Author pov:"Bu Vania kenalin dia dokter Mia dokter psikiater terbaik dikota ini"ujar Sinta memperkenalkan seorang wanita berkacamata yang berdiri disampingnya pada Vania yang duduk disofa sembari mengamati penampilan sang dokter.
"Dan bu dokter,ini Vania istri dari pasien yang akan anda tangani"
"Halo,selamat siang bu"sapa dokter Mia sembari mengulurkan tangannya bermaksud untuk salaman namun diabaikan oleh Vania.
Sinta tersenyum kecut melihat reaksi dingin Vania pada sang dokter kemudian dengan perlahan menurunkan tangan dokter Mia yang menatapnya bingung.
"Kenapa harus dia Sinta?"tanya Vania dengan dingin yang membuat Sinta merinding.
"Apa tidak ada dokter lain? Dokter paruh baya atau dokter laki laki misalnya?"lanjut Vania yang membuat Sinta terkekeh tak enak pada dokter Mia belum lagi tatapan tajam yang diberikan Vania pada sang dokter cantik.
"Van,tolonglah nggak enak nih sama dokter Mia"bisik Sinta yang membuat Vania mendengus tak suka.
"Maaf ya bu dokter,biasa bu Vania memang suka bercanda orangnya"ujar Sinta pada dokter Mia.
Sementara dokter Mia hanya tersenyum memaklumi sikap Vania,mungkin saja Vania ada rasa cemburu jika dirinya menangani sang suami "Tidak apa apa bu Sinta,saya paham kok sikap bu Vania"jawab dokter Mia yang membuat Sinta merasa lega.
"Mari dok saya bawa ke kamar tuan Syakil"seru Sinta sopan setelah meminta izin pada Vania diikuti oleh dokter Mia.
Ceklek
"Silahkan dok"Sinta mempersilahkan dokter Mia memasuki kamar Vania sedangkan dirinya langsung kembali ke ruang kerja Vania.
Setelah masuk ke kamar mata dokter Mia langsung tertuju pada sesosok manusia yang lagi duduk dikasur termenung sembari memeluk kedua kakinya,terlihat juga di pergelangan kaki kanan Syakila masih terdapat rantai yang melingkar.
"Halo selamat siang dengan tuan Syakil"
Syakila sedikit terlonjak saat mendengar sebuah suara menyapa di telinganya dan langsung menatap dokter Mia yang telah berdidi berjarak beberapa meter darinya.
"Selamat siang juga dok"balas Syakila sambil tersenyum membuat dokter Mia ikut tersenyum juga,Syakila telah diberi tahu oleh Vania bahwa akan ada seorang dokter yang akan memeriksanya.
"Silahkan duduk dok,tenang saya nggak gigit orang kok"canda Syakila sambil menunjuk sebuah kursi disampingnya yang telah disediakan untuk dokter Mia.
"Terima kasih"balas dokter Mia lalu duduk dihadapan Syakila.
"Sebelum pemeriksaan lebih dalam bisa anda ceritakan sedikit saja tentang trauma anda pada saya? Itu jika anda mau jika tidak ya tidak masalah"Syakila menganggukan kepala pada dokter Mia.
Syakila mulai menceritakan semuanya pada dokter Mia secara detail tidak ada yang tertinggal sedikitpun,dokter Mia hanya menjadi pendengar yang baik bahkan sesekali mengusap tangan Syakila bermaksud memberikan kekuatan pada Syakila.
Namun lain halnya dengan Vania,dia menganggap dokter Mia telah menggoda Syakila dan hal itu yang membuatnya meradang di ruang kerja sembari terus mengawasi interaksi dokter Mia dan Syakila lewat cctv.
"Sialan tu dokter sempat sempatnya menggoda Syakilaku,apa dia itu tuli ya sudah kubilang Syakila itu suamiku masih saja mau menggodanya,dasar pelakor berseragam"cicit Vania yang membuat Sinta menepuk dahinya melihat tingkah kekanakan Vania.
Vania makin meradang ketika melihat Syakila turun dari kasur kemudian duduk dilantai dan memeluk kaki dokter Mia,hampir saja Vania hendak pergi ke kamarnya dan melabrak dokter Mia tapi untung saja Sinta lebih cepat menahan Vania.
"Lepaskan aku Sinta,aku mau labrak tuh dokter berani beraninya dia genit sama suami orang"kesal Vania sembari mencoba melepaskan tangan Sinta yang memeluk dirinya.
"Sabar Vania sabar,dia itu kan lagi ngobatin Syakila jadi kamu tenang aja dia nggak akan menggoda atau merebut Syakilamu"ujar Sinta yang membuat Vania sedikit tenang dan tidak berontak kembali.
"Tenanglah Vania,lagi pula bukan dia yang meluk tapi Syakila yang memeluknya dan meminta tolong agar segera diobatin sama dokter Mia"lanjut Sinta yang membuat Vania menghela nafas kasar kemudian duduk kembali di kursi dan melanjutkan aksinya mengawasi dokter Mia.
Terlihat di layar komputer Syakila telah berpindah duduk dari kasur ke sofa dengan posisi bersandar dan kepala menghadap ke langit langit,rupanya dokter Mia telah memulai proses pengobatannya pada Syakila.
Mata tajam Vania terus mengawasi gerak gerik dokter Mia yang selalu menyentuh bagian kepala Syakila sambil membisikkan sesuatu ditelinga Syakila.
Sepuluh menit kemudian akhirnya terlihat pergerakan dari Syakila yang mulai menegakkan kembali kepalanya kemudian menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya sambil tersenyum pada dokter Mia lalu memeluk tubuh sang dokter dengan erat.
"Terima kasih banyak dok,berkat bimbingan anda saya berani melawan rasa takut itu"ujar Syakila dengan tulus.
"Tidak masalah tuan lain kali jika mimpi itu datang lagi anda harus berusaha melawanya jangan takut dengan apapun yang akan terjadi karena itu hanya sebuah ilusi saja,dan ya jika memang anda khawatir tidak bisa melawannya saya akan memberikan suplemen yang akan membantu anda untuk tidur nyenyak"jawab dokter Mia lalu segera bangkit dari sofa.
"Saya akan terus datang kesini untuk memantau dan mendengar perkembangan dari anda sampai saya benar benar yakin anda sembuh dari trauma tersebut,kalau begitu saya pamit dulu"lanjut dokter Mia yang membuat Syakila tersenyum dan menganggukan kepala.
Dokter Mia keluar dari kamar dan langsung disambut dengan tatapan tajam Vania yang membuatnya sedikit merinding lalu melirik kearah Sinta yang sedikit berantakan sambil terus memeluk Vania dari belakang.
"Eh dokter,sudah selesai ya pemeriksaanya?"tanya Sinta pada dokter Mia.
"Ya saya sudah memeriksa tuan Syakil,beliau hanya perlu beberapa kali bimbingan saja untuk membuatnya berani melawan rasa takut akan mimpinya tersebut,sebelum beliau benar benar sembuh saya sarankan untuk memberikan suplemen ini pada beliau sebelum tidur agar membuat tidurnya nyenyak"jawab dokter Mia sambil memberikan secarik kertas yang telah berisikan resep obat yang hanya dapat dibaca oleh dokter Mia sendiri serta apoteker saja.
"Saya pamit dulu kalau begitu selamat siang"pamit dokter Mia lalu mulai melangkah setelah dibalas dengan anggukan kepala sopan oleh Sinta,sedangkan Vania masih terus menatap tajam dokter Mia.
"Oh ya satu lagi sebelum saya lupa"ujar dokter Mia yang membuat langkah Sinta dan Vania terhenti ketika hendak masuk ke kamar Syakila.
"Tolong lepaskan saja rantai dikaki tuan Syakil karena dia tidak nyaman dengan itu,takutnya nanti akan berpengaruh pada proses penyembuhannya"setelah mengucapkan hal itu dokter Mia langsung pergi meninggalkan Sinta dan Vania.
"Dia pikir dia siapa berani banget nyuruh nyuruh gitu,belum tahu aja aku siapa"omel Vania sambil menunjuk kearah dokter Mia yang telah hilang dari pandangannya.
"Besok panggil dokter lain aja Sin,jangan dia muak aku lama lama liat muka sok cantiknya itu"lanjut Vania kemudian masuk kekamar Syakila yang membuat Sinta menggeram tak suka.
"Muka mu yang sok cantik"kesal Sinta lalu pergi entah kemana yang penting dia tidak didekat Vania sekarang,Sinta mau menenangkan rasa kesalnya dulu karena dirinya menjadi korban atas kebrutalan Vania yang hendak melabrak dokter Mia ketika Syakila memeluk erat sang dokter cantik.
***///****//****//*
Vote?
Coment?
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCO LOVE [End]
ActionKisah cinta rumit yang harus di hadapi oleh Syakila..... Terima cintanya dengan resiko tinggi... Apalagi Menolak cintanya......... Mengandung unsur gxg...