36(end)

3K 207 34
                                    


Author pov:

Beberapa bulan kemudian....

Kehamilan Vania telah memasuki umur 36 minggu yang membuat pergerakan Vania semakin melambat karena di dalam perutnya terdapat dua calon anaknya,ya Vania mengandung anak kembar berjenis kelamin laki laki yang diprediksi akan lahir sebentar lagi.

Aktivitas Vania kini hanya seputaran mansion saja dia tidak pernah masuk kekantor semenjak kehamilannya memasuki trimester terakhir dan semua urusan bisnisnya dilimpahkan ke Sinta.

"Uhh...capeknya"keluh Vania sambil mendudukan dirinya diatas kasur lalu menatap sesosok yang kini tersenyum kearahnya yang tak lain adalah Syakila.

"Kenapa kamu berdiri saja disana? Tolong pijitin kakiku dong"pinta Vania manja pada Syakila.

Syakila mendekat kearah Vania dengan senyuman lebarnya lalu tanpa mengatakan apapun langsung memijit kaki istrinya.

"Enak banget.... Kamu tahu sepanjang hari aku dibuat lelah sama mereka yang selalu aktiv menendang nendang perutku"ujar Vania sambil mengusap usap perutnya yang besar.

"Tolong bilangin ke anak anak kamu agar tidak nakal karena mereka hanya menurut sama kamu"Syakila menganggukkan kepala sebagai jawaban lalu mendekat ke perut buncit Vania dan membisikkan sesuatu yang langsung membuat calon anak mereka yang sedari tadi sibuk menendang kini menjadi diam.

"Bulan depan aku mau merekrut sekertaris baru karena Sinta juga sedang mengandung anak pertamanya dengan Luiz,aku sudah nggak sabar untuk melihat anak kita nanti main sama anaknya Sinta"Vania menyenderkan kepalanya dibahu Syakila.

Syakila mengelus rambut panjang Vania hingga tanpa sadar membuatnya tertidur "I love u"bisik Syakila pelan yang membuat Vania tersenyum dalam tidurnya.

Sedari tadi ada beberapa pasang mata yang melihat semua pergerakan Vania "Apa Vania tidak minum obatnya hari ini ya paman?"tanya Sinta ke Albert tanpa melepaskan pandangan pada Vania yang sedang tertidur di atas kasur.

"Vania selalu menolak jika paman memberikan obat padanya,dia selalu beralasan jika dia minum obat maka dia tidak akan bisa melihat Syakila lagi"jawab Albert menatap sendu sang putri.

Semenjak kepergian Syakila,Vania mengalami depresi yang cukup berat namun karena Albert bergerak cepat untuk mengobati Vania hingga dirinya tidak kehilangan calon cucu yang ada diperut Vania.

Sudah beberapa hari ini Vania tidak mau meminum obatnya karena merasa sangat merindukan Syakila hingga membuatnya berhalusinasi Syakila selalu hadir didekatnya.

"Sampai kapan Vania akan seperti ini paman?"

"Entahlah,paman harap ketika nanti anaknya lahir Vania akan segera sembuh"ujar Albert penuh harap.

Sinta dan Albert menutup pintu kamar Vania dengan pelan agar tidak mengganggu waktu istirahat Vania,air mata Vania menetes dari balik matanya yang terpejam sungguh hatinya sakit saat mengingat kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan orang yang sangat dicintainya.

"Aku merindukanmu babe"lirih Vania dengan bibir gemetar menahan suara tangisannya.

Dilain tempat terlihat Albert kini sibuk mengotak atik laptopnya yang berada di ruang kerja dan sesekali menyeruput kopi hitam yang selalu tersedia saat dirinya lembur.

Drrt

Drrt

Drrt

Albert melirik nama yang tertera di hp dan segera menerima panggilan tersebut "Hallo..."

"......."

"Besok temui aku di restaurant xxxx ada yang perlu aku sampaikan padamu"

"......."

PSYCO LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang