)

"Eva itu kamu nak?" Ucap Rama (ayah Eva) tak menyangka

Keduanya merasa terharu, apakah ini nyata? Benarkah anak mereka kembali. Dan entah mengapa perasaan mereka benar-benar terasa sangat terikat ketika melihat manik mata Eva kali ini, mirip sekali ketika Eva kecil sebelum adanya perubahan yang terjadi.

"Gimana rasanya?" Tanya Eva lekat memandang kedua orangtuanya yang membuat keduanya terdiam

"Empat tahun itu lumayan singkat loh buat ketemu. Nggak sebanding sama yang kalian lakukan dulu" Ucap Eva pelan sambil mengamati perubahan manik mata kedua orangtuanya

"Enak kan rasanya? Atau harus Eva tambah lagi lebih lama??" Ucapnya lekat

"Ibu gak usah nangis kayak gitu, ayah juga gak usah capek-capek buat nyari Eva lagi. Semuanya udah selesai" Ucap Eva perlahan berjalan menghampiri orangtuanya

Eva duduk dihadapan orang tuanya yang menatap dirinya dari tadi. Kenapa keduanya tak mengeluarkan suara lagi? Eva menghembus nafasnya lagi, ia menaruh tangannya sembari menunjuk pipinya.

"Silahkan tampar kalau sifat Eva kurang ajar. Ini sesuai ajaran ayah kan?" Ucap Eva berani

Keduanya sama sekali tak bereaksi apa-apa. Tapi, tak lama setelahnya, siluet mata Eva melihat tangan ayahnya yang tiba-tiba terangkat. Pergerakan tangan ayahnya itu seolah-olah benar-benar akan menamparnya.

Eva ingin mengamati wajah ayahnya, namun perhatiannya teralihkan ketika menatap ibunya yang menahan tangan ayahnya itu. Namun, sepertinya ibunya tak bisa menahannya.

Perlahan tangan ayahnya itu mendekat, Eva sama sekali tak menutup matanya. Pandangannya lurus menghadap ayahnya dan terus mengamati manik mata ayahnya itu.

Dan benar saja pergerakan tangan ayahnya terhenti sebelum mengenai pipinya, sesuai dengan pengamatannya. Ayahnya langsung memeluknya erat, ibunya yang melihat hal itu juga tak bisa menahan tangisnya lagi, sembari ikut memeluk putri semata wayangnya itu.

Tangisan Eva juga akhirnya keluar. Benar, ini adalah pelukan yang ia idam-idamkan sejak lama. Ini adalah pelukan orang tuanya yang benar. Ini adalah pelukan yang sebenarnya.

Dirinya juga berhasil memegang benang takdirnya sekarang. Ia tersenyum sambil menangis, akhirnya ia berhasil mencapai tujuannya. Dirinya bisa melakukannya.

Terimakasih dengan kesempatan yang telah diberikan ini. Dirinya sangat bersyukur bisa kembali ke pelukan orang tuanya yang asli. Ia dan Zoeva telah memenangkan benang takdir mereka.

Semoga Leola dan penjaga dimensi empat juga berhasil melakukannya. Dalam diam, Eva juga berharap agar Erin juga berhasil menyelesaikan hal yang ingin digapai. Ia tak tau tapi ia bisa mengamati apapun.

"Sesuatu yang kau sembunyikan sampai kapan  kau simpan sendiri?" Batin Eva sembari menutup matanya dipeluk kan orang tuanya

"Kamu mengamatiku terlalu jauh Yevanza Ayasa Putri!"

                                        *******
Holla para reader
Ini Extra Chapter yang udah ditunggu-tunggu
Btw, besok nyoblos guys wkwkwk

Chapter ini membahas tentang Eva yang akhirnya berhasil menentukan benang takdirnya sendiri begitu juga dengan Zoeva.
Selamat adek Eva!!!

Sip itu dulu
Jangan lupa vote
Jangan plagiat
See you again di extra chapter selanjutnya
Btw, cerita yang satu lagi masih persiapan ya wkwkwk

Exchange Souls Just To Be A Side Character (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang