Puppy Eyes

633 63 8
                                        

"Kalau kau tak bisa melindungi putraku, kembalikan dia padaku. Aku bahkan pernah membiarkan perutku tertembus peluru untuknya. Orang yang melahirkannya jelas jauh lebih mampu dari seorang raja sekalipun untuk melindungi putranya."

Beberapa baris kalimat itu yang melatar belakangi Mew Suppasit memerintahkan Luke untuk membawanya ke pusat kota, meski masih di negara yang sama. Negara pengasingan.

Di samping ia geram setelah menerima pesan dari Kana, ia juga cemas karena setelah penyerangan ke rumah Luke, belum ada kepastian tentang siapa di balik orang-orang yang dengan berani menodongkan senjata pada Gawin, putra kesayangannya.

Sejauh itu, ide membawa nama Kana ke ruang publik berhasil membuat omega itu aman, jadi Mew menginginkan hal yang sama. Tidak ada gunanya menyembunyikan Gawin lagi saat bahkan rumah mereka bisa ditemukan dengan mudah meski letaknya begitu jauh dari peradaban kota.

"Kita benar-benar di pusat kota," celetuk Joss memandangi bangunan-bangunan yang berdesakan di bawahnya.

Mereka menempati kondominium di lantai puncak, dengan tiga kamar tidur, satu dapur serta beberapa ruang yang bisa difungsikan sesuai keinginan. Balkonnya adalah yang terbaik karena tempat itu menyajikan hamparan kota yang luar biasa terutama di malam hari.

Rekening Joss belum banyak terisi, tapi ia sudah menikmati kehidupan elit  berkedok pengasingan.

"Yang mulia ingin kita berada di keramaian. Meskipun begitu, kita harus cukup tahu diri untuk tidak memancing keributan. Berada di keramaian tidak sama dengan membuat kekacauan." Jelas Luke, berjaga-jaga kalau Joss dan Gawin ingin melakukan hal-hal ekstrim seperti terakhir kali di tebing.

Luke melihat Joss dan Gawin adalah kombinasi yang memusingkan baik dari segi jenis mereka sendiri, lebih-lebih kebiasaannya.

"Kau terlalu cerewet untuk ukuran pengawal terlatih, Luke. Melompati tebing sama sekali tidak ekstrim meskipun aku sendiri tidak suka berenang di air asin."

"Aku harus cerewet untuk nyawaku, Joss. Kalau Gawin tergores, aku harus siap ditembak di kepala. Aku mengatakan ini untuk berjaga-jaga kalau kalian tiba-tiba menyelinap untuk pergi mendaki gunung misalnya, atau mencoba wahana ekstrim lainnya karena Kota ini memang cukup besar, tapi pinggiran kotanya masih alam liar." Luke membela diri.

Joss nyengir.

"Aku tidak akan menyusahkanmu. Setidaknya sampai kamu bisa kembali pada wajanmu." Ledek Joss sambil melirik lengan Luke yang masih menggunakan penyangga.

Luke gatal sekali ingin melempari wajah Joss dengan sepatunya.

"Lebih baik kau jaga sikapmu atau aku akan meminta yang mulia memulangkanmu saja. Aku tahu kau lebih senang disini daripada harus bekerja dengan tuan Kana." Ancam Luke.

"Easy, sir. Jangan mengancam begitu, aku jadi takut."

Luke memutuskan masuk ke kamarnya sebelum sepatunya benar-benar mendarat di wajah menyebalkan Joss Wayar.

Hari sudah malam. Jam di pergelangan tangan Joss menunjuk angka 9 tapi ia tidak berniat tidur. Pemandangan kota yang dibatasi gunung di bagian selatannya, disusul bulan yang sedang paripurna di atasnya lebih cocok untuk dinikmati dengan beberapa gelas minuman beralkohol daripada ditinggal ke alam mimpi.

"Win, kamu sudah tidur?" Joss mengetuk pintu kamar Gawin sepelan mungkin untuk meminimalisir kemungkinan Luke mendengar.

Wajah Gawin menyembul di balik pintu dengan handuk dan rambut basah.

"Belum. Ada apa?" Tanyanya.

"Mau menemaniku minum? Aku menemukan ini di lemari es." Joss menggoyang botol berwarna hijau di tangannya.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang