22

3.3K 309 4
                                    

Author Pov:

"Sudah berapa kali aku bilang padamu jangan coba coba kabur dari sini tapi kamu selalu saja membantah peringatanku,jadi sekarang jangan salahkan aku jika merantaimu seperti ini hmm"

Vania mengelus lembut kepala Syakila yang masih melayangkan tatapan permusuhan padanya,dengan sesenggukan Syakila menepis kasar tangan Vania yang membuatnya menggeram tak suka.

"Kenapa kau melakukan ini padaku Vania,bukankah kau bilang kau mencintaiku tapi kenapa kau malah mau mengurungku disini dengan keadaan tangan dan kaki terantai kau pikir aku gila hah"Syakila meluapkan amarahnya pada Vania sambil mencengkram leher belakang Vania dengan posisi kedua tangannya terantai hingga membuat posisi wajah keduanya saling berdekatan.

Vania hanya mengeluarkan senyuman miring "Aku memang mencintaimu... sangat amat mencintaimu bahkan bisa dikatakan aku telah terobsesi padamu Syakila,jadi tidak akan ku biarkan kamu beranjak dari sisiku walau cuman seinci saja"tekan Vania dengan menatap dalam mata Syakila yang memerah karena terus mengeluarkan air mata.

Dengan lembut Vania mengusap kedua mata Syakila "Apa segitu tersiksanya kamu bersamaku hingga kamu terus terusan mencoba melarikan diri dari mansion ini?"tanya Vania lembut pada Syakila yang sekarang menundukkan kepalanya dan memejamkan mata.

"Aku....aku takut....Vania...dia selalu muncul dimimpiku dia....mengancam dan menyiksaku...aku takut...hiks"tangis Syakila pecah yang membuat Vania luluh dan memeluk tubuh rapuh Syakila.

Terhitung sudah hampir sebulan Syakila keluar dari rumah sakit dan beberapa kali juga telah mencoba melarikan diri dari mansion Vania,setiap malam Haris selalu datang ke dalam mimpinya mulai dari memaki,mencambuk,mengancam bahkan menangis meminta tolong pada Syakila dengan kondisi mengenaskan dan membuat Syakila selalu terjaga ditengah malam lalu tidak bisa lagi melanjutkan tidur hingga pagi pun tiba.

Kondisi ini lah yang menyebabkan kesehatan psikis Syakila semakin memburuk,menjadi penakut,suka melamun,kehilangan selera makan dan akhirnya berimbas pada kondisi fisiknya yang semakin lama semakin memprihatinkan,berat badannya turun beberapa kilo,dan mata panda yang terlihat jelas.

Vania memang tidak mengetahui kondisi kesehatan Syakila secara detail karena pekerjaan Vania sedang banyak banyaknya dikantor belum lagi ada aja musuh bawah tanah yang mencari masalah dengannya membuat Vania hanya menghabiskan waktu yang sedikit dengan Syakila.

Vania hanya memonitor aktivitas Syakila dari hp yang telah terkoneksi dengan cctv mansion,makanya Syakila selalu gagal dalam percobaan melarikan diri dan membuat Vania selalu pulang dalam kondisi amarah yang menumpuk lalu membentak Syakila dan melayangkan ancaman yang membuat tekanan psikis Syakila semakin berat.

"Aku takut...dia pasti akan datang lagi malam nanti Van.....ku mohon tolong aku...aku sudah tidak tahan lagi Van...."lirih Syakila dalam pelukan Vania yang hanya diam sambil mengelus rambut Syakila.

Beberapa saat kemudian sudah tidak terdengar suara tangis dan lirihan dari Syakila membuat Vania penasaran dan melirik kearahnya dan benar saja Syakila akhirnya tertidur dipelukan Vania.

Vania membantu Syakila agar berbaring diatas kasur dengan nyaman dan melepaskan ikatan rantai ditangan Syakila "Maafkan aku sayang telah jahat padamu"sesal Vania kemudian memberikan kecupan singkat didahi dan bibir Syakila.

Vania merapikan selimut dan keluar daru kamar pribadinya yang dijadikan penjara khusus agar Syakila tidak bisa kabur lagi.

"Bagaimana Syakila? Apa dia baik baik saja?"tanya Albert dengan nada khawatir.

"Dia baik baik saja dad,tidak ada yang perlu dikhawatirkan mulai sekarang Syakila akan ku kurung dikamar dengan kaki terantai supaya dia tidak bisa kabur lagi"jawab Vania dengan enteng yang membuat kedua mata Albert terbelalak kaget.

"Rantai? Apa tidak berlebihan nak,sebaiknya jangan kamu rantai dia kasihan"

"Aku tidak mau mengambil resiko apapun bisa jadi suatu saat nanti aku lengah dan Syakila malah berhasil melarikan diri dari sini,tidak...itu tidak berlebihan sama sekali semua kebutuhan Syakila sudah kusediakan didalam termasuk beberapa buku untuknya membaca"kekeh Vania kemudian pergi meninggalkan Albert yang masih diam terpaku didepan kamar Vania.

"Apa yang harus aku lakukan Sinta? Keadaan Syakila kian memburuk setiap hari,apakah aku harus membawanya ke psikiater?"tanya Vania pada Sinta sembari mendudukan dirinya disofa ruang kerjanya.

"Aku juga berfikir sebaiknya begitu Van,kasihan Syakila setiap harinya harus dihantui oleh paman yang telah tiada"jawab Sinta yang membuat Vania menghela nafas kasar.

"Baiklah kalau begitu,sekarang tugasmu carikan dokter psikiater terbaik dan bawa dia kemari aku tidak mau kalau Syakila dibawa kerumah sakit takutnya dia akan nekat melarikan diri nantinya"Sinta menganggukan kepala tanda paham dengan perintah Vania.

*

Malam harinya lagi lagi Syakila terbangun karena mimpi buruk itu datang dan menghantuinya tapi kali ini ada yang berbeda dalam mimpinya malam ini Haris sang paman ingin Syakila ikut pergi bersamanya namun Syakila menolak dan membuat Haris menusuk tubuhnya menggunakan pisau tajam yang datang entah dari mana.

"Hah...hah...hah"dada Syakila naik turun dengan cepat mengambil nafas sebanyak banyaknya dan mengelap kasar keringat didahinya.

Gleg...glegh...glegh

Syakila menghabiskan air putih yang berada diatas nakas dalam sekali teguk dan mengembalikannya secara kasar,terlihat jam baru saja menunjukkan pukul dua malam membuat Syakila menghela nafas kasar.

Melirik kearah samping dimana Vania masih tertidur pulas menghadapnya refleks tangan Syakila mengelus lembut pipi Vania "Maaf telah bikin kamu repot,sungguh hatiku pun sebenarnya tak ingin pergi darimu tapi...hah...maafkan aku"ucap Syakila sambil mengecup lembut pipi Vania dan beranjak kekamar mandi.

Syakila tersenyum miris saat melihat rantai panjang masih terikat dikakinya,untung saja Vania masih punya hati dan membiarkan rantai yang mengikat kakinya memiliki ukuran yang cukup untuk kekamar mandi.

Selesai dikamar mandi Syakila tidak kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur melainkan duduk disofa yang menghadap ke ranjang lalu meraih sebuah buku novel.

Membacanya sebentar kemudian menaruhnya kembali ketempat semula,isi novelnya sama sekali tidak menarik perhatian Syakila,Syakila malah menyandarkan kepalanya disandaran sofa dan menghadap ke langit langit kamar lalu melamun.

Tanpa disadari Syakila,Vania juga telah terbangun dan melihat Syakila duduk termenung disofa dengan perlahan Vania mendekati Syakila lalu merebahkan kepalanya di pangkuan Syakila.

"Eh...kenapa terbangun mmh? Pergi tidur lagi sana besok kamu mau kerja kan?"tanya Syakila lembut sambil mengelus rambut Vania.

"Enggak ah,aku mau tidur disini aja sama kamu di elusin rambutnya"jawab Vania dengan suara serak.

Syakila tersenyum menuruti kemauan Vania,sungguh Syakila sudah berusaha keras untuk tidak terlihat gugup atau takut saat berdekatan dengan Vania yang cova ditutupinya dengan senyuman tapi seberusaha apapun Syakila rasa takut itu akan tetap terlihat saat menatap matanya yang sedikit gemetar dan sesekali melirik kesana kemari pokoknya tidak menatap wajah Vania.

Untung saja Vania telah kembali tidur jika tidak dia akan dengan mudah melihat ketakutan Syakila pada dirinya dan hal itu akan membuat emosi Vania sulit dikontrol.

***////****/////*////

Vote?

Coment?

PSYCO LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang