23. kebun teh

169 13 15
                                        


Keadaan mobil hening, anak manusia memilih untuk tidur selama perjalanan ke rumah pak eko. Supir sudah diganti dengan Haechan, Jaemin mendadak tidak mood tadi, jadi daripada mengambil resiko, anak manusia lebih memilih mengganti supir.

Yangyang pindah ke kursi sebelah kemudi agar bisa menemani Haechan. Hanya ada alunan musik yang menemani keduanya, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.

"Jadi lu gimana?" Haechan memecahkan keheningan dengan membuka topik.

"Gimana apanya?" Tanya Yangyang bingung.

"Masalah lu, katanya belum ketemu pelakunya kan?" Tanya Haechan ragu-ragu.

Yangyang terkekeh, "entah."

Keadaan kembali hening, Haechan memilih untuk kembali fokus pada jalanan membiarkan Yangyang yang kalut dengan pikiranya.

"Chan" panggil Yangyang.

"Hm."

"Gua merasa bersalah sama abang gua chan." Ucap Yangyang.

"Bersalah gimana?" Tanya Haechan bingung.

"Abang gua masuk hukum biar dia paham hukum tuh gimana Chan, biar dia bisa buat gua bebas dari semua tuduhan yang ada dan cari pelaku asli. Minat dia mah sebenarnya di sastra inggris, dia bahkan awalnya ga paham apa apa tentang hukum tapi dipaksain masuk karna gua. Gua beban, ya?"

Haechan tersenyum kecil, "engga, lu gabisa disebut beban Yang. Semuanya terjadi diluar kemauan lu, gua percaya kalo lu bukan anak yang kaya gitu kok, lu baik, rajin, bahkan lu gasuka ngerepotin orang. Cuma semuanya ga mungkin berjalan sesuai kemauan kita terus, hidup kalo gaada masalah ga asik Yang. Jadi, sabar ya? Gua yakin ga lama kok, kami selalu ada disisi lu Yang, mau gimanapun keadaanya nanti."

"Tapi lama lama gua cape Chan, gua selalu iri lihat keluarga lain yang hangat, gua juga mau Chan" ucap Yangyang pelan.

"Jangan lihat dari luarnya aja Yangyang, bahkan keluarga yang lu lihat hangat itu pasti juga punya masalah. Jangan anggap kalo semuanya ga adil. Semua orang bahkan yang mungkin lu kira paling enak hidupnya, pasti punya masalah masing-masing. Entah itu dipercintaan lah, keluarga, pertemanan, bahkan sampai dari diri dia sendiri." Ucap Haechan, dia membelokan stirnya kearah lorong yang terdapat satu rumah kayu ditengahnya.

Yangyang terdiam. Keduanya tidak sadar bahwa anak manusia tidak ada yang benar benar istirahat, mereka sama sama kalut setelah mendegar ucapan Haechan tadi.

Mobil berhenti membuat mereka reflek bangun dari posisi berbaringnya, Renjun turun duluan untuk menemui pak eko. Anak manusia menyusul dibelakang, walaupun siang, tapi udara sangat dingin.

Mereka berjalan kearah pak eko yang sedang duduk di pondok dengan secangkir kopi ditanganya, ia tersenyum.

"Ada apa nak Renjun rame rame datang kesini?" Tanya pak eko sambil menawari yang lain agar bergabung duduk dipondok.

"Mau nitip mobil pak, Renjun sama yang lain mau naik ke puncak, boleh ga nih pak?" Izin Renjun, dia menyalim tangan pak eko diikuti yang lain.

"Ya boleh lah, mau sekalian lihat sunset ya?" Tanya pak eko.

"Iya nih pak" sahut Jeno.

"Kecepatan kalo lihat sunset jam segini."

"Bukanya jalan lagi ya pak buat sampe puncak?" Tanya Shotaro.

"Puncak mah cuma 20 menit jalanya, yang ada kepanasan kalo kalian naik sekarang" ucap pak eko.

Jaemin melihat jam tanganya, masih pukul 14.37, ia melihat kearah Jeno yang dibalas anggukan.

MANUSIA SQ || 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang