29

3K 259 16
                                    


Author pov:

Dengan penuh emosi Syakila turun ke lantai satu sambil membawa dua tespack dan segera mencari keberadaan pak Bagas yang kebetulan sedang memanasi salah satu koleksi mobil Vania.

"Pak kita ke kantor Vania sekarang"perintah Syakila tegas sembari masuk kedalam mobil.

Pak Bagas yang melihat aura Syakila yang sangat berbeda hari ini segera mengikuti perintahnya tanpa bertanya apapun,didalam mobil Syakila sibuk menelepon hp Vania namun tidak ada jawaban dan akhirnya memilih untuk menghubungi Sinta.

"Dimana Vania?"tanya Syakila to the point ketika Sinta menerima panggilan darinya.

"Vania sedang meeting sekarang,katakan saja jika ada yang penting nanti bisa aku  sampaikan padanya"

"Suruh dia menungguku di ruangannya,aku akan segera tiba disana"

"Tapi Syakil dia sedang meeting penting yang nggak bisa di tinggal"

"SUDAH KUBILANG SURUH DIA MENUNGGUKU DI RUANGANYA ATAU AKAN KUSERET DIA"bentak Syakila mematikan sambungan telepon sepihak dan melempar hp secara sembarangan didalam mobil.

"Sial"umpat Syakila memukul kursi didepannya.

Pak Bagas hanya bisa melihat bagaimana Syakila meluapkan amarahnya,untung saja Syakila tidak duduk tepat dibelakangnya jika tidak maka pak Bagas yakin kepalanya akan terkena benturan keras dari pukulan Syakila.

Dilain tempat Sinta yang telah dibentak oleh Syakila sempat ngeblank beberapa saat baru kemudian tersadar dan menatap heran hpnya baru kali ini dia dibentak oleh orang lain,selain Vania tidak ada yang berani meninggikan nada suara padanya termasuk Luiz.

Dari nada suaranya sudah jelas Syakila sedang marah besar pada Vania bahkan dia akan mengancam menyeret Vania jika Sinta tidak mengikuti perintahnya,tidak mau Vania di permalukan di depan para dewan direksi Sinta segera masuk dan berbisik ditelinga Vania.

"Bu,Syakila minta ibu ke ruanganya sekarang dari nada suaranya dia kelihatan marah besar pada ibu"bisik Sinta yang membuat kedua mata Vania terbelalak dan langsung menatap ke arah Sinta.

"Tolong handle ini Sinta"ujar Vania,tanpa pamit pada para dewan direksi Vania langsung meninggalkan ruang meeting dengan jantung berdegup kencang.

"Apa Syakila menemukan taspack itu ya sampai sampai dia sangat marah,lo sangat ceroboh Vania kenapa juga lo buang tu benda ke tong sampah dalam kamar ya"

Panik Vania kemudian dengan gelisah membuka pintu ruangannya,untung saja belum ada Syakila didalamnya jadi Vania bisa sedikit menenangkan diri sambil mencari alasan yang tepat tentang taspack tersebut.

Ceklek

Tak lama Syakila sampai dan langsung masuk ke ruangan Vania lalu menghampiri Vania yang sedang duduk termenung disofa,Syakila melemparkan dua taspack keatas meja yang membuat Vanua terkejut dan akhirnya menyadari keberadaan Syakila.

"Babe,kamu kenapa kesini? Apa ada masalah hmm?"tanya Vania dengan nada setenang mungkin berpura pura tidak tahu apapun.

"Serius Vania? Sekarang berhentilah berpura pura dan jawab apa benda itu punya kamu?"Syakila balik bertanya sambil menunjuk taspack yang tergeletak diatas meja kaca.

"Apa ini taspack? Bukan ini bukan punyaku mungkin saja punya Sinta kan dia pacaran dengan Luiz"jawab Vania masih mencoba mengelak.

"Persetan dengan mereka berdua,Huuft.....katakanlah yang sebenarnya Vania apa itu punyamu? Apa benar bahwa kamu telah bercinta dengan orang lain tanpa sepengetahuanku? Apa itu anak dari Nick?"tanya Syakila bertubi tubi dengan masih mencoba menahan amarahnya pada Vania.

Deg

Jantung Vania terasa ingin jatuh mendengar pertanyaan dari Syakila,dia tidak menyangka Syakila telah mengetahui semuanya.

"Apa maksudmu babe? Aku...Aku tidak hamil"elak Vania dengan pandangan mata yang bergerak kesana kemari dengan gelisah.

Syakila yang mendengar bantahan dari Vania tidak dapat menahan rasa kesalnya,dengan kasar Syakila mencengkram leher belakang Vania lalu menarik tubuh Vania agar mendekat padanya dan menatap tajam Vania dengan begitu Vania tidak bisa lari darinya

"Jangan mancing amarahku Vania,sudah kubilang katakan yang sebenarnya"tekan Syakila sambil menatap tajam mata Vania.

Baru kali ini Vania merasakan takut pada seseorang,dia yang selama ini dikenal sebagai ketua mafia yang telah biasa membunuh orang kini dibuat tak berkutik di hadapan seorang Syakila yang notabanenya jauh lebih muda darinya.

Sungguh aura Syakila sekarang bak malaikat maut yang siap mencabut nyawa Vania jika dirinya tidak mengikuti kemauan Syakila.

Sinta yang baru masuk ke ruang Vania dibuat panik melihat leher belakang Vania dicengkram oleh Syakila dan mencoba memisahkan mereka.

"Lepas Syakil,lepaskan Vania kau telah menyakitinya brengsek"

Plak

Sinta menampar kuat pipi Syakila setelah berhasil melepaskan dan menjauhkan Vania dari Syakila yang membuat wajah Syakila tertoleh ke samping,Vania terkejut melihat bagaimana kerasnya tamparan Sinta.

"Apa kau sudah gila hah? Kau sadar tidak kau telah menyakiti istrimu sendiri Syakila"marah Singa yang membuat Syakila terkekeh.

"Luar biasa Sinta,apa kau tidak pernah berkaca sebelumnya?"tanya Syakila dengan nada mengejeknya sambil menepuk kedua tangan menatap Sinta.

"Aku amat sangat sadar dengan apa yang telah aku perbuat jadi jangan pernah sekali kali kau mengingatkanku jika dirimu sendiri juga menyakitiku saat ini"lanjut Syakila dengan penuh penekanan sambil menunjuk wajah Sinta.

"Apa maksudmu?"

"Bukalah kau akan tahu alasanku berbuat seperti ini"Syakila memberikan flashdisk tersebut pada Sinta.

Sinta segera membuka laptop dan melihat semuanya,ternyata barang bukti yang dicarinya sudah ada ditangan Syakila,Vania yang penasaran ikut melihat apa yang menjadi penyebab amarah Syakila.

Vania jatuh terduduk karena merasa lemas setelah melihat video panas dirinya dan kini dia tidak bisa mengelak sama sekali.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa kau...kau akan mengkhianatiku Vania hiks hiks"Syakila duduk disofa lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Vania segera mendekati Syakila dan memeluk tubuh Syakila yang berguncang karena sedang menangis,"maafkan....aku sayang maafkan aku...hiks hiks"Vania ikut menangis mendengar tangisan Syakila yang menyayat hatinya.

Tiba tiba Syakila berdiri lalu mengusap kedua air matanya dan kembali menatap Vania dengan tajam"Jadi benarkan itu punyamu?"tanya Syakila memastikan taspack yang ditemukannya adalah milik Vania.

Vania hanya mampu menganggukkan kepala sebagai pertanda bahwa benar taspack itu adalah miliknya "Ta...tapi kamu tenang saja babe,aku...aku bisa melenyapkannya..asalkan kamu tidak meninggalkanku"Vania ikut berdiri dan menggenggam tangan Syakila.

Syakila terkejut mendengar ucapan dari Vania "Jangan berani beraninya kau melakukan itu Vania...sudah cukup kau membunuh ayahnya jangan dirinya juga,jika kau nekat melakukan itu maka kau kan melihat jasadku tergantung didalam kamarmu...paham"ancam Syakila pada Vania dan langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Vania yang mendengar ancaman dari Syakila tidak bisa berkata kata lagi disatu sisi dirinya tidak menghendaki kehadiran janin yang dikandungnya namun disisi lain dirinya akan kehilangan orang yang dicintainya kalau melenyapkan janin yang tidak berdosa ini.

***///****/''///

Vote?

Coment?

PSYCO LOVE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang