37| Kembali ke Asrama

21 5 0
                                    

Aku dari kantin habis makan siang bersama Luna. Dan sekarang sedang berjalan sendirian ke arah asrama. Saat di koridor, dari belakang aku melihat punggung Miller dan dua temannya yang sama-sama menuju asrama. Aku memperlambat langkah agar kehadiranku tidak disadari mereka. Sangat pengecutlah istilahnya.

Aku masih terus berjalan dengan langkah lambat. Tak peduli seberapa banyak orang yang telah mendahuluiku. Salah satu dari mereka bahkan ada yang bertanya kenapa jalanku seperti siput. Aku hanya mampu membalas dengan senyum kecil. Padahal aku tahu bukan itu jawaban yang laki-laki berambut keriting itu mau. Dia juga tidak mau ambil pusing. Setelah mendengar jawabanku. Laki-laki itu langsung melanjutkan perjalanan. Mungkin sedikit kesal dan berniat mengejek. Dia berjalan dengan langkah yang lebih lebar.

Kenapa denganku? Kenapa aku tidak cukup baik ketika diajak berbicara oleh seseorang. Kenapa aku tidak bisa barang hanya mengucapkan satu kata. Ini membuatku sangat yakin kalau mereka yang sudah berusaha mengajakku berbicara pasti menyimpan rasa tidak suka terhadapku. Iya aku tahu, aku akan lebih terbiasa basa-basi jika yang mengajakku berbicara adalah orang yang sudah kukenal. Namun, terlalu seperti batu dengan orang asing bukanlah sesuatu yang baik.

Ketika laki-laki berambut keriting tadi bertanya tentang jalanku yang sangat lambat. Seharusnya kujawab dengan alasan kaki sakit, atau bisa juga karena sedang mudah merasa lelah. Ya toh, faktanya aku memang baru keluar dari rumah sakit satu minggu lalu.

Waktu aku menjatuhkan diri ke sungai. Aku ditolong oleh bapak-bapak---bapak dari seorang anak yang waktu itu pernah mengejekku dan berakhir dengan Aldebaran yang juga ikut terlibat. Dari cerita yang kudapat. Bapak itu sedang mencuci motor di tepi sungai. Begitu melihatku tenggelam, dia langsung melompat ke sungai.

Daripada bersyukur nyawaku tidak jadi melayang. Aku lebih bersyukur karena tidak ada yang menyadari kalau lompatan itu kulakukan dengan sengaja. Saat itu Aldebaran hanya berpikir aku tidak sengaja terjatuh. Anak seumuran Aldebaran mungkin tidak pernah kepikiran ada orang yang dengan sengaja menjatuhkan diri ke sungai padahal orang tersebut tidak bisa berenang.

Setelah proses pertolongan pertama berhasil. Lupa-lupa ingat, sepertinya aku langsung dibawa ke rumah sakit. Di rumah sakit aku diberi perawatan selama satu minggu. Padahal di hari ketiga, seharusnya aku sudah diperbolehkan pulang. Namun, Ayah masih terlalu khawatir dan menyarankan satu minggu penuh.

Satu minggu di rumah sakit. Dan setelah dibawa pulang, aku merasa sudah sangat sehat. Yang tidak sehat hanya pikiranku. Aku memutuskan untuk kembali ke asrama tiga hari setelah pulang dari rumah sakit. Aku tidak kuat jika terus di rumah. Rumah yang setiap hari akan mengingatkanku pada seseorang yang sepertinya tidak akan pernah kembali.

Hari ini adalah hari pertamaku untuk semester dua. Seperti semester kemarin. Hari pertama sudah mulai belajar dan semua guru tidak ada yang absen. Sangat melelahkan. Aku ingin cepat-cepat berbaring di ranjang dan tertidur pulas. Berhubung hari ini tidak ada kelas Astronomi.

Miller dan teman-temannya itu berjalan sangat lambat. Aku sedikit kesal. Apa yang seru sekali dari cerita mereka sehingga tidak ingin cepat sampai ke kamar masing-masing?

Langkahku terhenti. Laki-laki pendek yang merupakan salah satu bagian dari komplotan Rival---sampai sekarang aku tidak tahu namanya---dia sadar ada aku di belakangnya. Dia menepuk bahu Rival. Rival membalikkan badan, mata bengisnya itu melihat ke arahku. Ketiganya kompak berhenti. Kemudian berjalan mendekatiku.

Aku sangat kesal pada pria pendek itu. Wajah dan perangainya membuatku ingin meneriakkan kata jamet di depan hidung peseknya itu.

Rival berusaha menghadang jalanku dengan merentangkan tangannya. "Sebentar."

Aku yang sudah tidak bisa kemana-mana hanya mengembuskan napas gusar. Menatap satu per satu wajah mereka. Terutama Miller. Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Apa sekali ini aku bisa mengandalkannya? Namun, seperti yang sudah-sudah. Tampangnya terlihat jauh lebih pengecut daripada aku.

NEBULA [15+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang