Author pov:
"Pokoknya kamu tidur diluar"
Syakila hanya menatap nanar Vania yang dengan teganya menutup pintu kamar dan meninggalkannya bersama sebuah bantal saja,entah semenjak kapan sikap Vania mulai berubah menjadi sedikit kejam padanya padahal Syakila tidak mengetahui dimana letak kesalahannya.
Tokk
Tokk
Tokk
"Sayang,kok kamu tega sih biarin aku tidur diluar kan banyak nyamuk kalau aku ada salah maafin aku ya"ujar Syakila mencoba membujuk Vania agar mau membuka pintu untuknya.
Namun setelah beberapa menit tidak ada pergerakan dari dalam mau tak mau Syakila harus mengikuti permintaan dari istrinya.
"Ayo malam ini kita akan tidur dikamar tamu lagi"gumam Syakila sambil memeluk bantal,memang bukan malam ini saja Syakila harus tidur diluar terhitung selama dua minggu ini saja dia tidur diluar sebanyak empat kali.
Syakila tidak berani protes pada Vania apalagi selama satu bulan terakhir ini mood Vania selalu berubah ubah,sebentar bagus sebentar buruk yang membuat Syakila harus menyetok kesabaran yang lebih banyak terutama mereka sudah berencana untuk program anak kedepannya.
Program anak yang mereka ingin dan rencanakan kini belum bisa dimulai mengingat kerjaan Vania lagi banyak serta Vania yang sekarang lagi moodyan membuat Syakila berfikir ulang sebelum memulainya,lebih baik dia menunggu waktu yang tepat untuk berbicara pada Vania perihal program anak mereka.
Dilain tempat Vania tampak sedang berdiri dibalkon sambil menelepon seseorang "Halo,bagaimana Sinta apa kau sudah mendapat keberadaan si brengsek itu?"tanya Vania dengan nada dingin.
"Sudah bu,saya sudah mendapatkannya bahkan sekarang dia berada di hadapanku"
"Berhenti memasang wajah memelas seperti itu brengsek,aku tidak akan mengampunimu"terdengar nada kesal Sinta lalu diikuti dengan suara pukulan dan tendangan.
"Sekarang apa yang harus saya lakukan padanya?"tanya Sinta pada Vania.
"Lakukan seperti biasanya Sinta setelah itu hapus jejak kita"
"Apa ibu yakin kan dia tem..."
"LAKUKAN SAJA"kesal Vania kemudian memutuskan sambungan telepon secara sepihak kemudian berdecak sebal.
Vania menundukkan kepala dan melihat sebuah benda lonjong yang terdapat garis merah dua,tubuh Vania langsung lemas dan jatuh terduduk dilantai balkon dengan air mata mulai mengalir di pipinya.
Apa yang menjadi ketakutannya dalam sebulan ini akhirnya menjadi kenyataan,hasil perbuatan satu malamnya kini telah tertanam diperut datarnya sebenarnya Vania juga mulai menyadari terjadi beberapa keanehan pada dirinya hingga membuatnya nekat untuk membeli beberapa alat tespack yang sangat berkualitas dan mencoba memakai lima sekaligus lalu hasilnya bisa ditebak semuanya menunjukkan garis merah dua yang menandakan dirinya positif hamil.
"Sekarang bagaimana...Syakila pasti akan meninggalkanku jika dia tahu masalah ini"lirih Vania sambil menangis tersedu sedu.
"Tidak...Syakila tidak boleh mengetahui hal ini aku harus menggugurkan janin sialan milik brengsek itu"Vania mengusap kasar air matanya lalu berdiri dan membuang semua alat tespacknya kedalam tong sampah.
Ceklek
Vania membuka pintu kamar tamu yang didalamnya terdapat Syakila tidur dengan nyenyak,Vania masuk kedalam selimut yang dipakai Syakila lalu memeluk erat tubuh sang istri.
Syakila yang merasa sebuah pelukan membuatnya tersenyum senang,hanya ada satu orang yang berani memeluknya ketika dirinya tidur siapa lagi kalau bukan Vania sang istri tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCO LOVE [End]
ActionKisah cinta rumit yang harus di hadapi oleh Syakila..... Terima cintanya dengan resiko tinggi... Apalagi Menolak cintanya......... Mengandung unsur gxg...