19

3.4K 316 5
                                    


Author pov:

"Eeng..."

Vania perlahan membuka kedua matanya dan mulai menyesuaikan cahaya dan suara yang masuk kemata dan telinganya,tak lama kemudian akhirnya penglihatan Vania kembali sempurna.

Alis Vania mengkerut saat melihat raut panik bercampur lega diwajah Sinta dan Vanesha serta beberapa pelayan yang berdiri disamping tempat tidurnya "Mommy,tidak apa apa kan?"Vania menoleh kearah Vanesha yang duduk didekatnya sambil menggenggam tangan Vania.

"Kenapa kalian ngumpul disini? Dan kenapa aku..."ucapan Vania terhenti saat mengingat kejadian sebelum dirinya jatuh pingsan.

"Syakila? Dimana Syakila?"tanya Vania dengan panik pada Sinta yang berada dibelakang Vanesha sambil mencoba bangun dari tempat tidur.

Sinta yang tidak bisa menjawab pertanyaan Vania hanya tertunduk lesu,Vania melihat keterdiaman Sinta langsung berdiri dan mencoba melangkah namun segera ditahan oleh Vanesha.

"Mommy sebaiknya istirahat dulu"saran Vanesha yang khawatir melihat Vania yang baru saja siuman.

"Lepaskan mommy Eca,mommy harus pergi cari paman Syakil dulu"Vania melepaskan tangan kecil Vanesha dari tangannya kemudian berjalan tertatih keluar dari kamar.

Sinta yang tadinya diam kini mulai membantu Vania untuk berjalan menuju keluar kamar,terlihat Albert duduk disofa sambil memijit pangkal dahi dan Luiz yang sedang marah pada para penjaga terutama pada Gael.

"Kenapa kamu bisa kecolongan gini,Gael? Apa sekarang keahlianmu untuk menyeleksi orang telah hilang hah? Kenapa bisa ada pengkhianat disini dan jumlahnya tidak hanya satu tapi lima Gael,LIMA?"marah Luiz dihadapan Gael yang hanya menundukkan kepala.

"Bagaimana caranya menyampaikan pada Vania kalau Syakila telah diculik bahkan dipulau pribadi yang diklaimnya sebagai tempat teraman untuk bersembunyi"gumam Albert.

"Diculik? Syakila diculik?"tanya Vania tak percaya yang membuat siapapun melihat kearahnya.

Sungguh darah Vania sekarang mendidih mendengar orang yang dicintainya telah diculik dengan cepat dia menuju ke Gale dan mencengkram jas Gael "SIAPA PELAKUNYA? KATAKAN PADAKU SIAPA PELAKUNYA?"teriak Vania didepan Gael yang tidak berani memandang wajah Vania.

"Maafkan saya nyonya"lirih Gael.

"APA? MAAF KAMU BILANG? MAAF KAMU TIDAK BIKIN SYAKILA KU KEMBALI BODOH,DASAR TIDAK BERGUNA"

"Sabar Vania,daddy mohon bersabarlah kita akan mencari Syakila sampai dapat"ujar Albert mencoba menenangkan Vania walaupun dia merasa hal itu percuma karena Vania masih tetap emosi.

"APALAGI YANG KALIAN TUNGGU,CEPAT CARI SYAKILA KU SAMPAI DAPAT DAN BAWA DIA KEMBALI DALAM KEADAAN SEHAT JIKA TIDAK MAKA AKU SENDIRI YANG AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA CEPAT PERGI..."

Bruuk

Prangg

Vania melampiaskan emosinya pada barang barang yang ada diruang tamu Vila,semua vas bunga,meja kaca,bahkan lukisan habis dilempar dan dibanting oleh Vania.

Tidak ada yang berani menghentikan Vania menghancurkan vilanya sendiri,mereka semua yang ada disana hanya bisa menunduk kepala termasuk Vanesha yang telah biasa melihat Mommynya menghancurkan barang jika marah.

"Hiks....hiks...Syakilaku....kembalikan dia padaku....kumohon....hiks hiks"Vania jatuh terduduk sambil menangis histeris yang membuat semuanya terkejut.

Albert dan Sinta langsung memeluk tubuh Vania,sungguh ini pertama kalinya bagi mereka melihat Vania menangis histeris setelah menghancurkan barang,biasanya Vania akan kembali tenang setelah meluapkan emosinya dan pergi minum alkohol.

PSYCO LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang